Seperti perkataan Xuan Yi tadi, keduanya benar-benar menyusuri pasar yang terlihat banyak sekali pedagang dan pembeli melakukan berbagai interaksi, termasuk menawarkan dagangan dan membeli sesuatu yang diinginkan.
Sama seperti halnya Chang Qi. Ia terlihat menatap atraksi bela diri hebat di depannya membuat tatapan kagum sekaligus sorak meriah terdengar begitu keras. Akan tetapi, raut wajah malas terlihat dari Xuan Yi yang sama sekali tidak begitu minat.
Namun, pemuda itu langsung menghampiri banyak sekali kantung wewangian yang berbagai macam bentuk menarik perhatiannya. Xuan Yi tersenyum lebar melihat kantung-kantung wewangian itu ternyata tidak dijual, melainkan diberi oleh seseorang yang sedang berulang tahun.
“Laoba, ini benar-benar gratis?” tanya Xuan Yi tidak percaya sembari sibuk memilih banyak sekali kantung di tangannya.
“Iya, Tuan Muda Gu. Tapi, syaratnya hanya bisa memilih satu kantung saja,” jawab pedagang itu tersenyum lebar.
“Wah, xie xie, Laoba!” seru Xuan Yi melompat-lompat riang sembari menghampiri Chang Qi lagi.
Sejenak lelaki berwajah datar itu tampak melirik ke arah tangan Xuan Yi. Ia tampak tersenyum samar melihat ekspresi kebahagiaan pemuda tersebut. Memang sudah lama sekali ia tidak melihat kebahagiaan Xuan Yi.
“Dari mana saja kau?” tanya Chang Qi penasaran.
“Lihat!” celetuk Xuan Yi memperlihatkan sebuah kantung wewangian berwarna merah. “Aku mendapatkan ini dari orang baik. Apa kau menginginkannya?”
“Tidak,” jawab Chang Qi singkat, lalu melangkah ke arah lain menyusuri banyak pedagang.
Di sela-sela langkah dua pemuda tampan itu, terlihat dari kejauhan pasukan dari istana dengan seorang jendral memimpin di depannya. Lelaki gagah dengan aura kepemimpinannya menguar sangat kuat.
Sejenak Chang Qi yang begitu tajam langsung terpaku pada seorang lelaki gagah tidak jauh dari hadapannya. “Xuan Yi, bukankah itu Ayahmu?”
Xuan Yi sedari tadi asyik pun langsung menoleh, dan menjawab, “Kau benar! Ada apa Ayahku kembali begitu cepat? Apakah yang dikatakan Xiao Pingjing tadi benar-benar terjadi?”
“Lebih baik melihatnya di papan pengumuman,” ujar Chang Qi melangkah lebih dahulu.
Tidak ingin tertinggal dari penjaganya yang begitu acuh tak acuh, Xuan Yi pun langsung memasukkan kantung wewangian itu ke dalam pakaian hanfu miliknya. Kemudian, berlari mengejar Chang Qi yang sudah melangkah cukup jauh.
Sementara itu, di tempat wewangian yang sama terlihat seorang gadis begitu cantik dengan gaya berpakaian tidak jauh berbeda seperti Xuan Yi. Gadis bangsawan itu tersenyum lembut dengan penuh keanggunan dari setiap tutur bahasa yang keluar.
“Youlan Cing Qu,” sapa pedagang tadi membungkuk penuh hormat.
Shen Jia’er atau Youlan Cing Qu adalah seorang putri terhormat sekaligus anak dari Yang Mulia dari kerajaan Muoyu. Memiliki kepribadian lemah lembut dan rendah hati pada siapa pun. Sehingga banyak sekali warga yang menyukai gadis itu sehingga tidak sedikit dari mereka tidak mengenalinya sebagai seorang putri raja yang sangat dihormati.
“Shifu, apa sudah ada yang mengambil kantung buatanku?” tanya Shen Jia’er menatap penasaran ke arah deretan kantung wewangian yang masih tersisa.
“Ada, Cing Qu. Seorang Tuan Muda dari Keluarga Gu,” jawab pedagang itu tetap menunduk hormat.
Kening Shen Jia’er berkerut bingung. Ia seperti baru pertama kali mendengar Keluarga Gu mempunyai tuan muda, apalagi yang berminat mengambil kantung wewangian kesukaan para gadis.
“Baikah, shifu. Terima kasih banyak,” ucap Shen Jia’er tulus.
Setelah itu, gadis cantik nan anggun berpakaian hanfu yang lengkap dengan mahkota dan tusuk konde di kepalanya berwarna emas. Lalu, di susul dayang setianya di belakang Shen Jia’er dengan berjalan penuh keanggunan.
Banyak sekali para warga yang menyapa Shen Jia’er dengan sesekali memberikannya sesuatu untuk dibawa. Tentu saja memberikan makanan dan beberapa perhiasan untuk satu-satunya putri dari istana jelas menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi sampai Shen Jia’er berkenan untuk memakainya, seperti sepasang sepatu dari kulit yang kini tengah dipakai olehnya.
“Youlan Cing Qu,” sapa sekumpulan anak kecil yang tengah membeli tanghulu. Lima anak kecil itu tak lupa memberikan penghormatan pada satu-satunya putri dari istana.
Sedangkan gadis itu hanya tersenyum lebar, lalu mengangguk singkat. Ia terlihat memberikan lima buah kue bulan yang sempat dirinya beli di salah satu pedagang tadi membuat anak-anak kecil itu berjingkrak kesenangan mendapat makanan.
Namun, ingatan Shen Jia’er malah mengarah pada sesosok yang dikatakan mengambil wewangiannya. Bahkan bisa dikatakan pemuda bukanlah seorang gadis yang ia harapkan. Membuat pikiran Shen Jia’er langsung dipenuhi oleh nama Tuan Muda Gu.
Sementara itu, di sisi lain, Xuan Yi tengah bersandar pada pavilium milik salah satu pedagang arak yang terkenal di Dataran Qinyuan. Banyak sekali bangsawan kaya dan muda yang hadir di sana hanya untuk mencicipi sebuah rasa nikmat dari segelas arak.
Akan tetapi, Xuan Yi dan Chang Qi datang ke sana hanya untuk menikmati suasana dari menara yang mereka miliki. Memang bisa dikatakan pavilium ini memiliki menara supertinggi yang terdiri dari lima lantai membuat seisi Dataran Qinyuan hampir bisa dilihatnya.
Bahkan Pavilium Penglai yang berada di paling ujung pun sempat terlihat membuat Xuan Yi tersenyum lebar. Meskipun diam-diam ia berharap untuk Kakek Gu bisa melihatnya, tetapi hal tersebut sangatlah mustahil mengingat lelaki paruh baya itu tengah melakukan kultivasi.
Di tengah kegiatan dua pemuda itu menatap keadaan sekitar di bawahnya, tiba-tiba pandangan Xuan Yi terpaku pada seorang gadis cantik dengan dayang yang mengikutinya dari belakang.
Entah kenapa gadis itu terlibat sebuah masalah dengan seseorang tanpa sengaja menabraknya hingga membuat barang bawaan orang itu bertumpah ruah. Akan tetapi, orang itu malah membentak-bentak gadis itu tanpa alasan yang jelas.
“Chang Qi, apa kau melihat gadis itu?” tanya Xuan Yi melirik ke arah penjaganya yang selama ini sudah setia.
“Iya, kenapa? Apa kau ingin membuat masalah lagi?” balas Chang Qi santai.
Xuan Yi mendengkus pelan. “Tentu saja tidak! Tapi, aku merasa kasihan padanya.”
“Kalau begitu, kenapa tidak ditolong saja?” timpal Chang Qi bangkit dari tempat duduknya dan melompat turun ke bawah menggunakan energi qi yang begitu kuat.
Sedangkan Xuan Yi menghela napas kesal. Memang terkadang Chang Qi begitu menyebalkan sampai lupa siapa sebenarnya yang menjadi majikan di sini. Nyatanya ia yang selalu ditinggalkan.
Chang Qi yang tiba lebih dulu pun mengabaikan tatapan protes dari Xuan Yi membuat pemuda itu menghampiri kerumunan para warga yang menyaksikan seorang gadis bangsawan dibentak-bentak oleh saudagar kaya.
“Apa kau tahu? Ini sangat mahal! Bagaimana caranya kau membayar ini semua!?” bentak saudagar itu membuat banyak sekali warga yang merasa kasihan, sebab Shen Jia’er hanya diam menunduk seakan gadis itu benar-benar patut dipersalahkan.
Xuan Yi yang merasa kesal akibat perkataan saudagar itu pun langsung maju membuat kerumunan membelah dengan sendirinya, lalu memasang tubuh tepat di depan seorang gadis yang tidak ia kenali.