•° Sofia Reese

1043 Kata
Malam minggu memang malam kemerdekaan bagi kebanyakan para pelajar. Bisa dengan bebas mengisi waktu mereka sesuai dengan kehendak yang mereka sukai. Sama halnya dengan Sofi dan teman-temannya. Mereka saat ini sedang berkumpul di gelapnya jalan raya yang kosong dari pengendara umum. Sebenarnya bukan para orang asing. Karena mereka itu adalah para pelajar yang sering nongkrong bersama Sofi di warung yang dijadikan basecamp. Dan tentu saja Sofi tidak pergi sendiri kesana. Disampingnya ada Ganda dengan rokok diantara bibir. Ganda yang tadinya termenung di balkon kamar mendapat ajakan dari kawan-kawanya untuk datang ke sana. Berhubung Ganda sudah rapi tapi gagal pergi dengan Inge, iapun menyanggupi dan langsung tancap gas menuju lokasi. Dan disinilah dia. Yang sialnya malah bertemu si cewek perusak yang sayangnya cantiknya tidak bisa ditampik Ganda. “Berapa duit hari ini?” tanya salah seorang peserta balap liar pada Brian yang memang bertugas. “Sepuluh. Gak ada tambahan soalnya anak Dharma gak bisa dateng.” Sofi yang posisinya tak jauh dari Brian membuatnya bisa mendengar dengan jelas info tersebut. Matanya berbinar menoleh pada Ganda. “Kamu ikut gak?” tanya Sofi. Ganda mengangguk sebagai jawaban. Wajah Sofi langsung semakin sumringah. “Kamu harus menang pokoknya. Terus nanti uangnya buat aku. Oke?” Ganda menghisap batang nikotin dalam-dalam lalu menghembuskannya ke udara malam menghasilkan semburat putih. Ditatapnya cewek yang sudah seminggu ini jadi kekasihnya tersebut. “Terus kalo aku menang, aku bakal dapat apa?” “Kamu maunya apa?” tanya Sofi balik. “Putus.” jawab Ganda tanpa berpikir. Karena memang sepenuh jiwanya itulah yang ia mau. Tapi jelas Ganda tahu cewek itu akan meresponnya sambil lalu. Seketika tawa Sofi menyambut, menanggapi ucapan Ganda. Benarkan. Sudah dia duga. Tangan putih itu memukul pelan bahunya. “Bisa aja deh, becandanya. Udah ah, balapnya udah mau mulai tuh. Sana cari nafkah buat aku.” canda Sofi. Dia sebenarnya sangat tahu bahwa ucapan itu bukan gurauan semata. Tapi maaf ya Ganda, Sofi memang maunya begini. Mau lihat saja, kapan sih, si keong Mak Lampir keluar dari cangkangnya. Atau mau nunggu pacarnya suka beneran sama Sofi? Ya, nggak apa-apa sih. Kalo Inge sakit hatinya berlipat-lipat kan, makin bahagia pula Sofi. Ganda tak bisa protes atau mengelak. Meskipun ia sangat ingin berteriak pada cewek rese disampingnya, pada akhirnya ia kembali hanya bisa menghela napas pelan. Pasrah. Membuang puntung rokok yang tersisa, iapun beranjak mendekati motor. Dengan motor sport merahnya Ganda dan dua pembalap lainnya menderumkan motor hingga asap hasil gesekkan ban dan aspal mengepul di udara. Sorak-sorai mulai terdengar memenuhi jalanan malam oleh para muda-mudi disana. Seorang gadis didepan mereka bersiap dan mulai menghitung mundur dari tiga. Dan ketika kata 'satu!' terucap, ketiga cowok itu segera menancap gas. Semakin jauh kecepatan mereka semakin cepat. Menarik gas tanpa ragu bila posisi mulai terancam atau untuk menyalip agar berada didepan. Bunyi bising yang dihasilkan mempersnegit suasana dengan mata yang sesekali mengawasi lawan. Semakin dengan dengan garis finish, ketiga motor itu berusaha secepat mungkin untuk dapat berada diposisi pertama. Teriakan dukungan memenuhi suasana memanggil nama jagoan masing-masing. Di tempatnya Sofi, Angel dan Vani kompak meneriaki nama Ganda yang kini terlihat paling dekat menuju garis finish. Dan teriakan kemenangan pun terdengar sesaat setelah motor Ganda melewati garis. Ganda melepas helmnya dan turun dari motor. Tanpa aba-aba Sofi berlari mendekati cowok itu dan langsung memeluknya memberi ciuman yang disambut balik oleh Ganda. “Aku yakin kamu menang. Selamat ya, Sayang.” ucapnya tak menyembunyikan kesenangannya. Ganda sempat terhenyak sejenak. Ucapan Sofi kali ini terdengar sangat tulus ditelinga nya. Dan itu berhasil mempengaruhi Ganda yang sempat dibuat hampa oleh perempuan yang dicintai. Dan untuk pertama kalinya, seorang Ganda memberi senyuman ikhlas yang datang dari hatinya. Bukan untuk akting. Dan bukan karena keterpaksaan. Ganda tahu ini mungkin terkesan berlebihan. Namun, jujur ini adalah pertama kali baginya mendapat sambutan manis atas kemenangannya. Yang ternyata dia dapat bukan dari Inge, tetapi dari Sofi. Eh, mikirin apa sih gue? Nggak nggak, Inge tetap yang terbaik. Batinnya. ••• Usai diberikan hadiah kemenangan berupa uang tunai, amplop coklat itu Ganda langsung berikan pada Sofi sesuai permintaan cewek itu. Namun Sofi mendorongnya, menolak. “Tadi lo minta, kan. Udah ambil aja.” “Ih, apaan sih kamu. Tadi tuh, aku becanda doang kali.” ucap Sofi santai. Membuat Ganda mengerutkan dahinya samar menatap gadis itu. Keren banget sih, nih cowok. Gemesss. Batin Sofi berteriak. “Woy! Lo berdua mentang-mentang udah jadian nempel-nempel mulu udah kek prangko.” tegur Vani dengan Angel disebelahnya. “Iya, dasar bucin. Eh, btw selamat ya, Ga, atas kemenangan lo. Mana duit haramnya juga lumayan, kan.” ucapan sekonyong-konyong dari Angel itu seperti menyentil rasa tidak suka Sofi. Wajah gadis itu berubah sengit. “Maksud lo apa bilang gitu?” dan tanpa diduga yang ia dapat justru tawa membahana dari kedua temannya itu. Orang marah malah ketawa? Waras? “Gue masukin RSJ beneran lo berdua. Sinting.” Sofi menggerutu. “Abisan lo lucu banget kalo bucin gini, Sof. Mana bucinnya sama Ganda lagi. Kita berdua, kan saksi sah gimana lo ogah-ogahan bahkan ampe Ganda lo amit-amitin dulu. Eh sekarang, Angel ngomong gitu doang udah darting. Udah kek mau nerkam orang aja lu.” “Iya, Sof. Padahal yang gue bilang apa salahnya coba? Ini kan balap ilegal, otomatis hadiahnya juga ilegal dong. Dan yang kek gitu-gitu setau gue duit haram.” jelas Angel yang sama sekali tidak menyurutkan kekesalan Sofi. Entah apa-apa saja yang dua cewek itu ucapkan. Sedang Ganda yang sedari tadi disana hanya diam dengan telinga yang tanpa diminta menyimak. Absurd sekali pembahasan cewek-cewek itu. “Bro! Selamat ya, lo menang.” sosok Sachio dengan topi putih yang dipasangnya terbalik menepuk pundak Ganda. Cowok itu tidak sendirian. Ada Bondan dan dua cowok lain yang mengikuti. Ganda yang sedang tidak mood banyak omong hanya mengangguk sebagai balasan ucapan selamat itu. “Eh, bro. Lo kan baru dapet duit, gimana kalo traktir kita-kita. Iya gak?” usulan Sachio yang mendapat seruan setujuh teman-temannya plus Angel dan Vani yang turut berbinar. Dan melihat kedua temannya itu tak urung membuat Sofi berdecih. “Belum ada satu menit lo berdua sok-sokan ceramah ini-itu. Sekarang giliran gratisan aja mata lu berdua gede. Emang mau makan duit haram?” sindirnya sarkas. Angel dan Vani dibuat mati kutu menampilkan cengengesan mereka. “Bisa aja lo, Sof.” wajah Sofi datar menyorot Vani yang menanggapi. Melihat interaksi Sofi dan teman-temannya entah kenapa terasa menyenangkan di mata Ganda. Perlahan suasana hatinya kembali membaik. “Gue emang gak ada niat nyimpen duit ini. Silahkan kalo lo pada mau abisin.” ucapan Ganda itu membuat Sachio dan yang lainnya terpekik riang. “Makan gratis! Makan gratis!” sorak mereka ramai membuat Ganda bergeleng geli. “Kuy lah!” Sachio didepan memimpin untuk menerima traktiran. Sedang Ganda dan Sofi berjalan paling belakangan dengan Sofi menggandeng lengan cowok itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN