Zefanya memilin jari-jarinya di atas pangkuan dengan gugup. Matanya bergerak gelisah sambil sesekali melihat jam dinding. Ini sudah terlalu larut, tetapi belum ada tanda-tanda Nathan akan pulang. Ah, tampaknya Zefanya memang memiliki hobi mengkhawatirkan Nathan, meskipun tahu bahwa itu bukanlah haknya. Sejak awal dia memang tidak berhak, ditambah dengan kejadian beberapa waktu lalu, dia semakin tidak berhak mengkhawatirkan Nathan. Tapi apa boleh buat? Bukankah tidak ada yang bisa mengatur soal perasaan? Suara deru mesin terdengar di luar beberapa saat kemudian. Seketika membuat Zefanya bangkit berdiri, tahu bahwa itu adalah Nathan. Ia menunggu Nathan pulang sejak tadi. Namun saat laki-laki itu akhirnya kembali, Zefanya malah dibuat kalang kabut, sebab ia tak ingin Nathan tahu bahwa diri