"Jadi ada apa, Keyra? tumben sekali kamu ke sini pas jatahnya libur?"
Wanita bernama Keyra itu terdiam. Otak mungilnya sedang menyusun jawaban simple namun mudah dipahami. Sama hal nya dengan Keyra, pria di depannya juga terdiam menunggu apa jawaban sang karyawan.
"Maaf kalau saya lancang. Tapi, Pak, apa boleh saya minta gaji bulan ini sekarang? Saya ada kebutuhan mendesak besok, sangat perlu uang." Setelah sekian lama terdiam Keyra pun angkat bicara.
"Minta gaji?" Sebelah alis pria itu terangkat menatap Keyra. "Kamu ini baru tiga bulan bekerja di sini, berani sekali meminta gaji di awal," sambungnya.
Jawaban yang sudah bisa Keyra prediksi. Andai tabungannya masih ada, mungkin Keyra tidak akan melakukan ini. Tapi sayang, gaji bulan kemarin sudah dia pakai untuk melunasi hutang ibunya. Sedangkan besok ... besok adalah jadwal cuci darah Airin–ibunya.
"untuk kali ini aja, Pak, saya mohon." Harapan Keyra hanya di sini, karena selain di sini dia tidak tahu mau mencari uang ke mana.
pria itu menggelengkan kepalanya. "Sayangnya tidak bisa. Key, kamu lupa? Ini club, kalau kamu memang butuh uang, tarik saja pelanggan di sini. Kamu cantik, pria mana yang tidak akan terpikat."
Tunggu.
Pelanggan?
Masih dengan kebingungannya Keyra menatap pria yang kini berdiri menghampirinya. "Atau mau aku bantu cari? Saya yakin malam ini kamu akan dapat uang."
"Saya ... saya harus apa?" tanya Keyra bingung.
Senyum pria itu semakin mengembang. Tanpa mengatakan apapun dia mengajak Keyra ke salah satu ruangan. Di dalam ruangan pria itu memberikan satu dress kepada Keyra. Awalnya Keyra ragu menerima, tapi pada akhirnya dia manut.
"Akan kubantu kamu cari mangsa malam ini, Key," kata pria itu.
***
“Tahu apa tugasmu malam ini? Ah, tunggu, dengar dulu. Aku di sini tidak akan menjelaskan, jadi lakukan tugasmu malam ini.”
Tatapan tajam pria di depannya membuat nyali Keyra hampir saja menciut. Takut memang, tapi sebisa mungkin dia memberanikan diri dengan cara terus menatap sang lawan bicara. Perlahan namun pasti, kepala Keyra mengangguk mengiyakan pertanyaan pria itu.
“Jadi, apa tugasmu, Nona manis? Siapa juga namamu?” Tangan pria itu terulur, menarik dagu Keyra. Tatapan keduanya kembali bertemu, bahkan jarak wajah mereka sangat dekat.
“I–iya, aku tahu. Aku … tugasku menemanimu malam ini, Tuan. Namaku Keyra,” jawab Keyra dengan suara yang tercekak di tenggorokan.
“Huh?” Sebelah alis pria itu terangkat menatap Keyra. “Harus dilarat. Bukan menemani, tetapi menjadi partnerku di ranjang,” sambungnya. Sapuan lembut pria itu layangkan ke bibir mungil Keyra.
Tindakan itu membuat Keyra terkejut. Saking tiba-tibanya dia tidak bisa menghindar. Melihat wanita di depannya pucat pasi pria itu tertawa, lalu menghempas tangannya dari dagu Keyra.
“Tugasmu malam ini melayaniku. Maka dari itu, lepaskan semua baju yang ada di tubuhmu sekarang juga.”
“Tuan ak–”
“Panggil aku Bian,” potong pria itu cepat. “Aku tidak menerima penolakan untuk malam ini. Kalau kau tidak mau atau ragu, silahkan pergi dari hadapanku.”
Andai situasi sedang tidak menghimpit, mungkin tanpa disuruh Keyra akan pergi sejak tadi. Sejenak Keyra terdiam, tiba-tiba bayangan wajah sang ibu melintas membuat Keyra memejamkan mata. Sudah terlanjur jalan, terperangkap, pada akhirnya Keyra memantapkan hatinya. Kepalanya kembali terangkat, kini seulas senyuman tipis terpancar di bibir Keyra.
Hilang sudah rasa ragu, kepolosan, serta ketakutan di dalam diri Keyra. Wanita itu tanpa ragu membuka dress selutut berwarna biru yang sejak tadi dia kenakan. Bukan hanya baju utama, Keyra membuka semua dalaman yang dia kenakan.
“Apa seperti ini?”
Senyum penuh kepuasan terpancar di bibir Bian. Pria itu menatap wanita di depannya dari atas hingga bawah. Tidak munafik jika wanita itu masuk dalam kriterianya. Bian maju, mengikis jaraknya dengan Keyra. Setelah jaraknya dengan Keyra terkikis, tangan kekar Bian terulur mengelus pipi Keyra.
“Sangat sempurna. Sudah berapa pria yang menidurimu? Ah, aku tebak. Pasti tidak terhitung ya?” Dari wajah tangan Bian turun ke bahu.
“Rasanya aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Tugasku hanya malam ini, jadi lakukan apa yang anda mau,” jawab Keyra tegas. Walaupun aslinya dia takut, tetapi Keyra tidak mau menunjukkan. Lagipula itu bukan pertanyaa wajib untuk dijawab.
Tawa Bian menggema di dalam kamar. Sambil terus menatap Keyra dia membuka kemeja hitam yang yang menutupi tubuh kekarnya. Setelah itu tanpa berlama-lama Bian menarik tubuh Keyra, menghempasnya ke atas kasur. Kedua tangan Keyra diangkat ke atas, lalu Bian menyapu bibir kenyal milik wanita itu. Berawal dari sapuan lembut, sampai berubah menjadi pangutan penuh tuntutan.
Dua puluh empat tahun hidup, baru ini Keyra melakukannya. Maka dari itu dia sempat kagok bahkan tidak tahu mau membalas seperti ada. Merasa aksinya tidak mendapat balasan Bian melepaskan pangutannya.
“Jangan sok suci dihadapanku, Keyra. Sudah kubilang, aku membayarmu bukan untuk main-main,” kata Bian, mencengkram kuat pergelangan tangan Keyra.
Cengkraman itu refleks membuat Keyra meringis kesakitan.
Tidak memberi waktu untuk wanita itu menjawab Bian kembali menyambar bibir Keyra. Saat bibir Keyra terbuka kesempatan itu tidak Bian sia-siakan. Awalnya Keyra masih tidak membalas, tetapi lama-lama wanita itu mulai membalas. Mengetahui itu tentu Bian merasa menang.
Cukup lama keduanya saling berpangutan, sampai akhirnya Bian menyudahi. Sekilas Bian menatap wajah sendu milik Keyra. Ini aneh, benar-benar aneh di mata Bian. Karena selama dia berganti partner, baru Keyra yang terlihat pasif bahkan terkesan pasrah. Apa ada yang wanita itu fikirkan? Biasanya juga Bian paling anti memulai karena tujuannya mencari partner untuk dipuaskan. Tapi malam ini berbeda, nyalinya sedikit tertantang.
Persetan dengan perbedaan itu, Bian kini membenamkan wajahnya di leher hangat Keyra. Pria itu dengan lihai menciumi leher, lalu turun ke buah d**a Keyra yang tidak tertutup apapun. Sentuhan itu membuat Keyra membusungkan dadanya. Satu desahan kecil lolos dari mulutnya.
Bian tertawa remeh. Ternyata semua wanita yang dia temui sama saja, tidak ada bedanya. Berawal bermain dipermukaan, lalu lidah Bian terulur menyentuh pucuk buah d**a Keyra. Wanita itu sempat memekik, tapi sayangnya tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya tidak bisa bergerak. Bukan hanya itu, kedua tangannya masih dicekal kuat.
“Bukannya wanita sepertimu haus akan sentuhan? Sudah kubilang jangan sok suci, karna aku tahu sebelum denganku kau sudah banyak bermain dengan pria lain,” kata Bian sambil melepaskan kedua tangan Keyra. Lagipula Bian yakin wanita di bawah kungkungannya tidak akan bisa kabur.
Lagi, Bian kembali bermain di buah d**a Keyra. Satu tangannya meremas kuat, sedangkan mulutnya sedang asik menyusu layaknya anak bayi. Tubuh Keyra terus bergeliat, berusaha menyudahi aksi yang Bian lakukan. Tapi sialnya pria itu tidak perduli, yang ada di semakin membenamkan wajahnya.
“B‐Bian!”
“Ya. Panggil namaku, baby.”
Puas bermain di atas tubuh Bian beringsut turun. Tak lupa dia juga menciumi perut rata Keyra sampai ke pusat inti wanita itu. Keyra memekik kaget, tetapi secepat kilat Bian menahan kedua kaki Keyra yang akan menutup. Sudah setengah jalan, mana mungkin Bian mau melepaskan mangsanya.
“Aahh! B–Bian, stop!” Tubuh Keyra sedikit terangkat, dia menatap apa yang sedang Bian lakukan di bawah sana. Tangan Keyra juga tanpa sadar menarik rambut Bian yang masih asik dengan aksinya.
Ada sensasi aneh yang Keyra rasakan. Sensasi yang selama ini belum pernah dia rasakan. Tubuh Keyra bergetar, namun tiba-tiba Bian menyudahi aksinya. Pria itu berdiri, menatap Keyra yang masih mengatur napasnya. Dia tahu kalau wanita itu akan mencapai pelepasan, tapi Bian tidak sebaik itu untuk memberikan.
Gairah yang sudah memuncak, ditambah melihat tubuh polos Keyra membuat mata pria itu semakin menggelap. Bian meloloskan celana bahan yang dipakai, lalu dia melemparnya asal. Melihat itu Keyra membulatkan matanya. Spontan tubuhnya berusaha menjauh dari jangkauan Bian.
“Kenapa? Kau ragu? Tapi sayang kesempatanmu untuk pergi sudah tidak ada.”
“Aahh!” Keyra memekik saat Bian menarik kedua kakinya.
Bian kembali merangkak naik ke atas tubuh Keyra. Hasratnya sudah tidak bisa ditahan. Bian mencari posisi, setelah itu dia mendorong pinggulnya perlahan.
“Sakit!”
Gerakan Bian terhenti, tatapannya kembali tertuju ke wajah Keyra. Kedua mata wanita itu mulai berkaca-kaca. Lagi-lagi Bian dibuat bingung.
Alih-alih bertanya Bian justru kembali menggerakkan pinggulnya, mendorong miliknya masuk ke dalam pusat inti Keyra.
“SAKITT!”
“Bisa jangan buat drama? Jangan banyak bergerak, kau menyulitkanku!” bentak Bian. Keyra terdiam, deru napasnya kembali memburu.
Rasa sakit yang Keyra ungkap memang benar adanya, bahkan saking sakitnya dia ingin menyudahi permainan gila ini. Boleh jadi sakit, karena ini kali pertama Keyra melakukannya.
Beberapa kali Bian mencoba menerobos, tetapi usahanya selalu gagal. Bian sempat bingung, tapi dia tidak habis akal, pria itu tetap mencoba walaupun wanita di bawah kungkungannya sudah berteriak meminta stop.
“AHH! SAKIT!
Pada percobaan terakhir, Bian berhasil menerobos pertahanan Keyra. Pria itu merunduk, menatap bercak darah yang terlihat.
Darah?
***