06. BERJALAN SENDIRIAN

2415 Kata
Sudut pandang Dio... Aku dan Kak Bintang berjalan menaiki tangga menuju ke lantai tiga rumah ini. Kami berjalan ber-iringan sambil mengobrol banyak tentang keluarga Azkara. Aku sedari tadi terus bertanya padanya dan dia dengan sangat sabar menjawab setiap pertanyaanku. Seperti saat ini, sudah cukup banyak informasi yang aku ketahui tentang keluarga ini, dimulai dari bisnis dan pekerjaan setiap anggota keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang saat berada di rumah dan masih banyak lagi informasi yang telah aku ketahui. Aku sangat kagum dengan keluarga ini khususnya dengan Papa yang membebaskan setiap anggota keluarganya untuk memilih apa yang mereka mau lakukan. Seperti Mama yang diizinkan untuk bekerja menjadi seorang guru musik, aranger, komposer dan juga pengarang lagu. Aku baru tahu kalau lagu-lagu favoritku yang selama ini aku dengar di radio dan aku lihat di televisi itu adalah lagu-lagu buatan Mama. Dan bahkan, lagu-lagu luar negeri yang selalu booming di setiap negara juga banyak yang ditulis oleh Mama. Aku benar-benar tidak menyangkanya. Lalu ada Kak Raga yang diperbolehkan oleh Papa untuk mendirikan sebuah sekolah akademi khusus menjadi seorang bodyguard profesional yang mana nama sekolah akademi ini sudah sangat terkenal di seluruh pelosok negeri. Banyak artis dan orang-orang penting di negara ini telah menyewa jasa bodyguard milik sekolah akademi Kak Raga untuk melindungi mereka. Kak Bintang bilang, sekali menyewa jasa bodyguard milik Kak Raga, client harus membayar dengan harga yang bisa dibilang sangat-sangat mahal. Itu dikarenakan orang-orang milik Kak Raga ini adalah orang-orang yang sangat terlatih dan hebat dalam melakukan pekerjaannya. Jadi bisa dipastikan client akan dilindungi dan dijaga dengan sangat baik tanpa lengah sedikit pun. Oiya, Kak Raga juga sangat mencintai dan menyayangi hewan sehingga beberapa persen dari pemasukan yang dia dapatkan selalu ia sumbangkan pada kebun binatang, penangkaran hewan, rumah sakit hewan, rumah singgah hewan serta aktifis-aktifis pencinta hewan yang tersebar di seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Uang yang diberikan oleh Kak Raga benar-benar sangat membantu mereka. Lalu beralih ke Kak Surya. Papa memberikan kebebasan padanya untuk mendirikan sebuah perusahaan travel yang mana perusahaan travel-nya ini sudah sangat terkenal dan telah menjalin kerja sama dengan banyak rekan bisnis. Perusahaan travel milik Kak Surya ini juga adalah pelopor bisnis travel berbasis online pertama di negeri ini yang mana berjalan dengan sangat sukses dan akhirnya banyak dari perusahaan-perusahaan travel lain yang mulai mengikuti jejaknya. Lalu menuju ke Kak Chandra. Kak Bintang bilang, sejak dulu Kak Chandra sudah tertarik dengan dunia medis. Ia selalu menghabiskan banyak waktunya untuk membaca buku tentang ilmu kedokteran dan juga buku-buku tentang ilmu medis lainnya. Dan sekarang, berkat usaha dan kerja kerasnya ia telah berhasil menjadi seorang dokter profesional dengan banyak lisensi dan juga penghargaan yang telah ia dapatkan. Ia juga telah mendirikan beberapa rumah sakit besar dengan peralatan medis yang sangat lengkap yang berlokasi di beberapa kota besar yang ada di Indonesia. Kak Chandra juga hampir setiap harinya memberikan pengobatan gratis bagi rakyat yang kurang mampu dan rutin mengadakan penyusuran medis ke pelosok-pelosok daerah yang sangat sulit dijangkau oleh tenaga medis biasa. Ia melakukan pekerjaannya benar-benar dengan hati yang sangat tulus. Karena itulah Papa sangat bangga dan sangat mendukung pekerjaannya tersebut. Lalu beralih ke Kak Agro yang Papa berikan kebebasan untuknya membuka bisnis kayu, tanaman hias dan juga pertanian. Dikatakan oleh Kak Bintang, kalau Kak Agro memiliki tanah berhektar-hektar luasnya yang mana tanah tersebut ditanami oleh jutaan pohon dari berbagai jenis yang ada. Ia juga memiliki hutan pribadi di setiap negara yang mana hutan-hutan tersebut ia rawat dengan sepenuh hatinya demi menjaga keseimbangan ekosistem alam yang semakin lama semakin kacau. Oiya, Kak Bintang juga bilang kalau produksi kertas dan juga uang yang ada di negara kita ini, pemasok bahan mentah terbesarnya adalah Kak Agro. Untuk bahan pangan seperti beras pun Kak Argo adalah salah satu pemasoknya. Beras yang dihasilkan dari ladang pertanian miliknya ini adalah beras dengan kualitas terbaik. Dan hebatnya lagi, Kak Argo dengan dermawannya selalu menyumbangkan sebagian dari hasil panennya tersebut pada orang-orang di luar sana yang kurang mampu. Selanjutnya beralih ke Kak Bumi. Papa mengizinkan dan memberikan dukungan seratus persen pada Kak Bumi untuk menjadi seorang fotografer dan juga seorang penjelajah. Kak Bintang bilang kalau Kak Bumi sering sekali pergi selama berbulan-bulan untuk bertualang dan selalu kembali dengan mendapatkan hasil foto yang benar-benar sangat bagus. Ia bahkan sering kali memenangkan penghargaan kontes fotografi bergengsi yang mana saingannya adalah fotografer-fotografer andal yang berasal dari berbagai belahan dunia. Setiap kali Kak Bumi membuka sebuah galeri foto pun pasti galeri itu akan ramai oleh pengunjung yang datang. Mereka dengan senang hati datang ke galeri foto miliknya untuk melihat foto-foto keren hasil jepretan Kak Bumi yang mana terlihat sangat unik dan berbeda dari hasil jepretan fotografer lainnya. Saat Kak Bintang menunjukkan padaku akun sosial media milik Kak Bumi, aku lihat di sana pengikutnya telah mencapai jutaan dan foto-foto yang diunggahnya pun benar-benar terlihat sangat keren. Seakan-akan setiap fotonya itu seperti hidup dan bermakna. Lalu setelah selesai menjelaskan tentang Kak Bumi, Kak Bintang kini beralih menjelaskan tentang Kak Langit. Ya, seperti yang kalian tahu, dia adalah satu-satunya kakakku yang sepertinya tidak menyukaiku. Aku pun merasa takut setiap kali menatapnya. Kembali ke pembahasan awal. Kak Langit adalah anak dari keluarga Azkara yang memiliki bisnis terbanyak dan juga memiliki kekayaan terbanyak dibandingkan anak-anak keluarga Azkara yang lain. Dukungan dari Papa pun bisa dibilang sangat besar pada Kak Langit. Papa juga memberikan kebebasan sebebas-bebasnya pada Kak Langit sehingga ia bisa melakukan apa pun yang dia mau sesuka hatinya. Kak Bintang memberitahuku beberapa bisnis yang dikelola oleh Kak Langit yaitu, bisnis hotel, mal, elektronik dan transportasi. Setiap bisnis yang dikelola olehnya selalu saja meraih kesuksesan yang sangat besar. Meraup untungnya pun juga sangat banyak. Itulah mengapa Papa paling kagum dengan Kak Langit soal mengelola bisnis. Papa sendiri bahkan juga banyak belajar darinya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Kak Langit adalah orang yang sehebat itu. Kini Kak Bintang beralih menceritakan soal dirinya sendiri. Tidak banyak yang ia ceritakan karena dia sendiri merasa sedikit malu jika harus bercerita tentang kelebihannya sendiri di depan orang lain. Dia mengatakan padaku kalau bisnis yang dia kelola adalah bisnis kuliner yang mana bisnis kulinernya ini tidak hanya satu, tetapi banyak. Ia memilih berbisnis di bidang kuliner ini karena ia sangat suka makan sejak kecil. Setelah tumbuh dewasa ia pun memiliki hobi memasak sehingga jadilah ia terjun dalam bisnis di bidang kuliner. Kak Bintang bilang kalau ia sudah mendirikan restorannya sendiri di beberapa lokasi yang ada di wilayah Indonesia dan restorannya itu selalu ramai didatangi oleh pengunjung. Restorannya pun selalu mendapatkan rating bintang lima dari ulasan para pelanggannya. Bisnis-bisnis kulinernya yang lain pun berjalan dengan sangat lancar dan sukses. Itulah yang menjadikannya sebagai salah satu anak kebanggaan Papa. Dukungan dan bantuan dari Papa pun terus mengalir untuk Kak Bintang. "Walaupun aku ini pemalas, tapi aku tidak akan malas dalam mengerjakan apa yang aku sukai. Apalagi Papa benar-benar sudah mendukungku. Jadi, aku tidak boleh mengecewakannya," katanya sambil tersenyum ke arahku. Kini beralih ke anggota keluarga yang terakhir yaitu Kak Awan. Kak Bintang bilang padaku kalau Kak Awan mempunyai bisnis di bidang fashion dan gambar yang mana bisnisnya ini sudah sangat terkenal dan sukses. Ia memilih berbisnis di bidang itu karena hobi dan kecintaannya pada dunia seni khususnya seni menggambar. Kak Awan memiliki banyak butik mewah yang telah tersebar di seluruh dunia. Ia juga telah memiliki merek dagangnya sendiri yang mana namanya sudah sangat terkenal se-antero dunia fashion dan juga dunia entertainment. Artis-artis terkenal, keluarga pejabat dan bahkan keluarga ningrat banyak yang telah memakai karya buatannya. Papa pun sangat mendukung apa yang Kak Awan geluti ini. Ia sama bangganya seperti ia bangga terhadap anak-anaknya yang lain, yang telah berhasil mendirikan bisnis mereka sendiri hingga sesukses sekarang ini. "Ya, itulah semua bisnis yang setiap anggota keluarga ini geluti yang mana semua bisnis itu sangat kami nikmati dan kami jalani dengan sangat enjoy. Itu semua karena, ya ... apa yang kami kerjakan itu adalah hal-hal yang memang dasarnya paling kami sukai," kata Kak Bintang. Aku begitu kagum dan salut dengan perlakuan Papa pada istri serta anak-anaknya. Ia benar-benar memberikan kebebasan pada semuanya dan tidak memaksakan kehendak mereka untuk melakukan suatu hal yang mana tidak mereka inginkan. "Suatu hari nanti aku harus bisa menemukan jalanku sendiri. Aku juga harus membuat Papa bangga padaku. Aku harus bisa seperti kakak-kakakku. Aku tidak boleh mengecewakan Papa!" batinku membara. Kami mengobrol dengan sangat seru sampai tak terasa, kini aku dan Kak Bintang telah sampai di depan pintu ruangan yang kami tuju. "Nah, sudah sampai. Ini dia ruangannya." Kak Bintang lalu membukakan pintu ruangan tersebut. Kini terlihat jelas dengan kedua mataku sebuah ruangan permainan yang sangat besar dan luas dengan banyaknya permainan yang tersedia. Ini benar-benar seperti tempat bermain yang ada di mall-mall, tetapi terlihat lebih hebat, lebih mahal dan lebih keren. Tempat ini benar-benar dikhususkan untuk bermain game sampai puas! bisa sampai gumoh! benar-benar sebuah surga bagi seorang pencinta permainan. "Kalau begitu, Kakak tinggal bekerja dulu ya. Silakan kamu bermain sepuasnya di sini." Aku pun menganggukkan kepalaku sambil tersenyum. "Oiya, ini." Kak Bintang memberikan sebuah ponsel mahal keluaran terbaru padaku. Ponsel itu berwarna hitam, sudah dilengkapi dengan casing pelindungnya yang berbentuk iblis merah bertanduk. "Ini ponselmu. Semua kontak sudah dimasukkan ke dalamnya. Jadi kalau ada apa-apa, kamu bisa langsung menghubungi kontak yang tertera di sana." Aku pun kembali menganggukkan kepalaku untuk yang kedua kalinya. "Ya sudah, Kakak pergi dulu ya." Kak Bintang mengusap-usap pucuk kepalaku lembut sembari memberikan sebuah tatapan hangat kepadaku. "Sampai ketemu lagi saat makan malam nanti." Kak Bintang melemparkan senyum manisnya padaku dan lalu beranjak pergi meninggalkan aku sendiri di ruangan ini. Bukannya langsung bermain permainan yang ada di ruangan ini seperti niatan awalku, aku malah berdiri diam sembari mengusap pucuk kepalaku yang diusap oleh Kak Bintang tadi. "Jadi begini rasanya, disayangi oleh seorang kakak. Aku benar-benar senang," batinku. Tiba-tiba saja, senyum bahagia terukir di wajahku. Aku yang tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang keluarga selama hidupku, merasa sangat bahagia dengan hal kecil yang Kak Bintang lakukan tadi. Kemudian, aku pun kembali ke niatan awalku untuk bermain game. Selama berjam-jam aku memainkan beberapa permainan yang ada di ruangan ini. Sampai akhirnya, aku hanya berfokus pada satu permainan yaitu, Playstation 5 yang terletak di pojok ruangan. Permainan yang terunduh di PS5 ini kebetulan adalah permainan-permainan yang sepertinya memang cocok denganku. Aku sangat anteng bermain permainan-permainan tersebut sampai tak terasa jam telah memasuki waktu sore dan bodohnya aku karena telah melewati jam makan siang. Kini perutku benar-benar terasa sangat lapar. "Sepertinya aku harus makan sekarang." Aku bangkit dari posisi dudukku dan berniat keluar dari ruangan ini untuk menuju ke ruang makan. Tapi hal itu aku urungkan karena aku sama sekali belum hafal dengan denah rumah ini. Yang ada nanti aku malah tersesat. Di saat aku sedang berpikir apa yang harus aku lakukan, tiba-tiba aku langsung teringat dengan ponsel yang Kak Bintang berikan padaku tadi. Kuambil ponselku dan lalu kupilih ikon bergambarkan buku telepon. Aku cari nama kontak yang bertuliskan nama Kepala Pelayan di daftar kontak. "Ah ini dia!" Akhirnya aku menemukannya. Langsung saja aku klik nama tersebut dan kutunggu panggilanku diangkat olehnya. Tut Tut Tut Loh? kok tidak aktif? Lalu aku coba untuk menghubunginya lagi dan ternyata masih sama. Terdengar bunyi tut tut dan tut. Lalu aku berpikir untuk menghubungi nomor yang lainnya. Dan kudapati nama ‘Penjaga Pintu Depan’. Tak perlu menunggu lama, aku pun langsung memencet tombol panggil. Tut Tut Tut Sama. Teleponnya tidak aktif. Yang terdengar hanyalah suara tut berkali-kali. Aku tidak menyerah. Kucoba telepon ke nama-nama lain yang tertera di kontak, tapi anehnya semuanya sama. Hanya terdengar bunyi tut berkali-kali. Karena mulai merasa bingung dan kehabisan akal. Aku pun memutuskan untuk menelepon salah satu kakakku. Kucari nama salah satu kakakku yang mungkin paling bisa membantuku untuk saat ini. "Nah! Ini dia! Surya Azkara." Segera kutekan tombol panggil tapi, niatan untuk menghubungi Kak Surya seketika aku hentikan mengingat Kak Surya saat ini sedang bekerja. Lalu kutekan tombol untuk membatalkan panggilan. "Huft ... yang lainnya pasti juga sama sedang bekerja." "Aku tidak ingin mengganggu mereka yang sedang bekerja hanya karena aku ingin meminta tolong untuk mengantarkanku pergi ke ruang makan." Kutaruh kembali ponselku ke dalam saku celanaku. Kini, mau tidak mau aku harus berjalan menyusuri lorong rumah yang sangat luas sendirian agar aku bisa sampai ke ruang makan. Aku harus nekat! Karena perutku kini benar-benar terasa sangat lapar. Aku pun berjalan menuju pintu. Kubuka pintunya dan lalu kutengok ke arah kanan dan kiri berharap akan ada orang lewat yang bisa membantuku. Tapi nyatanya aku tidak menemukan seorang pun, yang terlihat hanyalah lorong besar yang sangat sepi. Dengan rasa ragu yang sangat besar, aku pun akhirnya nekat untuk pergi mencari ruang makan sendirian. Kini aku berjalan menyusuri jalan yang sebelumnya aku lewati bersama dengan Kak Bintang. "Ya, aku ingat. Tadi aku lewat sini," batinku. Aku terus berjalan sembari mengingat-ingat jalan yang aku lalui tadi. Kuperhatikan sekelilingku, memastikan kalau jalan yang aku lalui ini adalah benar jalan yang aku lalui sebelumnya. Tak terasa, sepertinya aku telah berjalan cukup jauh dari ruang permainan tempat sebelumnya aku berada. Aku masih terus berjalan dan merasa kalau jalan yang aku lalui ini adalah jalan yang benar. Tapi anehnya, aku merasakan ada hal yang sedikit berbeda dari jalan ini walaupun di saat yang bersamaan, aku juga mengenali jalan ini. "Bukankah ... ini adalah ruangan patung-patung milik Papa? Tapi, kenapa posisi patungnya sekarang berubah ya? Dan lagi, kenapa jumlah patungnya menjadi lebih sedikit dari sebelumnya?" batinku bertanya-tanya. "Ini aneh." Kutatap fokus ke arah salah satu patung malaikat yang ada di ruangan ini. Dan tiba-tiba saja tubuhku merasa merinding. Aku hafal betul dengan patung ini. Sebelumnya, patung ini berpose sedang menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Tapi kini, ia berpose seakan-akan ia sedang memperingatkan seseorang akan adanya suatu bahaya. "Bagaimana bisa begini?" Kuabaikan patung itu dan lalu kupercepat langkah kakiku melewati tempat ini. Kulangkahkan kakiku dengan cepat sampai akhirnya aku tiba di sebuah persimpangan jalan yang lagi-lagi aku merasa tidak asing saat melihatnya. "Ini persimpangan menuju ruang perpustakaan!" Tanpa berpikir panjang, aku langsung memutuskan untuk mengambil rute jalan menuju ke ruang perpustakaan. Karena aku pikir, aku akan menemukan pekerja renovasi beserta para pelayan yang berjaga di sana. Dengan begitu, aku bisa meminta bantuan pada mereka (pelayan) untuk mengantarkanku menuju ke ruang makan. Aku pun mempercepat langkahku agar segera sampai ke sana. Dan akhirnya sekarang, aku telah tiba di depan pintu ruang perpustakaan. Tapi anehnya, kenapa tempat ini terlihat sangat sepi? Seakan-akan tidak ada kegiatan renovasi yang sedang dilakukan. "Ini aneh," batinku. Kulangkahkan kakiku mendekat ke arah pintu perpustakaan. Kutempelkan telingaku di permukaan pintunya, berusaha untuk mendengar, apakah ada suara pekerjaan renovasi di dalamnya. Tapi ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN