BADDAS 5

1827 Kata
Hari pertama dilalui gen 9 dengan cara yang menyenangkan. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan di mana mereka semua baru saja mengelilingi gedung demi gedung untuk mengenali lingkungan sekolah serta asrama Baddas Academy. Peraturan yang berlaku di Baddas Academy sebenarnya sudah dicantumkan dalam buku pegangan masing-masing. Akan tetapi, sebagai formalitas hari sang wali kelas dan guru pendamping kembali mengulang. Tidak tanggung-tanggung konsekuensi dari pelanggaran tersebut adalah diskualifikasi dari Baddas Academy. Usai berkeliling melihat bagian dari sekolah, mulai dari ruang belajar sampai perpustakaan dan tempat latihan musik Zhie memilih termenung di balkon asrama memandangi gedung sekolahnya. Masuk ke Baddas Academy adalah salah satu cita-cita dari perempuan itu terlebih kakaknya adalah alumni dari Baddas Academy. Jumlah siswa gen 9 yang sedikit membuat Zhie merasa tidak memiliki teman. Hanya ada Mahda dan kadang-kadang Christina yang mau mengajaknya bicara. Selebihnya Zhie seperti dimusuhi, terlebih oleh Joanna yang merupakan teman sekamarnya. "Eh, lo bisa banget, ya, menghindar dari tanggung jawab, sekarang kan giliran lo beresin kamar, ngapain nongkrong di sini?" Joanna datang langsung menegur Zhie. Entah bagaimana ceritanya teman sekamarnya itu selalu membuat ulah dan gara-gara. Zhie adalah tipikal cewek yang tidak baperan dan tidak mau ribut, dia memilih untuk bungkam meskipun terkadang ada saja hal yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Tanpa menjawab teguran dari Joanna, Zhie langsung masuk ke area asrama gen 9. Dia mengambil peralatan kebersihan, kemudian membersihkan kamarnya tanpa banyak bicara. Semua anggota gen 9–kecuali dirinya dan juga Joanna– sedang berkumpul di sofa membicarakan rencana mereka ke depannya. Saling bercerita pengalaman dan juga kemampuan yang dimiliki. Zhie memiliki keinginan untuk bergabung, akan tetapi dia harus menyelesaikan tugasnya membersihkan kamar terlebih dahulu. Sayangnya joana tidak cukup puas dengan apa yang dilakukan oleh Zhie. Perempuan itu selalu mencela hasil pekerjaan Zhie, termasuk lantai yang baru saja disapu dan juga dipel. Zhie tidak terpengaruh dengan teguran Joanna, dia lebih memilih legowo saja menerima perlakuan dari teman sekamarnya, sambil kembali membersihkan lantai yang dianggap kotor oleh Joanna. Sebenarnya tindakan ini sudah termasuk bullying akan tetapi Zhie tidak mau mencari gara-gara di hari pertama dia berada di Baddas Academy. "Lo kayaknya nantangin gue, ya?" Joanna merebut alat pel dari tangan Zhie sehingga membuat perempuan itu mengaduh karena sakit. "Mana ada nantang, gue, kan cuman bersihin lantai yang kata Lo masih kotor, apa salah?" tanya Zhie. "Jangan mentang-mentang usulan lo diterima sama Andreas lantas lo belagu." Joanna melemparkan kain pel, gagangnya menimbulkan suara yang cukup menarik perhatian teman-temannya yang sedang berbincang di luar. "Kenapa lo jadi bawa-bawa hal itu? Lo juga bukannya setuju, ya?" Zhie mulai terpancing emosinya, tak kalah sengit perempuan itu melemparkan sapu di hadapan Joanna. "Sini lo kalo berani, dasar .... " Ucapan Joanna terhenti, tangannya mengambang di udara. Dia sebelumnya ingin memukul Zhie akan tetapi Andreas yang mendengar keributan buru-buru masuk dan mencegah hal itu terjadi. Zhie bersyukur karena teman-temannya yang lain datang untuk memisahkan Kalau tidak dia bisa lepas kendali dan mungkin mereka berdua akan berkelahi. "Umur kalian berapa, sih, berantem kayak bocah aja, malu-maluin!" tegur Andreas. "Dia yang duluan, harusnya bersih-bersih, lah malah ngelamun di balkon. Giliran bebersih, gak bersih sama sekali gak ada bedanya, tau, gak sih!" Joanna tidak mau disalahkan dia terus-terusan membela diri, sedangkan Zhie seperti biasa dia lebih banyak diam karena mengalah. "Belum waktunya beres-beres, Joanna, kami juga kan lagi pada ngobrol, istirahat dulu bukannya kalian pada capek?" lerai Mahda. Joanna melirik Mahda, selain Zhie, Mahda adalah orang yang paling tidak dia sukai. "Apa hak lo sampe ikut campur, diem aja bisa gak sih?" "Astagaaa, pakai nyolot." Rei berkomentar dia mengambil gagang sapu dan pel yang berserakan di lantai kemudian dengan santai lelaki itu melanjutkan pekerjaan Zhie, merasa tidak enak Zhie akhirnya mengambil alat pel dari tangan Rei. "Jangan sampai kejadian ini ketahuan sama Pak Harvey atau bahkan kepala sekolah, kita di sini satu tim, gen 9 yang berjumlah 10 orang itu bersaudara, nggak boleh bertengkar lagi. Gue nggak mau tahu, kalian kudu maafan sekarang juga." Sebagai pemimpin Andreas berusaha bijak dia meraih tangan Joanna untuk diberikan kepada Zhie yang kini sudah memunggungi dan membantu Rey mengepel lantai. "Kan, dianya yang nyebelin, gue udah nyodorin tangan kayak gini juga, dia malah balik badan lanjut ngepel. Emang dasar jiwanya jiwa babu!" umpat Joanna. "Astaga, Kak, jaga bicaranya. Kedengaran sama pendamping nanti nilai kalian dipotong. Jangan sampai di antara kita ada yang didiskualifikasi." Peach adalah salah satu perempuan yang jarang sekali berkomentar dia lebih banyak diam menyimak sekali jika dibutuhkan akan memberikan pendapatnya. "Benar apa yang dibilang oleh Peach, sekarang kalian selesaikan dulu pekerjaan, tinggal ngepel doang, kan?" tanya Andreas, Zhie hanya mengangguk. "Ya udah, selesai ngepel, Gue tunggu di depan. Kita diskusi lagi masalah Olimpiade The Baddas, tadi gue udah ngomong sama Pak Harvey. Hari ini juga beliau akan bicara sama Pak Alaska." Apa yang dikatakan oleh Andreas membuat gen 9 merasa bersemangat. Semoga saja apa yang mereka usulkan diizinkan oleh Alaska sang kepala sekolah. Satu-persatu keluar dari kamar Zhie dan Joanna. Bahkan Joanna pun mengekor di belakang. Namun, sebelum Joanna keluar dari kamar, Andreas mencegahnya, kemudian Dia menyuruh perempuan itu untuk segera meminta maaf kepada Zhie. Begitu pun sebaliknya, Zhie harus minta maaf karena menurutnya dua-duanya salah. Dengan enggan Joanna mengulurkan tangannya kepada Zhie, perempuan berambut pirang itu menyambutnya dia tersenyum tapi Joanna tetap bergeming. Tidak ada senyum, tidak ada ucapan permintaan maaf hanya formalitas saja menempelkan telapak tangannya. Zhie menarik napas panjang setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, sebagai anak perempuan yang selalu dimanja di rumah, dia cukup puas dengan hasil kerjanya. Lantainya menjadi bersih, inilah pertama kali perempuan itu membersihkan lantai. Teman-teman gen 9 sudah menunggu termasuk Johana, dia masih tidak terima, entah mengapa perempuan itu memiliki dendam kesumat terhadap Zhie. "Oke, semua udah kumpul, ya, sekarang sebelum semuanya berubah jadi serius, kita sharing dulu, kita juga belum berkenalan secara resmi. Belum saling mengenal lebih jauh satu sama lain, gimana kalau sekarang ini kita mulai memperkenalkan diri masing-masing. Berkenalan bukan hanya bertukar nama, ingat, loh kita juga harus tahu di mana dia tinggal, apa bakat yang dimiliki sehingga berada berada di sekolah ini." "Perlu, ya?" tanya Mahda, perempuan itu padahal sudah tidak sabar ingin mendengar tentang Academy the baddas. "Perlu, karena kita di sini sudah menjadi satu. Jangan sampai ada kesalahpahaman lagi di antara kita semua," ucap Andreas. "Gue sih setuju, biar gue aja dulu yang perkenalkan diri, bagaimana?" usul Aries. "Boleh," jawab Andreas, kemudian dia berdiri dan mempersilahkan Aries untuk maju ke depan, demi memperkenalkan diri di hadapan teman-temannya. Dari tempatnya berdiri dia melihat Zhie sedang mengikat rambutnya yang pirang. Zhie itu sebenarnya baik, itulah kesan pertama yang ada ketika melihatnya di bis saat perjalanan menuju Baddas Academy. Akan tetapi, setelah berada di sini dan satu kamar dengan Joanna, dia jadi agak murung. Andreas tahu Zhie tidak suka satu kamar dengan Joanna, begitupun sebaliknya. Namun, jika mereka tidak dibiasakan untuk selalu bersama maka tidak akan ada kebersamaan di antara gen 9 hanya akan ada kubu demi kubu yang justru akan memecah gen 9. Aries cukup heboh, dengan tergesa lelaki itu maju ke depan, matanya menyipit saat tersenyum kemudian dia menggaruk tengkuknya bingung apa yang harus dikatakan pertama kali. "Gue lupa mau ngomong apa barusan," ucap Aries tanpa dosa. Serempak teman-temannya berkata, "Wooo!" menyoraki lelaki yang dengan percaya diri mau berkenalan, tapi pada saat di depan dia bingung mau bicara apa. "Tenang bro and sist, gini, kenalin nama gue Aries. Ya, sesuai dengan nama zodiak juga. Kebetulan gue lahir di bulan April, mungkin itulah alasan emak bapak gue ngasih nama itu. Satu kebanggaan di keluarga kami Akhirnya gue kepilih buat bersekolah di sini sumpah nggak nyangka banget. Padahal gue kepengen nya nggak di sini," Aries tertawa. Lelaki itu sebenarnya bercita-cita sebagai seorang teknisi, dia ingin masuk sekolah yang berhubungan dengan itu agar pada saat lulus bisa langsung digunakan ilmu-ilmunya. Sayangnya, takdir berkata lain bakatnya yang terpendam membawa lelaki itu hingga sampai di Baddas Academy. "Ya, pokoknya gitulah, nama gue Aries dan gue jombo.* Tepuk tangan terdengar di ambang pintu, seketika anak-anak gen 9 menoleh. Di sana sudah berdiri sang pendamping gen 9 yakni Harvey. Lelaki itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti pada saat pagi hari. Tanpa diperintah Harvey kemudian duduk di salah satu sofa. Tidak menyangka anak-anak gen 9 gerak cepat mendekor ruangan, sehingga nyaman ditempati seperti di rumah sendiri. "Oke, lanjutkan perkenalannya, sekarang siapa yang belum maju?" tanya Harvey. Sebagai ketua kelas, Andreas maju kemudian dia memperkenalkan diri. Di sela-sela perkenalan, lelaki itu menyanyikan sebuah lagu. Semua yang ada di sana terhipnotis dengan suaranya yang merdu. Sudah bisa dilihat dan ditentukan bahwa lelaki itu memiliki bakat di bidang tarik suara. Zhie maju setelah Andreas selesai memperkenalkan dirinya. Dia tidak membawa apa-apa, kemampuannya adalah memainkan beberapa alat musik. Dalam perkenalan ini, Zhie hanya bercerita bahwa Dda berasal dari Kalimantan dan sangat bercita-cita untuk masuk ke Baddas Academy seperti ketiga kakaknya. Satu per satu hingga akhirnya kesepuluh orang itu selesai memperkenalkan diri. Sekarang Harvey maju sebagai pendamping gen 9, dia juga berkewajiban untuk memperkenalkan dirinya kepada anak-anak yang akan didampingi sampai lulus dari Badass Academy. "Saya minta, pada saat berada di kamar ini kita santai saja jangan terlalu kaku dan formal seperti di sekolah. Seperti yang kalian tahu nama saya Harvey. Punya saudara kembar yang mana dia adalah pendamping Gen 8. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan di sini saya lulusan Baddas Academy sebelum ada gen satu, gen 2 sampai gen 9 ini. Karena setiap kepala sekolah beda beda cara penyebutan tiap angkatan. Mungkin perkenalan ini bisa kita lanjutkan kapan-kapan, karena makin hari makin banyak fakta yang akan kalian ketahui baik dari saya ataupun teman-teman kalian. Sekarang mari kita diskusi masalah yang diusulkan oleh Andreas tadi pagi. Apa yang Andreas usulkan, Bapak rasa ini adalah usulan dari kalian semua, dan Bapak juga merasa senang karena kalian memiliki pemikiran yang sama dengan Bapak. Namun, tetap Pak Alaska tidak mau mengabulkan permintaan kita. Jadi berbesar hati lah kalian belajar dengan tekun agar bisa lulus dari sekolah ini dengan baik." "Yah, enggak jadi deh," keluh Mahda, perempuan itu kecewa, dia bercita-cita ingin menampilkan tarian yang sudah dipelajari selama ini "Memangnya kami nggak boleh banget ikutan ya, Pak?" Zhie terlihat sedih. "Tidak Zhie, Bapak tidak bisa membujuk Pak Alaska lebih jauh lagi, jadi bersabarlah. Oke anak-anak besok, kalian mulai belajar, mulai masuk kelas sesuai dengan bidang keahlian masing-masing dan sekarang istirahatlah. Jangan galau ingat!" Sebelum keluar dari ruangan asrama gen 9 Harvey menepuk pundak Andreas sebagai bentuk kebanggaan dirinya terhadap lelaki itu yang sudah ditunjuk sebagai ketua kelas. Mendapati mereka tidak akan bisa mengikuti Olimpiade merupakan kekecewaan yang paling berat, tapi mereka seharusnya sadar diri karena jangankan menguasai semua hal yang dilombakan dalam olimpiade, aturan serta pelajaran apa yang akan mereka dapatkan di sekolah ini pun masih belum diketahui Jadi wajar saja. Aries berusaha mencairkan suasana dengan cara menghibur teman temannya yang bersedih, dia menari, bernyanyi bahkan tertawa saat beberapa temannya membuat lelucon. Jika ada yang bertanya siapakah yang pandai bersandiwara, maka jawabannya adalah anak-anak gen 9. Mereka sebenarnya sedih tetapi mereka berusaha saling menguatkan agar bisa bertahan sekolah di Baddas Academi tanpa hambatan apa pun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN