41

218 Kata

Zefanya memandang pria yang saat ini tengah duduk di kursi tamu rumah sederhana yang ia tinggali dengan ibunya. Pria itu begitu tulus, begitu hangat terhadap Alena. Jujur saja, Zefanya merasa tersentuh dari waktu ke waktu karena perhatian Raka. Namun ... Zefanya benci kenyataan bahwa ia tidak bisa menyukai lelaki itu lebih daripada seorang teman. Zefanya menghela napas panjang. Kemudian melanjutkan langkah menghampiri Raka dan juga ibunya di ruang tamu, dengan sebuah nampan berisi tiga teh tawar hangat. "Seharusnya kamu pulang dan istirahat, Raka. Bukannya malah menggoda Ibu terus." Raka memandang Zefanya dengan delikan jenaka. "Memangnya kenapa? Apakah tidak boleh? Lagian Ibu Alena cantik, wajar pria muda sepertiku tertarik juga padanya," ujar pria itu seraya melirik-lirik singkat pada

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN