15. Sangat Memalukan

1034 Kata
Keesokan harinya, Xuan Yi dan Chang Qi pun datang ke kelas pertama di Akademi Tangyi yang dihadiri banyak sekali murid. Dengan berpakaian sama persis. Tentu saja sudah ditentukan oleh Yang Mulia sehingga tidak ada satu pun mereka memakai pakaian yang berbeda. Dengan menggendong tas kain berwarna putih berisikan buku pelajaran, Xuan Yi dan Chang Qi pun memutuskan untuk duduk di salah satu kursi dekat beberapa gadis yang terlihat sibuk membaca. Sedangkan Xiao Pingjing yang baru saja datang pun langsung berlari menghampiri Xuan Yi terduduk di samping Chang Qi dengan jarak meja sedikit jauh. Kemudian, pemuda itu mendudukkan diri di bangku tepat di samping Xuan Yi yang terlihat kosong. “Bagaimana tidur kau tadi malam?” tanya Xiao Pingjing tersenyum misterius. “Sama seperti biasanya,” jawab Xuan Yi bingung melihat ekspresi sahabat karibnya yang aneh. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Sontak Xiao Pingjing kembali menegakkan tubuhnya, lalu melepaskan ransel ke atas meja. “Tidak ada.” Sedangkan Chang Qi yang memperhatikan tingkah keduanya hanya menggeleng tidak percaya. Tentu ia mengerti maksud dari pertanyaan Xiao Pingjing tadi. Tak lama kemudian, kelas pun dimulai dengan cukup serius. Mereka tidak ada yang menyela sama sekali, meskipun sesekali bertanya saat ada yang belum dipahami. Semuanya tampak begitu memperhatikan sampai kelas usai. Setelah kelas berlangcung cukup lama, akhirnya pun selesai. Tentu saja mereka semua hendak menuju ruang makan yang berada cukup jauh dari ruang kelas. Membuat mereka semua meninggalkan tas untuk beristirajat sejenak. Sesampainya di sana terlihat meja berbentuk panjang terlihat bersih sekaligus kosong membuat mereka semua langsung berlari untuk mengantri mengambil nampan makanan. Xuan Yi yang tidak ingin ketinggalan pun ikut berbaris di depan Chang Qi dengan belakangnya terdapat Xiao Pingjing dan teman sekamarnya. Selesai mengambil makanan, mereka pun mendudukkan diri di meja makan bersama banyak murid lainnya. Terlihat semua orang tampak berbincang-bincang, termasuk tiga serangkai. Xuan Yi, Chang Qi, dan Xiao Pingjing. “Aku benar-benar masih tidak menyangka bisa masuk ke sini,” celetuk Xuan Yi tertawa pelan memikirkan dirinya yang sama sekali tidak menguasai bela diri. Chang Qi mengangguk pelan. “Tapi, Tuan Muda, benar-benar tidak akan mendapat masalah?” Sontak hal tersebut membuat Xiao Pingjing menghentikan kunyahannya, lalu menyahut, “Aaah, iya benar! Apa Jendral Besar Gu tahu? Aku dengar Ayahmu sama sekali tidak memperbolehkan dirimu masuk ke akademi apa pun.” “Entahlah,” sahut Xuan Yi tanpa tenaga sembari mengambil lauk yang ada di piring miliknya menggunakan sumpit kayu. Akan tetapi, tidak dengan pikirannya yang mengarah pada tempat lain. Sementara itu, di sebuah ruangan tertutup berisikan beberapa guru tengah berbincang santai sembari menikmati hidangan teh istimewa pemberian dari Master Besar Gu. Sebab, beliau memang dikenal sebagai penikmat teh terbaik Kekaisaran Mouyu. “Master Besar Gu, aku tidak tahu cucumu akan masuk ke sini,” celetuk Tetua Besar Xiao tertawa pelan. Master Besar Gu menyeruput tehnya sesaat. “Iya, dia memang berniat masuk ke sini. Walaupun dengan syarat tidak memberi tahu pada Sheng Jun.” “Kenapa?” sahut guru yang baru saja menyelesaikan tugasnya mengisi kelas tadi. “Tentu saja dia akan sangat marah mengetahui Xuan Yi diam-diam mempelajari bela diri,” balas Master Besar Gu Heng tersenyum lebar. “Aku masih tidak mengerti kenapa jendral terbaik seperti Gu Sheng Jun bisa melarang anaknya untuk mengikuti jejak,” ucap Tetua Besar Xiao mengusap jenggot panjangnya pelan. “Jangan kau, lao Xiao. Bahkan aku yang ayahnya saja terkadang tidak mengerti,” timpal Master Besar Gu mengangkat gelasnya membuat beberapa dari mereka ikut bersulang. Ketika di ruang guru tengah membicarakan Xuan Yi, lain halnya di sebuah lapangan bela diri beralaskan tanah tanpa rumput yang berisikan tiga pemuda tengah menatap lurus ke depan. Mereka terlihat menghela napas panjang sembari bersandar pada batu pemerintahan Dinasti Tang. “Apa kau merasa nyaman tanggal bersama gadis itu? Aku dengar dia seorang bangsawan,” celetuk Xiao Pingjing penasaran. “Entahlah. Aku hanya sedikit canggung jika berdekatan dengan dia,” balas Xuan Yi jujur membuat Chang Qi melirik sesaat. “Tapi, sepertinya dia bukanlan sekedar bangsawan,” sela Chang Qi membuat keduanya menoleh bingung. “Kenapa kau mengatakannya seperti itu?” tanya Xuan Yi penasaran. “Karena aku melihat sikapnya yang begitu berbeda dari gadis kebanyakan,” jawab Chang Qi ringan. “Siapa namanya?” tanya Xiao Pingjing penasaran. Karena ia memang belum diceritakan masalah pertemuan Xuan Yi dengan gadis itu di pasar. “Shen Jia,” jawab Xuan Yi sedikit keras. Namun, tanpa pemuda itu sadari ternyata sang pemilik nama kebetulan sekali sedang melintas membuatnya langsung menoleh. Kemudian, sedikit terkejut melihat tiga pemuda yang terduduk memunggungi dirinya. Akan tetapi, Xiao Pingjing yang merasa ada seseorang di belakang pun langsung menoleh membuat keduanya ikut menoleh juga. Alangkah terkejutnya melihat Shen Jia sedang berada di belakang dengan raut ekspresi bingung. “Tuan Muda, kau memanggilku?” tanya Shen Jia kebingungan diikuti dayang yang ikut mengernyit penasaran. Sontak Xuan Yi langsung meringis pelan. “Tidak ada. Tadi sahabatku menanyakan namamu.” Sejenak Shen Jia menoleh ke arah pemuda yang terlihat tidak asing di matanya, lalu mereka berdua pun kompak mendelik. Namun, Shen Jia langsung mengkode Xiao Pingjing melalui tatapan mata. “A ... aah ini yang kau maksud?” tanya Xiao Pingjing menggeleng geli, lalu kembali berkata, “Aku Xiao Pingjing.” Shen Jia memberikan hormat singkat, lalu menjawab, “Shen Jia’er.” Setelah itu, gadis bernama Shen Jia memutuskan untuk pergi. Karena beberapa pasang mata sudah menatap mereka penasaran. Apalagi beberapa pendekar yang terlihat tertarik pada Shen Jia sehingga menatap terang-terangan pada Xuan Yi. Memang berita sekamarnya Xuan Yi dan Chang Qi adalah seorang gadis beredar cukup luas membuat beberapa orang merasa tidak terima. Akan tetapi, penentuan sudah diberikan oleh guru sehingga mereka tidak bisa berbuat apa pun lagi. Sepeninggalnya Shen Jia yang lumayan jauh, Xuan Yi pun langsung menghela napas lega. Lalu, menatap Xiao Pingjing kesal. Ia memang tidak menyangka kalau ada gadis itu bertepatan dengan dirinya menyebutkannya tadi. “Kau benar-benar menyebalkan,” sungut Xuan Yi. “Aku tidak tahu kalau dia adalah gadis yang sekamar denganmu,” balas Xiao Pingjing tertawa pelan. Sedangkan Chang Qi hanya menggeleng tidak percaya melihat persahabatan dua pemuda yang sayangnya ia menjadi salah satu dari mereka. Membuat siapa pun pasti mengenal tiga serangkai yang sudah fenomenal di kalangan banyak orang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN