Namira melihat Arsen yang mengantri es krim. Lelaki itu menatap datar ke depan dan tangan yang masuk ke dalam saku celana. Cih! Lelaki tanpa senyuman. Padahal dari tadi Namira selalu melihat beberapa wanita mencoba untuk menggoda suaminya itu. “Ini!” Namira mengangkat sebelah alisnya, “kenapa beli yang cup besar? Aku mau beli yang cup kecil saja dua.” Arsen memutar bola matanya. “Makan saja. Kau mau beli cup kecil dua. Itu percuma saja. Tidak akan membuatmu puas. Beli yang besar akan membuatmu puas. Sepuas kau memainkan milikku yang besar!” “Yak! Kenapa kau bicara jorok di depan makanan?” Namira berteriak tidak terima, menyuap es krim ke dalam mulutnya. Arsen tertawa kecil melihat Namira yang tampak kesal. “Kau yang memulai semua lebih dulu Namira. Kalau ada yang besar kenapa kau