"Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus." Namira mendengar janji pernikahan yang diucapkan oleh Arsen barusan, membuat lidahnya terasa keluh. Untuk mengucapkan janji pernikahan miliknya. Namira meringis pelan ketika Arsen menggenggam tangannya dengan erat dan mata lelaki itu menatap tajam pada Namira. Pendeta yang ada di depan Arsen dan Namira, menunggu Namira untuk mengucap janji pernikahan. “Pengantin wanita, ayo, ucapkan janji pernikahannya.” Jantung Namira semak