“Aku harus membuangmu! Kau itu,-“ “Mom…” Wanita yang memiliki rambut pendek menatap pada bocah yang di depannya sudah terbangun dengan mengucek mata dan menatapnya dengan pandangan yang begitu lugu dan polos. “Namira, bersiaplah. Kita harus pergi sekarang. Bukankah kau mau es krim. Mom mengajakmu beli es krim.” Namira tersenyum lebar dan mengangguk. “Namira mau es krim!” “NAMIRA!!” Namira terkejut dan mengedipkan matanya berulang kali. Lalu melihat Arsen yang mengeraskan rahangnya. “A-pa?” tanyanya gugup dan takut, melihat pada Arsen yang berdiri di depannya dengan tatapan yang membuat Namira menggeleng. “Kau melamun?” tanya Arsen. Namira tersentak. Lalu dia ingat bayangan yang muncul di kepalanya. Namira memegang kepalanya. Lalu menggeleng pelan. “Aku tidak tahu. Aku memang