Rasa bersalah

1283 Kata

Sudah tiga jam Zia melakukan pencarian, tapi Qeela tak kunjung di temukan. Zia semakin di baluti rasa bersalah. Andai saja dia tidak menginginkan kucing itu pasti ini tidak akan terjadi. Andai saja dia menuruti ucapan tuan Dirga, Qeela pasti tidak akan pergi. "Qeela, kamu kemana?" Wajah cemas Zia tak kunjung memudar. Terus melangkah di sepanjang jalan dan di bawah teriknya matahari pagi, cukup membuat tubuhnya lelah. Namun Zia harus kuat, ia harus tetap mencari. Hingga saat kepalanya merasakan pusing. Zia hendak tersungkur, tapi untung sebuah tangan menahan dan menariknya. "Zia! Kau baik-baik saja?" tanyanya. Zia memegangi kepalanya, kemudian mengerjap beberapa kali guna memperjelas penglihatannya. "Pak Daffa?" "Zia, sedang apa kau disini?" tanyanya lagi. Wajahnya berkerut cemas deng

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN