Langkah panjang, pria bertubuh jangkung dengan badan kekar itu terhenti sejenak. Ketika telinganya mendengarkan suara berisik dari dalam kamar.
“Ahhh! Fast baby…” lenguhan penuh gairah milik seorang wanita, membuatnya mempercepat langkahnya menuju kamar. Tak tanggung-tanggung, dia melihat pemandangan yang membuat kepalanya berputar-putar.
Tubuh wanita cantik tengah beratraksi di atas seorang pria, dengan raut wajah penuh gairah, dan desahan yang membakar jiwanya. Di tambah peluh yang mengalir membasahi wanita cantik itu, membuktikan jika adegan ini, bukan baru di mulai.
“Kau benar-benar pria perkasa, Sayang. Ahhh…yeahh!” Teriaknya dengan wajah puas, menatap ke arah pria yang ada di bawahnya.
Kalimat itu bak bius yang membuat kaki Raksa melemah tiba-tiba. Dia tidak menyangka, perjalanan panjang yang sengaja dia usahakan agar segera kembali ke Indonesia, untuk bisa bertemu dengan sang tunangan yang konon katanya sangat merindukannya, ternyata mendapat hadiah sedemikian rupa.
Nyeri lengannya tiba-tiba semakin terasa, hingga tanpa sadar Raksa meremas lengannya yang baru selesai di operasi tadi sore karena sebutir peluru sempat bersarang di dalamnya dalam aksi transaksi bisnis ilegalnya di luar negeri.
Bahkan dokter pribadinya juga menyarankan dirinya untuk tetap beristirahat di markas, karena tembakan itu, baru di obati dengan sempurna setelah tiba di Indonesia, karena keadaan mencekam disana. Luka bekas tembakan itu mengalami infeksi, harusnya si empunya luka sedikit waspada dan mawas diri, bukan malah mencengkeram luka tanpa sadar, mungkin karena amarahnya.
BRUGH!!
Raksa terjatuh, karena lututnya tak lagi kuasa menahan tubuhnya. Sontak saja, suara jatuhnya Raksa membuat insan yang tengah berpeluh di atas ranjang, menikmati klimaks setelah bercinta menoleh ke arah sumber suara.
Sedangkan Raksa, tengah berusaha untuk bangkit dari jatuhnya. Bibirnya terasa kaku. Bahkan tak ada satupun kalimat yang bisa terucap, meski sudah tertumpuk di kepalanya dalam beberapa detik. Hanya air mata yang justru meleleh dengan deras. Padahal air mata untuk seorang Raksa amatlah mahal. Terlebih dia adalah seorang mafia yang cukup terkenal di kalangannya.
“Ce-Cellilne…” bisiknya terbata-bata, seolah ada beban berat menimpa dadanya. Hingga dia mengalami sulit bernafas dengan sempurna.
“Ra-Raksa!!” Pekik wanita cantik yang masih tak mengenakan sehelai benangpun di atas ranjang. Dia tampak panik melihat siapa gerangan yang ada di hadapannya.
Wanita itu mencari kimono untuk menutupi kulit mulusnya. Sedangkan Raksa sudah mampu kembali bangkit berdiri, amarahnya menggelegak. Hingga pintu menjadi pelampiasan.
BRAKKK!!
“Arghh!! Wanita ibliss!” Teriaknya kencang. Wajahnya memerah, urat-urat di wajahnya terlihat jelas, bahkan matanya seperti mau keluar.
Tak terbayang olehnya, jika wanita yang telah menjadi tunanganya mampu bersentuhan bahkan bergulat bebas di atas ranjang. Sedangkan wanita itu mengatakan padanya, jika dia pobia dengan sentuhan lelaki, karena masa lalunya.
“Raksa!! Dengarin penjelasanku. Aku-aku…! Wanita bernama Celline itu mengejar ke arah Raksa yang sudah kehilangan dirinya. Hanya bersisa amarah dan para iblis yang merasuki.
“Kau!! Beraninya kau berhianat di belakangku?!!” Raksa menarik pistol dari pinggangnya dan menodongkan ke kepala wanita itu.
“Raksa, aku mohon. Dengarin aku. Ini semua tidak seburuk yang kamu pikir. Aku bisa jelasin, Sa.”
Raksa mendekat dan mencengkeram bibir wanita itu. “Sekali lagi kau membela diri, aku robek mulutmu! Aku melihat semuanya sendiri. Dan kau anggap aku adalah tong sampah! Menerima wanita sampah sepertimu?!”
DORR! DORR!!
Tembakan di arahkan ke sembarang tempat. Membuat Celline mundur beberapa langkah, dan wajahnya memucat ketakutan. “Ingat. Angkat kaki dari apartement ini, dan jangan pernah aku lihat wajahmu di hadapanku. Atau kau akan mati di tanganku!!” Geram Raksa dengan kilatan amarah dan kekecewaan tak terlukiskan.
“Raksa…” Celline kembali mendekat, dan meraih jemari tangan pria itu.
“Jangan berani menyentuhku!!” Raksa mengibaskan tangannya, “Ingat, aku memberimu waktu sampai jam dua belas malam. Kalau kau tak meninggalkan apartement ini. Jangan salahkan aku, jika besok pagi kau tinggal mayat.” Seiring kalimatnya, Raksa melangkah meninggalkan wanita itu.
“Raksa! Kamu harus dengarin aku, Sa! Aku melakukan ini karena terpaksa! Aku sakit, Sa. Aku bisa mati kalau tidak melakukannya!!” Teriak Celline sembari mengejar Raksa yang terus melangkah meninggalkan unit apartement miliknya.
“Raksa. Aku menderita penyakit Nymphomaniac. Aku ingin sembuh, itu kenapa aku memilih menikah denganmu.” Sebuah pesan singkat dia kirimkan kepada sang tunangan yang tengah murka.
Raksa membaca pesan singkat itu, sembari berjalan tertatih menyusuri lorong menuju lift. Dia benar-benar terpukul dengan apa yang baru saja dia saksikan.
“Jangan mencari pembenaran atas sebuah kesalahan. Ingat, waktumu sampai jam dua belas malam. Atau kau memasrahkan nyawamu padaku.” Balas Raksa pada pesan singkat milik sang tunangan, lalu dia mematikan ponselnya dan kembali tertatih menuju lift.
Sesampainya di dalam lift, dia memperbaiki topi hitam yang dia kenakan, dan menyandar di dinding lift untuk menopang tubuhnya yang sudah kehilangan tenaga. Kepalanya bahkan terasa berputar-putar, sedangkan lengannya mulai basah.
Dan…
BRUGH!!
Raksa jatuh pingsan di dalam lift, hingga seorang wanita yang baru masuk menjerit melihat pria yang pingsan di dalam lift. Dia yang terburu-buru, segera menghubungi ambulance. Dia tidak berani menyentuh pria yang terjatuh telungkup. Setelah melihat cctv yang tengah merekam, dia langsung meninggalkan lift dan berteriak pada petugas keamanan.
“Mas! Mas! Ada yang pingsan di dalem lift. Tolong bantu bapak ini, ke ruangan yang lebih luas. Sepertinya beliau terluka, ada darah di pakaiannya. Saya sudah ngubungin ambulance. Dan sekarang ambulance sedang menuju ke sini” pekik seorang wanita muda yang baru keluar dari dalam lift, dengan wajah panik.