23

1509 Kata
Setelah beberapa hari di rumah sakit,  kini Belmira sudah di perbolehkan pulang oleh dokter, ia sudah dapat berjalan dengan normal meskipun tangannya belum sepenuhnya sembuh dan masih harus memakai gips untuk sementara waktu. Selama Belmira sakit, yang menemaninya tentu saja Ruan. Dan kini wanita itu sudah menyetujui ajakan Ruan untuk tinggal bersamanya, hal itu di setujui olehnya karena beberapa hari lalu ada beberapa orang yang mencurigakan di sekitar rumah sakit yang terus memperhatikannya hingga akhirnya Belmira mulai takut dan menyetujui ajakan Ruan waktu itu. Belmira terkejut ketika ia sudah tiba di sebuah rumah yang cukup besar, Belmira bingung kenapa Ruan membawanya ke tempat itu sedangkan apartemen Ruan berada di tempat lain. “ Aku memutuskan untuk pindah ke rumah ini setelah kau menyetujui ajakan ku waktu itu.” Ucap Ruan sambil membawa koper barang milik Belmira. “ Tapi bagaimana dengan apartemennya.?” Tanya Belmira penasaran. “ Aku memberikan apartemen itu untuk Roberto.” “ Ku pikir kita akan tinggal bertiga dengannya.” “ Awalnya seperti itu, tapi aku tidak ingin Roberto sampai mengganggumu. Dia selalu membawa gadis-gadis kesana, sementara kau membutuhkan ruang untuk pemulihan.” Jelas Ruan kemudian. “ Kau tidak membeli rumah ini karena aku kan.?” “ Rumah ini milik orang tuaku, setelah mereka pindah ke Swiss aku meninggalkan rumah ini dan tinggal di apartemen yang dekat dengan kedai ku.” “ Orang tua? Bukannya mereka sudah meninggal saat kita tinggal di Barcelona.” “ Aku lupa memberitahumu, setelah meninggalkan Barcelona ada orang tua angkat yang menjadikan aku anak mereka.” Belmira mengangguk paham, ia mulai mengerti saat ini meski masih ada begitu banyak pertanyaan yang membenak di kepalanya. Kini mereka sudah memasuki rumah tersebut dan Ruan menunjukkan kamar yang akan di gunakan oleh Belmira. Di rumah yang cukup besar itu terdapat dua kamar utama dan satu kamar yang di jadikan tempat barang-barang, dua kamar yang saling berhadapan itu akan di huni oleh Belmira dn Ruan. Di dalam bahkan sudah tertata barang-barang dengan rapih serta tempat tidur yang sudah bersih, Ruan benar-benar mempersiapkannya dengan sangat baik. “ Anggap saja rumah sendiri, aku harus pergi  ke suatu tempat.” Ucap Ruan terlihat sangat terburu-buru. “ Jangan membuka pintu untuk orang asing oke.” Lanjut Ruan di balas anggukan pelan dari Belmira. “ Baiklah, hati-hati di jalan.” Lontar Belmira hanya dapat melihat langkah Ruan yang perlahan meninggalkan rumah itu.   ** Ruan kembali lebih cepat dari yang Belmira duga, bahkan pria itu datang dengan membawa makanan kesukaan Belmira yang selalu ia makan saat di Barcelona. Makanan itu memang cukup sulit di temukan di Madrid dan entah mengapa Ruan bisa menemukannya dengan mudah. Ruan mempersiapkan meja makan sedangkan Belmira di suruh menunggu di salah satu kursi, wanita itu sibuk memperhatikan Ruan dengan tatapan teduh. Tidak pernah terbayangkan olehnya hal ini akan terjadi, tinggal di satu rumah yang sama dengan Ruan dan mengembalikan beberapa kenangan yang telah berlalu. “ Aku bisa memakannya sendiri, kau tidak perlu menyuapiku terus menerus.” Lontar Belmira mencoba meraih mangkuk yang baru saja di isi oleh Ruan. “ Kau yakin tanganmu baik-baik saja.?” “ Aku sudah bisa mengangjat beberapa benda, hanya sendok yang beratnya tidak seberapa ku pikir tidak apa-apa.” “ Baiklah, tapi beritahu aku kalau kau merasa tidak nyaman.” Ucap Ruan di balas anggukan pelan oleh Belmira. Malam itu mereka menikmati makan malam mereka dengan nikmat, obrolan ringan yang membuat keduanya semakin lebih dekat terasa begitu menyenangkan untuk Belmira. Meskipun ada beberapa sikap Ruan yang berubah tapi ia masih bisa melihat Ruan yang dulu, anak laki-laki yang selalu ceria dengan senyuman yang menyilaukan.   **    Setelah makan malam usai, Belmira kini sudah masuk ke kamarnya dan sedang berbaring menatap laangit-langit kamar dengan memikirkan percakapannya bersama Ruan di meja makan tadi, Belmira masih tersenyum sendirian hanya dengan membayangkan hal tersebut. Senyumnya berubah ketika ponselnya berdering menandakan ada panggilan yang masuk, Belmira mencari ponselnya di bawah bantal dan menemukannya secepat mungkin. Melihat nama Lily pada layar lantas membuat wanita itu menjawab panggilan tersebut tanpa berpikir dua kali. “ Belll, bagaimana keadaanmu? Kau tahu aku sangat khawatir disini.” Sahut Lily di seberang sana. “ Aku sudah lebih baik, mungkin dua atau tiga hari lagi gipsnya boleh di lepas.” “ Kau tau, aku dan Austin merasa sangat menyesal karena kami telah menawarkan pekerjaan di sana, kau terus menerus dalam bahaya, aku tidak bisa membayangkan jadi dirimu jika aku yang mengalaminya.” “ Aku tidak pernah menyesal datang di kota ini, kalian tidak perlu khawatir, sekarang seseorang akan melindungiku dari bahaya.” “ Siapa? Maksudmu Ruan.?” “ Hmm, sekarang aku tinggal bersama dengannya. Kau tidak perlu khawatir denganku lagi.” “ Syukurlah seseroang seperti dia akan melindungimu, aku tidak begitu mengenalnya tapi aku percaya kau akan aman bersama Ruan di sana.” Percakapan pun berakhir dan kini Belmira kembali menatap langit-langit kamarnya, seperti yang di katakan oleh Lily tentang dirinya yang akan aman bersama Ruan, dia pun merasakan hal yang sama.   **   Dua hari telah berlalu dan hari ini Belmira pergi ke rumah sakit untuk melepas gips di tangannya, setelah melihat hasil dari pemeriksaan hari ini dokter memberitahu Belmira untuk lebih hati-hati meskipun gipsnya sudah di lepas bukan berarti tangannya akan pulih sepenuhnya. “ Terima kasih dokter.” Ucap Belmira setelah ia selesai melakukan beberapa pemeriksaan. Begitu Belmira keluar dari ruangan tersebut, seseorang sudah menunggunya di luar yang membuat Belmira cukup terkejut melihat keberadaanya. “ Aku sudah bilang untuk tidak perlu datang.” Ucap Belmir lirih. “ Aku juga sudah berjanji untuk selalu melindungimu.” Jawab Ruan kemudian. Belmira pasrah sekarang, ia pun berjalan mengikuti langkah Ruan menuju mobil milik Ruan, pria itu benar-benar menjaga Belmira dengan baik bahkan ketika Belmira hendak masuk ke dalam mobil pun ia membukakan pintu untuknya. “ Terima kasih.” “ Dengan senang hati.” Ketika di dalam perjalanan, tiba-tiba saja Belmira meminta Ruan untuk membawanya ke apartemennya dulu untuk membawa beberapa barang-barang miliknya yang masih tertinggal disana, dan ia juga ingin mengambil semua lukisannya untuk di pindahkan ke rumah Ruan.     **   Belmira dan Ruan terlihat sedang merapihkan salah satu kamar untuk di jadikan mini galeri Belmira untuk melukis dan menyimpan semua hasil lukisannya, mereka saling bekerja sama membersihkannya dan urusan angkut mengangkut akan di kerjakan oleh Ruan karena ia tak ingin melukai tangan Belmira. “ Terima kasih banyak karena telah memberikan kamar ini untuk mini galeriku.” Ucap Belmira di sela-sela bersih-bersihnya. “ Tidak masalah, dari pada kamar ini kosong akan lebih baik jika di isi oleh lukisanmu.” Dan setelah semua barang-barang tidak berguna di keluarkan, kini tiba saatnya untuk semua lukisan Belmira masuk ke dalam. Beberapa lukisan di letakkan di beberapa sudut, dan satu di antaranya di letakkan tepat di tengah-tengah ruangan, lukisan yang tertutup oleh kain itu membuat rasa penasaran Ruan timbul untuk melihatnya. “ Kau tidak boleh melihatnya.” Cegah Belmira menghentikan Ruan. “ Kenapa.?” “ Aku belum selesai membuatnya, aku tidak ingin orang lain melihatnya jika belum jadi 100 %.” Ucap Belmira membuat Ruan paham dan langsung meminta maaf. Begitu semua lukisan telah tersusun rapih dan kamar itu resmi menjadi mini galeri Belmira, Ruan pun mengajak Belmira untuk berfoto sebagai kenangan mereka telah melakukan hal yang baik hari ini. Baik Belmira maupun Ruan sama-sama melirik ke arah kamera ponsel yang di pegang oleh Ruan, awalnya Belmira berjarak cukup jauh darinya namun dengan sekali tarikan kini Belmira berada di rangkulan Ruan yang membuat gadis itu sempat terkejut. Dalam hitungan ketiga keduanya mengambil pose yang berbeda, dan setelah berhasil mengambil gambar tanpa sengaja keduanya saling menatap satu sama lain. Ruan menatap kedua manik mata Belmira yang cerah begitu pun sebaliknya, setelah sadar keduanya langsung mengambil jarak beberapa meter. “ Aku ingin ke kamar dulu.” Ucap Ruan berlalu meningalkan Belmira yang masih ingin menghabiskan waktu di ruangan tersebut.   **   Pagi-pagi sekali Belmira bangun untuk membuat sarapan, selama tinggal di rumah Ruan yang membuat makanan setiap harinya adalah pria itu dan ia tak ingin terus menerus memberatkan Ruan. Setelah mengetahui Ruan alergi terhadap kacang, Belmira tak pernah membuat Fabada lagi dan lebih sering membuat Gazpacho dengan beberapa toping berbeda tentunya agar Ruan tidak cepat bosan. Mendengar suara piring yang saling bersentuhan tentu membuat Ruan yang mudah terbangun segera keluar untuk melihat keadaan dapur, ia terkejut mendapati Belmira sedang memasak dan menghampiri wanita itu untuk segera berhenti. “ Jangan memasak, kau tidak perlu melakukan hal ini dengan kondisi mu sekarang.” “ Tapi aku sudah baikan, lihat.” Belmira menunjukkan tangannya yang sudah dapat mengerjakan apapun. “ Aku tidak terima, pokoknya hentikan semua ini dan biarkan aku yang melanjutkannya.” Ruan menarik Belmira menjauh dari dapur dan wanita itu hanya dapat terdiam mendapatkan perlakuan seperti barusan. Dan setelah Ruan yang menggantikannya, hidangan itu pun telah jadi dan langsung di hidangkan di atas meja oleh Ruan. Belmira memasang wajah lesu karenanya, Ruan pun kembali menjelaskan kepada Belmira untuk tidak perlu merasa tidak enak padanya. “ Kenapa kau sangat baik padaku.?” Tanya Belmira sukses membuat Ruan diam. “ Hmm, karena kita seorang teman. Bukannya itu hal yang wajar.” “ Bohong, teman mana yang memperlakukan temannya dengan spesial seperti ini.” Benak Belmira tak ingin memperpanjang pembahasan lagi.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN