Namira menatap bingung pada Arsen yang membawanya ke sini. Keduanya memakai baju hitam dan tertutup. Tadi Namira memakai baju warna baby blue. Lelaki itu meminta Namira untuk mengganti pakaiannya. “Kenapa kita di sini?” tanya Namira, melihat gerbang mansion di depan terbuka. Dan banyak tamu melayat. Arsen mau mengajak dirinya ke rumah calon lelaki itu, lalu mengatakan pada dirinya kalau itu adalah wanita yang memang sempurna dan dijadikan oleh Arsen, istri yang akan dipamerkannya pada orang-orang. “Melihat kedukaan. Memangnya untuk apalagi kita di sini, kalau bukan melihat tangisan.” Jawab Arsen tenang memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Arsen menatap pada ponselnya yang terus berbunyi. Ibunya yang terus menghubungi Arsen. Berisik! Arsen mematikan sambungan