Hari ini Ruan kembali tidak hadir meski ada keterangan yang menjelaskan kalau dirinya sedang sakit, sepanjang perjalanan di mulai Belmira terus kepikiran tentangnya. Padahal baru kemarin mereka jalan bersama menikmati waffle dan mengobrol seputar hal menarik apa saja.
Kelas berakhir cepat hari ini, dan jika bukan Ruan yang menemaninya siapa lagi kalau bukan Joseph. Pria itu kini semakin dekat dengannya meski kedekatannya tidak sama sepeti Ruan, dan ada perasaan nyaman tersendiri yang Belmira rasakan dari dua pria itu.
“ Boleh aku ikut mengantarmu ke tempat kerja hari ini.?” Tawar Joseph ketika Belmira sedang memasukkan bukunya ke dalam tas.
“ Hari ini aku tidak bekerja.”
“ Kenapa.?”
“ Aku izin, aku ingin menjenguk Ruan.”
“ Boleh aku ikut bersamamu.”
“ Kau yakin ingin ikut denganku.?” Tanya Belmira di balas anggukan mantap oleh Joseph.
Belmira tidak bisa menolak niat baik Joseph jika dia memang ingin pergi bersamanya, ketika keduanya beranjak meninggalkan kelas lagi-lagi beberapa pasang mata tertuju pada mereka berdua.
“ Dasar gadis p*lacur, sangat pandai menggoda pria.” Sahut Veronika kembali membuat Belmira dan Joseph menghentikan langkahnya.
“ Jaga ucapanmu.” Sahut Joseph tak terima dengan ucapan Veronika.
“ Kau sudah banyak berubah, pelet apa yang dia kasih ke kamu sampai sikapmu bisa seperti ini.?” Lontar Veronika.
“ Jangan~” Belmira menahan lengan Joseph dan menatapnya sambil menggeleng pelan.
Hal itu seakan berhasil membuat emosi Joseph mereda, ia mulai menarik nafas panjang dan mencoba untuk lebih tenang seperti yang Belmira pinta.
“ Sebaiknya kita pergi, nenek sihir seperti dia tidak perlu di ladeni.” Joseph kemudian mengajak Belmira pergi dari hadapan Veronika yang saat ini terlihat sangat kesal.
**
Belmira dan Joseph tiba di lokasi yang dulu pernah di datangi oleh Belmira, rumah yang waktu itu di kelilingi pembatas polisi telah di lepas dan kini terdapat tulisan bahwa rumah tersebut akan di jual.
Berjalan sekitar beberapa meter maka mereka akan tiba di tempat yang waktu itu Belmira bertemu dengan Ruan, namun sayangnya ketika mereka tiba disana ada seorang warga sekitar yang mengatakan bahwa pria bernama Ruan sudah tidak tinggal di tempat itu.
“ Apa anda tahu dia pindah kemana.?” Tanya Belmira lirih.
“ Soal itu kami tidak tahu, keluarganya sangat tertutup bahkan mereka pindah tanpa memberitahu warga sekitar. Mereka hanya terlihat meninggalkan rumah dengan beberapa mobil pengangkut barang kemarin malam.” Jelasnya.
“ Kalau begitu terima kasih, kami permisi.” Lontar Belmira dan segera pergi meninggalkan tempat itu bersama Joseph.
Mereka terus melangkah dalam diam, Belmira terus memikirkan Ruan sampai dia tidak memperhatikan langkahnya yang membuat Belmira hampir terjatuh, untung saja Joseph dengan cepat menahan lengannya dengan benar.
“ Perhatikan langkahmu.” Ucap Joseph membuat Belmira mengangguk pelan.
“ Aku bisa pulang sendiri, kau bisa pulang ke rumah mu juga.” Kata Belmira melirik Joseph.
“ Apa kau tidak apa-apa pulang sendirian.?”
“ Aku sudah terbiasa, jangan khawatir.”
Dan siang itu keduanya berpisah di satu jalan yang saling berlawanan, Joseph masih terdiam sambil memperhatikan kepergian Belmira hingga gadis itu menghilang di tengah-tengah keramaian pejalanan kaki lainnya.
**
Malam yang dingin namun dengan keindahan bintang dan cahaya rembulan yang indah menemani aktifitas Belmira saat itu, terlihat dia sedang menggores kuas di atas sebuah kain kanvas dengan sosok yang tak asing pada kain tersebut.
Lukisan wajah Ruan sebentar lagi selesai, dan Belmira ingin memberikan lukisan tersebut pada Ruan secepatnya. Kali ini Belmira melukisnya dengan sangat teliti dan ia ingin lukisan itu harus 100 % sempurna untuk orang yang spesial.
Terdengar suara lemparan batu kecil di jendela kamar, Belmira menoleh dan mendapati satu batu menabrak jendela kamarnya. Ia pun bangkit dan membuka jendela dengan hati-hati, di bawah sana terlihat sosok yang tak asing sedang melambaikan tangan ke arahnya.
Belmira yang terkejut spontan langsung berlari keluar kamar menemuinya, bukan karena senang akhirnya bisa melihat pria ittu melainkan panik setelah melihat wajahnya penuh dengan luka memar.
“ Apa yang terjadi.?” Tanya Belmira ketika dia sudah berada tepat di depan Ruan.
“ Seseorang merampok ku saat di jalan, karena aku tidak punya apa-apa mereka memukulku seperti ini.” Jelas Ruan masih dapat tersenyum dengan kondisinya sekarang.
“ Ikut aku, aku akan mengobatinya.” Belmira menarik tangan Ruan untuk masuk ke dalam.
Saat keduanya masuk dan bertemu Olivia di ambang pintu, saling lempar pandangan pun terjadi dan ketika Olivia melihat Ruan di belakang Belmira, wanita itu langsung mempersikahkannya masuk ke dalam tanpa sepatah kata lagi.
Belmira menyuurh Ruan untuk duduk di sebuah sofa selagi dia pergi mengambil kotak obat, tak menunggu lama hingga akhirnya dia kembali dan langsung mengobati luka yang di terima Ruan.
“ Aw..sakit.”
“ Maaf, aku akan pelan-pelan.”
Tatapan Ruan terlihat memperhatikan Belmira yang sedang mengobatinya, ia bisa melihat lebih dekat wajah gadis itu dengan bulu mata yang lentik, bibir mungil, dan manik mata berwarna hazelnut.
“ Boleh aku bertanya sesuatu.?” Ucap Belmira sambil mengobati luka Ruan.
“ Boleh, silahkan.”
“ Hari ini kau sedang sakit, tapi kenapa keluar rumah? Dan kenapa kau tiba-tiba datang kemari? “
“ Aku bosan di rumah, dan saat keluar rumah aku bertemu orang-orang jahat itu. Setelah mereka meninggalkanku tanpa berhasil mendapatkan apapu, akhirnya aku berjalan kaki dan kebetulan lokasinya cukup dekat dengan tempat tinggalmu, makanya aku datang untuk sekaligus melihatmu.” Jelas Ruan kemudian.
Belmira telah selesai mengobati Ruan dan saat ini menatap wajah pria itu dengan tatapan cemas, sebelumnya Ruan mampu mengalahkan tiga pemberontak seorang diri dan sekarang kenapa dia berakhir babak belur seperti ini? Belmira tidak ingin betanya dan menyimpan pertanyaan itu dalam-dalam.
“ Aku akan membuatkan teh lemon, kau tunggu sebentar disini.”
Ruan menarik tangan Belmira kembali duduk di sebelahnya, gadis itu menatapnya heran dan Ruan mulai menariknya ke dalam pelukan.
“ Tolong biarkan seperti ini untuk beberapa saat.” Pinta Ruan dengan nada yang lembut.
Belmira tidak mengerti kenapa Ruan bersikap demikian, namun ia tetap menurut dengan memberikan pelukan hangat pada pria itu. Dia membelai dan menepuk pundak Ruan, hal itu membuat Ruan semakin nyaman berada di pelukan Belmira lama-lama.
“ Terima kasih.” Gumam Ruan setelah ia melepas pelukannya.
“ Sama-sama.”
“ Aku akan pulang, seseorang mungkin akan menjemputku sebentar lagi.”
“ Tunggu.” Cegah Belmira menghentikan langkah Ruan.
“ Besok, kau tetap datang kan.?”
Ruan mengangguk, “ Aku akan datang.” Jawabnya membuat Belmira tersenyum simpul.
“ Hey, kau sudah bisa tersenyum sekarang.” Komentar Ruan justru membuat Belmira malu.
Ruan mengusap kepala Belmira yang membuat gadis itu cukup terkejut, perlakuan Ruan barusan memang berbeda terlebih lagi dengan nada bicaranya yang lebih lembut. Dan setelah itu Ruan pun pergi, di depan sebuah mobil sudah menunggunya dan Belmira hanya dapat melambaikan tangan dari kejauhan.
**
Ruan berbohong, lagi-lagi ini dia tidak masuk sekolah. Dan Belmira sudah menunggunya sejak tadi hingga berganti posisi mulai dari melirik keluar jendela, menunggu di dekat pintu, hingga sesekali melirik ke arah gerbang sekolah jika jam istirahat tiba.
Saat Belmira tengah merenung seorang diri, tiba-tiba saja Joseph datang menghampirinya dengan ekspresi wajah kebingungan. Sejak tadi Joseph sangat ingin memberitahu Belmira akan sesuatu, namun selalu ia tunda lantaran tak berani mengatakannya.
“ Belmira.” Panggil Joseph akhirnya mulai memberanikan diri.
“ Ada apa.?”
“ Aku ingin memberitahumu sesuatu, ini tentang Ruan.”
“ Ruan kenapa? Kau tahu sesuatu tentangnya kenapa hari ini dia tidak masuk kelas.?”
“ Bukan itua, ada hal lainnya.”
“ Hal lain apa.?”
“ Kau mungkin tidak akan percaya padaku, kemarin aku tak sengaja melihat Ruan keluar dari sebuah gang dengan luka memar. Setelah dia pergi, aku juga menemukan beberapa orang terkapar di dalam gang itu dalam keadaan tak sadarkan diri, ku rasa Ruan bukanlah orang yang baik. Dia memiliki kekuatan yang bisa mengalahkan orang dewasa seorang diri, dan juga dia selalu~”
“ Hentikan. Aku tidak ingin mendengar seseorang menjelekan Ruan, terlebih lagi darimu. “ Balas Belmira tak terima.
“ Tapi aku serius Bel,”
“ Aku tidak akan percaya, jangan pernah mengungkit hal ini lagi di depanku.” Belmira pun bangkit dan mulai meninggalkan Joseph yang terpatung diam.
**
Satu minggu telah berlalu, Ruan masih belum kembali ke sekolah tanpa keterangan apapun. Belmira sangat menyesal tidak menanyakan alamat Ruan saat terakhir mereka bertemu, sekarang akan sangat sulit untuk bertemu dengannya kecuali Ruan datang ke sekolah.
Di samping kehilangan kabar dari Ruan, Belmira juga tidak bicara dengan Joseph lagi sejak hari itu. Mereka saling diam-diam baik di kelas maupun di luar sekolah, waktu ujian akhir sekolah juga sebentar lagi tiba dan Belmira lebih sering menghabiskan waktunya untuk belajar.
Minggu depan adalah hari pertama ujian di langsungkan, Ruan tak kunjung kembali dan Belmira sudah sangat mengkhawatirkannya. Sepulang sekolah nanti dia akan mencarinya, dimana pun Ruan berada dia tidak akan menyerah sampai berhasil menemukannya.
Bel baru saja berdering yang menandakan kelas telah berakhir dan orang pertama yang keluar dari kelas adalah Belmira, dia tampak tergesa-gesa untuk memulai pencarian Ruan. Selain itu dia juga membawa lukisannya yang sudah jadi dan akan di berikan kepada pria itu jika mereka berhasil bertemu.
Di mulai di pusat kota, Belmira mencari di sepanjang jalan sambil menunjukkan lukisan yang ia buat pada beberapa orang dengan harap ada yang mengenalnya. Setelah mencari beberapa jam dan tak kunjung menemukannya, Belmira pun istirahat sejenak sambil menghilangkan rasa hausnya dengan air minum yang ia bawa.
“ Kamu dimana.?” Ucap Belmira melirik kesana kemari dengan harap bisa menemukan Ruan di sekitar tempat itu.
Di ujung jalan Belmira menangkap seorang pria sedang berjalan menuju sebuah mobil berwarna hitam, setelah yakin dia adalah Ruan, Belmira pun segera menyebrang jalan meski hampir menabrak mobil karena terburu-buru.
“ Ruan...Ruan..” Panggil Belmira ketika pria itu sudah masuk ke dalam mobil.
Beruntung Belmira tiba di seberang jalan sebelum mobil yang di tumpangi oleh pria itu melaju, Belmira mengetuk kaca mobil hingga kaca tersbeut turun dan memperlihatkan sosok yang di cari Belmira sejak tadi.
“ Akhirnya aku menemukanmu, aku ingin memberikan sesuatu padamu.” Ucap Belmira segera memberikan lukisan itu padanya.
Ketika dia menerima lukisan itu, seorang supir yang membawa Ruan pergi segera melaju. Namun Belmira berlari mengikutinya, pria itu hanya melirik Belmira dengan tatapan yang sulit di artikan.
“ Tolong datanglah ke sekolah besok.” Teriak Belmira yang akhirnya tidak bisa lagi mengejarnya.
Meskipun harus berpisah sangat cepat, setidaknya Belmira merasa senang akhirnya bisa bertemu dengan Ruan lagi. Lukisan yang telah ia buat sebelumnya juga sudah berada di tangannya, dan di lukisan itu terselip sebuah surat yang mengutarakan semua yang ingin di katakan oleh Belmira pada pria itu.