12. Teman Kamar

1002 Kata
Setelah beberapa hari mendapat pelatihan dari Primus, akhirnya Xuan Yi pun berkembang pesat daripada Klan Manusia lainnya. Ia benar-benar menguasai ilmu kombinasi antara sihir dan tenaga dalam qi yang selama ini dirinya pelajari melalui Kakek Gu. Semenjak itu, Chang Qi pun menyadari perubahan majikannya yang terlihat lebih ceria dibandingkan sebelumnya. Bahkan saat mereka berdua menyelesaikan berbagai seleksi masuk ke Akademi Tangyi, pemuda bernama Xuan Yi itu tidak segan mengeluarkan banyak pembelajaran bela diri dari Primus. Sehingga membuat banyak calon murid yang melihatnya terkagum-kagum. Memang sangat mencolok untuk Xuan Yi menjadi ahli bela diri. Sebab, selama pemuda itu hidup sama sekali belum menyentuh pedang atau pun alat lainnya membuat ia begitu keren di tengah banyaknya pendekar sakti. Meskipun begitu Xuan Yi tetaplah menjadi Xuan Yi. Ia tidak pernah sombong pada siapa pun meski mendapat gelar murid terbaik di dalam calon penerimaan. Setidaknya Xuan Yi sudah mencetak rekor di tengah gunjingan warga yang mengatakan dirinya masuk melalui jalur belakang gelar Master Besar Gu. Akan tetapi, semua itu ia patahkan ketika sang kakek ternyata bukanlah pengawas ujian, melainkan hanya menjadi guru dan akan aktif saat penerimaan selesai. Dan kini Xuan Yi benar-benar bersinar di tengah pendekar lainnya. “Tuan Muda, apa kita akan masuk ke dalam?” tanya Chang Qi mengejutkan Xuan Yi. “Kau benar!” jawab pemuda tersebut melenggang masuk dengan gagah dan elegan bersamaan seorang gadis menyalip dirinya tanpa sengaja. Tentu saja hal tersebut membuat Xuan Yi terkejut dan menghentikan langkahnya. Ia ingin menghormati pada siapa pun gadis yang bisa masuk ke dalam sini. Karena memang tidaklah mudah sehingga dirinya merasa setara dengan siapa pun. Sementara itu, Chang Qi menoleh bingung saat tanpa sengaja ia melihat wajah gadis yang menyalip mereka berdua. Lebih tepatnya gadis itu berlari seakan ia mengejar sesuatu. “Chang Qi, siapa dia?” tanya Xuan Yi berbisik penasaran. Chang Qi menatap majikannya sesaat. “Apa kau ingat gadis yang pernah ditolong olehmu di pasar?” Sejenak Xuan Yi terdiam memikirkan perkataan Chang Qi yang terdengar tidak asing. Kemudian, ia mendelik tidak percaya sembari menatap punggung kecil perlahan menjauh dari tempatnya berpijak. “Aaah, gadis yang bernama Shen Jia’er?” gumam Xuan Yi pada dirinya sendiri. Bahkan pemuda itu sampai tidak menyadari bahwa langkahnya sudah terhenti di lapangan beralaskan batu marmer yang begitu kokoh di tingginya bangungan Akademi Tangyi. Menandakan bukanlah sembarangan orang yang bisa masuk ke dalam sini, dan akan menjadi pendekar hebat ketika keluar dari sini. Chang Qin menatap sekitar, lalu berbisik, “Tuan Muda, kita sudah sampai. Tekarang di depan terlihat Tetua Besar Xiao sedang memberikan arahan.” Mendengar hal tersebut, Xuan Yi langsung mengangkat kepalanya dan benar saja di sana ada seorang lelaki paruh baya berpakaian serba hitam dengan motif hanfu tradisional ala pendekar. Tak lupa tangannya bersiaga di belakang yang mencerminkan benar-benar seorang pendekar. “Yang datang ke sini adalah lima puluh orang dari seratus tiga puluh pendaftar gugur dan dikeluarkan karena terlihat kecurangan saat seleksi. Sehingga yang berdiri di sini adalah calon-calon pendekar kebenaran, jadi saya selaku guru besar di sini mengucapkan selamat datang di Akademi Tangyi,” tutur Tetua Besar Xiao membungkuk singkat. Sontak semua murid yang ada di sana langsung membalas dengan bungkuk tidak kalah rendah dan diakhiri dengan tepuk tangan meriah. Tentu saja mereka semua terlihat senang benar-benar bisa menjadi bagian dari Akademi Tangyi. “Baiklah, nanti akan ada pembagian kamar masing-masing. Silakan dilihat di papan pengumunan yang telah tersedia. Nanti kalau sudah selesai bisa menuju kamar dengan nama tertera di sana sekaligus teman sekamar yang sudah ditentukan oleh para guru,” lanjut Tetua Besar Xiao membuat Xuan Yi dan Chang Qi saling berpandangan. Tentu saja nereka berdua tidak bisa dipisahkan sehingga rasanya sedikit aneh kalau harus mendapat tekan sekamar baru. Apalagi kalau mendapat zonk a.k.a tidak beruntung. Membuat Xuan Yi dan Chang Qi kompak bergidik ngeri. Namun, tak urung mereka berdua langsung bergegas menuju papan pengumunan yang telah disampaikan oleh Tetua Besar Xiao. Satu hal yang mereka sadari, ternyata Akademi Tangyi sangatlah besar dan luas. Bahkan bisa dikatakan tempat mengajar, makan, ruang guru, kamar para murid benar-benar sangat berjauhan jaraknya. Bisa dikatakan letak paling ujung adalah sebuah danau buatan yang sering dijadikan para murid untuk mencuci dan mandi. Akan tetapi, jelas untuk para gadis letaknya tertutup sehingga tidak bisa dilihat selain mereka. Benar saja di papan pengumuman terlihat nama Xuan Yi dan Chang Qi yang ternyata sekamar dengan seorang gadis. Hal tersebut membuat keduanya mendelik tidak percaya, lalu menatap ke arah asisten guru yang terlihat seperti orang dari istana. “Para guru sudah berdiskusi kalau kalian kamar kalian akan dicampur antara gadis dan pemuda, tapi tetap saja tempat tidur dipisahkan. Hanya kamar saja yang digabung untuk meminimalisir kejahatan mengingat sebentar lagi akan peringatan dua puluh tahun peperangan besar dari Klan Manusia dan Klan Iblis,” tutur seorang lelaki dewasa diakhiri dengan tersenyum tipis. Seketika Xuan Yi langsung membaca nama yang menjadi teman sekamarnya. “Shen ... Jia?” Sontak hal tersebut membuat Chang Qi tersentak, lalu menoleh ke arah sampingnya menatap Xuan Yi yang benar-benar terkejut. Ini sangat tidak mungkin. Bagaimana bisa mereka terus bertemu layaknya jodoh? “Kita benar-benar beruntung, Tuan Muda,” bisik Chang Qi membuat majikannya langsung memutar bola mata malas. “Mungkin ... Tapi, aku tetap saja merasa tidak nyaman,” balas Xuan Yi menghela napas panjang. Memang berat untuk sekamar dengan seorang gadis. Apalagi yang dirinya kenali. Tidak ingin berlama-lama berdiri di sana, Xuan Yi pun melenggang pergi untuk melihat di mana dirinya akan tinggal. Sampai langkah dua pemuda itu langsung terhenti pada kamar yang terlintas cukup jauh dari tempat utama, yaitu dapur, tempat mengajar, dan ruang para guru. Sejenak Xuan Yi menatap kamar yang ada di hadapannya sembari menggaruk kepala tidak gatal. Sebab, di depan sana terlihat pintu sudah terbuka menandakan ada seseorang di dalamnya. Hal tersebut membuat Chang Qi sedikit canggung. “Teman sekamar, apa kalian sudah selesai? Aku ingin masuk!” seru Xuan Yi sedikit keras dari luar. “Masuklah,” balas seorang gadis dengan perkataan yang sangat lembut membuat dua pemuda canggung itu benar-benar merasa harus banyak berlatih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN