21. Menepati Janji

1946 Kata
Hari yang menggelora. Kematian Dave masih terasa di dalam ingatan semua orang, bahkan tak sedikit yang masih berkabung dengan hal itu, tak terkecuali Enfire. Di bawah sebuah pohon ia hanya terdiam, memikirkan hal-hal aneh yang menyerangnya. Ia kira setelah permintaannya pada Dave beberapa hari lalu, ia akan menemukan titik terang dari semua ini, tapi ternyata tidak, takdir masih berkata lain. Hei, kok bengong? sapa seorang gadis, Enfire menatap wanita itu dengan tersenyum. Kamu, Enersent. Tumben kesini? Harusnya kau bertanya, kok kamu tumben ada disini? Aku lagi kepikiran tentang kematiannya pak Dave, seminggu lalu. Iya, aku pun masih kepikiran, tapi bagaimana lagi, itu sudah takdir. Yang penting sekarang kita gak boleh menangisi kepergiaanya karena itu hanya akan membuatnya tersiksa. Semangat..! kata Enersent, membuat Enfire tersenyum. Gadis itu sungguh telah merubah hidup Enfire, mengalami cinta pertama sungguh menyenangkan. Ini rasanya mabuk mawar, membuatnya seakan terbang kelangit tujuh, menembus gumpalan awan, lalu menulis takdirnya sendiri. Sedang gadis penggemar n****+ itu mulai fokus dengan buku bacaanya. Baca apa? tanya Enfire kembali mengajak Enersent berbicara. Buku n****+ thriller. Jawab Enersent singkat. Maksud ku judulnya? The wind up bird chronicle dari Haruki Murakami. Mau ikut baca? Boleh. Enfire duduk mendekati Enersent, satu buku mereka pegang bersama, membuat mereka seakan sepasang kekasih. Entah perasaan apa yang sedang di rasakan keduanya yang pasti mereka hanya terpaku dengan hati mereka masing-masing. Sedang sepasang mata melihat mereka dari balik pohon yang lain. Virgosa menatap keduanya dengan penuh amarah, matanya mengatakan rasa cemburunya. Tak ikhlas rasanya jika pacarnya sedang bersama laki-laki lain, kini matanya nanar. Semakin waktu Enfire semakin mendekatkan tubuhnya pada Enersent, hal itu membuat hati Virgosa di landa prahara. Ini bukan pertama kalinya ia melihat Enfire dan Enersent duduk serapat itu, beberapa minggu lalu saat festival bunga sakura ia juga melihatnya. Malah keintiman terasa di antara mereka saat itu. Melihat kedekatan mereka Virgosa hanya mampu berlalu pergi, ia tak mau melakukan apa-apa pada Enfire, walau tangannya ingin sekali memberi pukulan pada wajah orientalnya itu. Virgosa menyusuri koridor lantai satu, ia hanya terus diam tanpa senyuman yang biasanya menghiasi bibir merah jambunya. Tatapan matanya jeli memperhatikan jalan, kedua telapak tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Hingga, Brukk Virgosa menabrak seorang wanita, namun ia tak terjatuh atau pun oleng, sedangkan wanita itu terjatuh ketanah, sambil mengerang menahan sakit akibat berbenturan dengan ubin lantai. Aduh kalau jalan lihat-lihat dong, sampai nabrak orang. Kata gadis itu yang tak lain adalah Athena, masih dalam keadaan menahan sakit, sedang yang di ajak bicara hanya berlalu pergi. Eh Virgos kemana kamu?! Bukannya minta maaf malah kabur! Dasar sok cool. Athena terus memaki Virgosa, meski ia sadar Virgosa tak akan menggubrisnya. Athena merasa banyak melihat keanehan hari ini tapi tak seaneh tingkah lagu Virgosa yang tiba-tiba cemberut tak seperti biasanya. Pikiran Athena hanya mampu menerka apa yang sedang di alami teman sekelanya itu, mungkin dia sedang sembelit, kata batinya ngacok. Kakinya ia pacu untuk melewati koridor itu, menuju ruangan kerjanya yang sangat jelas di depan pintu di tulis dengan huruf kapital semua. RUANG PENGURUS MADING. Di dalam ruangan ia hanya diam, memikirkan berita yang tak ia dapatkan dari Enfire, padahal berita itu akan ia tampilkan untuk berita utama esok, tapi harapannya kini tinggal keinginan. Mana mungkin Enfire akan menjadi narasumbernya lagi, kalau Argiwel saja sudah berbicara yang tidak-tidak padanya. Sebenarnya bukan hanya masalah itu yang ia sesal kan namun ada hal yang lebih penting ketimbang wawancara dan hal itu menyangkut hatinya. Sejak pertama melihat Enfire ia telah memendam rasa suka, tapi semua hanya sebatas itu. Ia malu untuk mengatakan padanya bahwa ia menyukai Enfire, terlebih lagi akhir-akhir ini ia tahu Enfire lebih dekat dengan Enersent. Sungguh curang Enersent, dulu ketika Athena menyukai Virgosa, tapi kenyataannya Virgosa malah menyukai Enersent, dan sekarang lelaki yang di sukainya juga dekat dengan Enersent. Setelah di pikirnya, ia tak sejelek itu tapi kenapa tak seorang pria pun mau menjadi pacarnya. Athena mengambil sebuah cermin dari dalam tas kecilnya berwarna kuning yang selalu ia bawa, sambil berucap. Wahai cermin neraka kuningku, siapakah wanita paling cantik di sekolah ini? Setelah mengucapkan kata-kata itu Athena kemudian tersenyum, seakan cermin itu mengatakan, Engkaulah wanita yang paling cantik, Athena. “Benarkan aku ini memang cantik. Athena terus memuji dirinya sendiri. Walau memang tak bisa di pungkiri, dengan rambut sebatas bahu, mata sipit yang ditutupi kacamata dan sebuah bando kuning yang selalu menempel di kepalanya, serta kulit putih ia terlihat begitu cantik. Wah jurnalis kita mulai gila, kata seorang wanita yang berdiri di ambang pintu, bibirnya tersenyum penuh dengan emosi kegembiraan, membuat Athena langsung menutup bagian cerminnya di atas meja. Rachel? Kata Athena sedikit tergagap, tumben kau kesini? Ada apa? Tak bolehkah aku mengunjungi sahabat masa kecil ku? Aku rindu pada mu, Rachel kembali berucap masih dengan tersenyum, sedang Athena bingung harus membuka bercakapan apa. Sudah lama rasanya ia tak bicara dengan Rachel, sahabat masa kecilnya yang selalu bersama dengannya karena mereka dulu bertetangga, tetapi setelah perpindahan Athena mereka tak begitu dekat lagi. Setelah hampir bertahun-tahun mereka berpisah, akhirnya mereka bertemu, tapi Tuhan memiliki skenario lain. Takku sangka kau akan menemuiku, kukira kau sudah lupa? Hanya orang-orang yang gagar otak saja yang akan melupakan sahabat sebaik kamu, Jadi selama ini kau gagar otak, sampai kau berusaha tak mengenali ku? Sudahlah itu masa lalu, sekarang aku akan menjadi sahabat mu lagi. Kamu kira semudah itu melupakan semua yang sudah kau lakukan pada ku? Kamu yang telah menjatuhkan reputasi ku di sekolah, merusak kerja ku yang hampir dua tahun menjadi jurnalis, dan si skors dua minggu. Takku sangka kau masih ingat, tapi jangan terlalu berlebihan, aku hanya ingin membuat mu terkenal di mata semua siswa dan membuat mu terlihat di mata guru, lagi pula kamu tak akan di skors lagi kan, karena pak Dave sudah tidak ada. Sudah tak usah basa-basi lagi pada ku, sekarang kau mau apa? Bicarah dan aku harap kamu cepat pergi. Baik, baik, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mengirim mu sebuah foto, dan aku yakin kamu belum melihatnya karena kamu tak membalas, dan aku harap kau bisa membuat berita yang fakta, karena foto-foto itu pun nyata. Setelah mengucapkan kata-kata itu Rachel kemudian berlalu pergi, sedang kan Athena pun langsung membuka ponsel androidnya. Astaga, ucap Athena setelah melihat foto yang tadi di kirim Rachel. *** Harusnya kau bertanya, kok kamu tumben ada disini? Aku lagi kepikiran tentang kematiannya pak Dave, seminggu lalu. Iya, aku pun masih kepikiran, tapi bagaimana lagi, itu sudah takdir. Yang penting sekarang kita gak boleh menangisi kepergiaanya karena itu hanya akan membuatnya tersiksa. Semangat..! kata Enersent, membuat Enfire tersenyum. Gadis itu sungguh telah merubah hidup Enfire, mengalami cinta pertama sungguh menyenangkan. Ini rasanya mabuk mawar, membuatnya seakan terbang kelangit tujuh, menembus gumpalan awan, lalu menulis takdirnya sendiri. Sedang gadis penggemar n****+ itu mulai fokus dengan buku bacaanya. Baca apa? tanya Enfire kembali mengajak Enersent berbicara. Buku n****+ thriller. Jawab Enersent singkat. Maksud ku judulnya? The wind up bird chronicle dari Haruki Murakami. Mau ikut baca? Boleh. Enfire duduk mendekati Enersent, satu buku mereka pegang bersama, membuat mereka seakan sepasang kekasih. Entah perasaan apa yang sedang di rasakan keduanya yang pasti mereka hanya terpaku dengan hati mereka masing-masing. Sedang sepasang mata melihat mereka dari balik pohon yang lain. Virgosa menatap keduanya dengan penuh amarah, matanya mengatakan rasa cemburunya. Tak ikhlas rasanya jika pacarnya sedang bersama laki-laki lain, kini matanya nanar. Semakin waktu Enfire semakin mendekatkan tubuhnya pada Enersent, hal itu membuat hati Virgosa di landa prahara. Ini bukan pertama kalinya ia melihat Enfire dan Enersent duduk serapat itu, beberapa minggu lalu saat festival bunga sakura ia juga melihatnya. Malah keintiman terasa di antara mereka saat itu. Melihat kedekatan mereka Virgosa hanya mampu berlalu pergi, ia tak mau melakukan apa-apa pada Enfire, walau tangannya ingin sekali memberi pukulan pada wajah orientalnya itu. Virgosa menyusuri koridor lantai satu, ia hanya terus diam tanpa senyuman yang biasanya menghiasi bibir merah jambunya. Tatapan matanya jeli memperhatikan jalan, kedua telapak tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Hingga, Brukk Virgosa menabrak seorang wanita, namun ia tak terjatuh atau pun oleng, sedangkan wanita itu terjatuh ketanah, sambil mengerang menahan sakit akibat berbenturan dengan ubin lantai. Aduh kalau jalan lihat-lihat dong, sampai nabrak orang. Kata gadis itu yang tak lain adalah Athena, masih dalam keadaan menahan sakit, sedang yang di ajak bicara hanya berlalu pergi. Eh Virgos kemana kamu?! Bukannya minta maaf malah kabur! Dasar sok cool. Athena terus memaki Virgosa, meski ia sadar Virgosa tak akan menggubrisnya.  Athena merasa banyak melihat keanehan hari ini tapi tak seaneh tingkah lagu Virgosa yang tiba-tiba cemberut tak seperti biasanya. Pikiran Athena hanya mampu menerka apa yang sedang di alami teman sekelanya itu, mungkin dia sedang sembelit, kata batinya ngacok. Kakinya ia pacu untuk melewati koridor itu, menuju ruangan kerjanya yang sangat jelas di depan pintu di tulis dengan huruf kapital semua. RUANG PENGURUS MADING. Di dalam ruangan ia hanya diam, memikirkan berita yang tak ia dapatkan dari Enfire, padahal berita itu akan ia tampilkan untuk berita utama esok, tapi harapannya kini tinggal keinginan. Mana mungkin Enfire akan menjadi narasumbernya lagi, kalau Argiwel saja sudah berbicara yang tidak-tidak padanya. Sebenarnya bukan hanya masalah itu yang ia sesal kan namun ada hal yang lebih penting ketimbang wawancara dan hal itu menyangkut hatinya. Sejak pertama melihat Enfire ia telah memendam rasa suka, tapi semua hanya sebatas itu. Ia malu untuk mengatakan padanya bahwa ia menyukai Enfire, terlebih lagi akhir-akhir ini ia tahu Enfire lebih dekat dengan Enersent. Sungguh curang Enersent, dulu ketika Athena menyukai Virgosa, tapi kenyataannya Virgosa malah menyukai Enersent, dan sekarang lelaki yang di sukainya juga dekat dengan Enersent. Setelah di pikirnya, ia tak sejelek itu tapi kenapa tak seorang pria pun mau menjadi pacarnya. Athena mengambil sebuah cermin dari dalam tas kecilnya berwarna kuning yang selalu ia bawa, sambil berucap. Wahai cermin neraka kuningku, siapakah wanita paling cantik di sekolah ini? Setelah mengucapkan kata-kata itu Athena kemudian tersenyum, seakan cermin itu mengatakan, Engkaulah wanita yang paling cantik, Athena. “Benarkan aku ini memang cantik. Athena terus memuji dirinya sendiri. Walau memang tak bisa di pungkiri, dengan rambut sebatas bahu, mata sipit yang ditutupi kacamata dan sebuah bando kuning yang selalu menempel di kepalanya, serta kulit putih ia terlihat begitu cantik.  Wah jurnalis kita mulai gila, kata seorang wanita yang berdiri di ambang pintu, bibirnya tersenyum penuh dengan emosi kegembiraan, membuat Athena langsung menutup bagian cerminnya di atas meja. Rachel? Kata Athena sedikit tergagap, tumben kau kesini? Ada apa? Tak bolehkah aku mengunjungi sahabat masa kecil ku? Aku rindu pada mu, Rachel kembali berucap masih dengan tersenyum, sedang Athena bingung harus membuka bercakapan apa. Sudah lama rasanya ia tak bicara dengan Rachel, sahabat masa kecilnya yang selalu bersama dengannya karena mereka dulu bertetangga, tetapi setelah perpindahan Athena mereka tak begitu dekat lagi. Setelah hampir bertahun-tahun mereka berpisah, akhirnya mereka bertemu, tapi Tuhan memiliki skenario lain. Takku sangka kau akan menemuiku, kukira kau sudah lupa? Hanya orang-orang yang gagar otak saja yang akan melupakan sahabat sebaik kamu,  Jadi selama ini kau gagar otak, sampai kau berusaha tak mengenali ku? Sudahlah itu masa lalu, sekarang aku akan menjadi sahabat mu lagi. Kamu kira semudah itu melupakan semua yang sudah kau lakukan pada ku? Kamu yang telah menjatuhkan reputasi ku di sekolah, merusak kerja ku yang hampir dua tahun menjadi jurnalis, dan si skors dua minggu. Takku sangka kau masih ingat, tapi jangan terlalu berlebihan, aku hanya ingin membuat mu terkenal di mata semua siswa dan membuat mu terlihat di mata guru, lagi pula kamu tak akan di skors lagi kan, karena pak Dave sudah tidak ada.  Sudah tak usah basa-basi lagi pada ku, sekarang kau mau apa? Bicarah dan aku harap kamu cepat pergi. Baik, baik, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mengirim mu sebuah foto, dan aku yakin kamu belum melihatnya karena kamu tak membalas, dan aku harap kau bisa membuat berita yang fakta, karena foto-foto itu pun nyata. Setelah mengucapkan kata-kata itu Rachel kemudian berlalu pergi, sedang kan Athena pun langsung membuka ponsel androidnya. Astaga, ucap Athena setelah melihat foto yang tadi di kirim Rachel.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN