Makan bersama keluarga Blue Sky seperti biasa sangat hangat dan penuh candaan. Hanya Frans yang yang duduk dengan gelisah. Ia mengecek ponselnya dan menemukan pesan dari Luna jika gadis itu tengah menunggunya di beranda kamar Frans. Biasanya acara makan malam akan membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga Frans ingin segera pergi. Ia sangat tidak sabar untuk bertemu Luna. Frans bahkan menelan ludah mengingat manisnya darah Luna.
“Frans mau kemana?” tegur Tiara.
“Aku mau ke kamar. Ada tugas yang harus kukerjakan,” sahut Frans beralasan.
Tony yang mendengar alasan Frans langsung mengernyit, karena tidak ada tugas untuk mereka dari guru. Tapi karena tidak ingin memancing keributan, ia biarkan saja Frans ke kamarnya. Mungkin Frans akan memuntahkan makanannya.
Frans membuka pintu kamar. Begitu masuk aroma Luna langsung tercium olehnya. Frans segera ke beranda, Luna yang menunggunya seraya duduk di lantai beranda langsung tersenyum.
“Apa aku membuatmu menunggu lama?” tanya Frans.
“Tidak juga. Ini semua sepadan,” sahut Luna.
“Sungguh?” tanya Frans juga turut duduk di samping Luna.
“Karena yang kutunggu seorang pangeran,” sahut Luna megedipkan sebelah matanya.
Frans terpana.
“Kau menggodaku?” tanya Frans membuat Luna tertawa.
Frans langsung menahan kedua tangan Luna merapat ke dinding. Sebelah tangannya yang lainmengelus bibir merah Luna yang merah merona.
“Kau tahu, satu jam jauh darimu, rasanya aku bisa gila,” ucap Frans.
“Gombal,” jawab Luna.
“Kau harus bertanggung jawab, karena telah membuat seorang Frans tergila – gila padamu,” bisik Frans membuat Luna tegang.
Frans melepas tangan Luna, namun kemudian menahannya ke belakang. Bisa dirasakannya nafas Frans yang menggelitik di telinganya. Hidung mancungnya menyentuh telinga Luna lalu turun ke leher. Luna langsung melenguh saat taring Frans menancap di lehernya. Manisnya darah Luna langsung memenuhi mulut Frans.
“Kau sangat manis,” ucap Frans setelah melepas gigitannya.
Mata keduanya bertemu.
“Benarkah kau mencintaiku?” tanya Luna.
“Apakah kau meragukan cinta seorang putra kaisar?” tanya Frans.
Luna menggeleng. Bagaimana bisa Luna meragukannya. Andaikan semua yang terjadi tidak nyata sekalipun Luna akan mempercayainya. Luna langsung melumat bibir Frans. Isu mengenai candu yang pernah didengarnya dari ayahnya benar adanya. Luna tidak pernah bisa tidur mengingat ciuman pertama mereka. Rasanya sungguh nikmat dan seperti candu. Luna terus memikirkannya dan menginginkannya kembali. Aroma tubuh Frans pun tak pernah bisa hilang dari penciumannya. Luna bisa gila jika tidak pernah bertemu Frans sehari.
“Gadis nakal,” ucap Frans saat Luna melepas pagutannya agar keduanya bisa bernapas.
“Maaf, aku mengulang keslahan lagi,” ucap Luna hendak bangkit.
Frans langsung menarik Luna jatuh ke pangkuannya.
“Jangan pergi,” bisik Frans. Ia mencium aroma rambut Luna yang amat ia sukai.
“Tapi jika begini terus berarti kau melanggar aturan seorang pangeran,” ucap Luna.
Frans menaruh teunjuknya agar Luna berhenti bicara.
“Jangan katakan itu lagi. Kekaisaran sudah runtuh, kisah kita hanyalah kisah sepasang kekasih. Setuju?” tanya Frans menunjukkan jari kelingkingnya.
“Setuju,” sahut Luna menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Frans.
Luna yang duduk bersandar ke d**a Frans menatap rembulan yang indah. Bintang pun bertaburan di langit. Suasana romantis tersebut mendukung keduanya. Frans memeluk hangat Luna dari belakang. Sesekali diciumnya rambut Luna. Mereka berdua saling berpelukan seolah tidak ada apapun di dunia ini yang bisa memisahkan cinta mereka berdua.
Frans kembali menguarkan aroma tubuhnya. Membuat Luna semakin kehilangan kesadaran, kemudian dengan santai ditancapkannya kembali taring di leher Luna. Frans menghisap darah Luna pelan. Rasa manis kembali menjalar di kerongkongannya. Tidak begitu lama Frans melepaskannya kembali. Karena ada darah yang muncul di lubang bekas gigitan Frans menjilatnya. Ajaib, luka itu langsung menutup kembali, seolah tidak ada siapapun yang pernah menggigit Luna. Melihat fenomea tersebut Frans baru tersadar memiliki kemampuan menutup bekas luka dengan jilatannya.
“Aku harus kembali ke asrama, kalau tidak ketua asrama akan curiga,” pamit Luna.
“Tidak boleh,” sahut Frans seraya mengeratkan pegangannya.
Luna hendak memprotes namun sebuah bayangan di dalam kamar Frans membuatnya langsung meloncat ke dalam hutan tanpa bisa dicegah.
“Frans, apa yang kau lakukan?” tanya Misha terkejut. Begitu penciumannya mencium aroma seseorang, ia langsung memeriksa seluruh beranda, halaman bahkan hendak melompat ke dalam hutan.
“Tante,” Frans menari Misha hingga terjatuh menimpanya.
“Aduh, tante apa – apaan sih, naik ke pagar. Kalau jatuh nanti aku yang disalahin,” sungut Frans mengalihkan perhatian.
“Tante seperti mencium sesuatu,” ucap Misha membuat Frans curiga jika Misha ternyata juga seorang vampire.
“Turun dulu deh, Tan,” pinta Frans yang masih di duduki Misha.
“Tidak mau, di sini enak. Aku bisa dengan mudah memakanmu,” ucap Misha dengan tatapan jalang. Ia langsung menahan kedua tangan Frans dengan kedua tangannya. Frans pura – pura meronta dengan lemah.
Misha mendekatkan wajahnya. Frans berusaha menjauhkan wajahnya dari Misha yang memang sejak dulu selalu suka menggodanya bahkan menciumnya.
“Mom!”teriak Frans.
Misha tersenyum licik. “Berteriaklah sesukamu tampan. Ayah ibumu sibuk membuat adik untukmu,” sahut Misha.
Frans langsung meronta. Bajunya sampai robek tak sengaja tertarik tangannya sendiri saat meronta.
“Wow, lihat otot ini,” Misha langsung meraba perut Frans.
Bugh. Hantaman kayu yang sangat keras di kepala Misha langsung membuatnya pingsan.
“Terima kasih,” ucap Frans pada Luna yang kembali untuk menolongnya.
“Jaga diri. Baiklah aku beneran pergi kali ini,” pamit Luna lagi.
Frans mengangguk. Beruntung saat Luna pergi Tony baru datang ke kamarnya. Ia nampak kebingungan melihat Misha pingsan.
“Bisa bantu aku membawanya ke kamar,” ucap Frans.
Tony langsung memapah Misha bersama Frans ke kamarnya di bawah. Suasana istana yang sepi menunjukkan jika semua orang telah tertidur di kamarnya masing – masing.
***
Misha bangun setelah yakin Frans menjauh. Taktiknya untuk mengetahui siapa yang menyelinap ke kamar Frans berhasil. Tadi saat pura – pura pingsan ia melihat dengan jelas siapa gadis itu. Gadis yang telah berani menyentuh Frans. Dengan jelas Misha bisa mencium aroma gadis itu di wajah dan tubuh Frans.
“Mala mini juga aku akan melenyapkanmu. Tak peduli siapa ayah dan ibumu. Siapa pun yang berani merenggut Frans dariku. Di harus mati,” geram Misha.
Misha langsung berkelebat ke area asrama.
“Luna, keluarlah,” ucap Misha melalui Mind Line. Ia memanggil Luna agar ke taman dekat asrama. Sementara itu Misha bersembunyi di antara tanaman bunga yang berdaun lebat, ia akan muncul setelah yakin jika yang datang adalah Luna.
Luna yang baru saja hendak mencuci kaki langsung memenuhi panggian tersebut ke taman.
“Keluarlah tante girang tak tahu malu,” ucap Luna.
“Sialan, ternyata kau memang ular,” maki Misha.
“Seharusnya sebagai tante kau menjauhi Frans,” ucap Luna.
“Kau yang tak tahu malu. Frans adalah calonku, dia akan menjadi kaisar vampire kembali bersamaku,” jawab Misha.
“Berhenti bermimpi, Frans hanya mencintaiku,” sahut Luna.
Misha langsung tertawa.
“Aku tidak bodoh, kau memakai serbuk pemikat agar Frans semakin tergila – gila padamu. Aku menemukan bau serbuk itu menempel dibajunya,” ucap Misha.
Luna yang ketahuan langsung menyerang Misha, ia harus membunuh Misha malam itu juga sebelum Frans mengetahui perbuatan buruknya yang memakai serbuk pemikat agar Frans jatuh cinta kepadanya.