Pewaris Tunggal

1388 Kata
Hari yang cerah istana Blue Sky penuh dengan kesibukan. Halaman tengah istana disulap sedemikian rupa menjadi tempat pesta elegan. Lambu – lampu bergelantungan, meja dan kursi di tata dengan apik oleh EO professional kepercayaan Samuel. Segala macam hidangan mulai dipersiapkan, termasuk aneka minuman. Di dalam rumah beberapa asisten mempersiapkan souvenir untuk para tamu VIP yang diundang. Termasuk mini book yang berisi foto pernikahan Adam dan Tiara. Foto bayi Frans, saat balita hingga remaja.  Sebuah pulpen yang agak mahal dilengkapi sapu tangan yang terdapat lambang Blue Sky di salah satu sudutnya. Semua benda itu dimasukkan menjadi satu ke dalam Clutch ber-merk yang bisa dipakai laki – laki maupun perempuan. Frans memperhatikan semua kesibukan itu dengan bingung. Pasalnya ia yang baru bangun langsung disambut kesibukan yang terasa mendadak baginya. Tidak ada seorang pun yang dikenalnya di ruangan tengah. Saat dirinya tiba, berdiri dan memperhatikan semua itu dengan seksama semua orang langsung terpana melihatnya. “Selamat pagi Pangeran!” sapa semua orang serempak mengagetkan Frans. Wajah Frans langsung bersemu merah. Tanpa kata ia langsung pergi mencari Tony ke kamarnya di bangunan sebelah kanan. Namun Tony tidak ada di kamarnya. “Tuan, Kau di sini rupanya,” sapa Brian. “Kau siapa?” tanya Frans. “Aku Brian De Jandru. Panggil aku Paman Brian. Aku akan mengukurmu sebentar. Dengan tangan ajaib ku ini aku akan menyulap kain menjadi pakaian elegan yang akan membuatmu semakin bersinar dan menyihir semua orang. Bagaimana? Kau suka style apa?” tanya Brian. Frans terdiam. Ia menatap Brian penuh keraguan. Selama ini ia tidak memikirkan hal tersebut. Kondisi keuangan yang serba terbatas selama tinggal dengan Tiara membuatnya mengenal konsep menggunakan uang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga berpakaian bukan suatu hal yang perlu menjadi prioritas. Tapi karena Adam orang kaya dan terpandang mungkin sebaiknya ia harus bersikap sesuai dengan standard-nya. “Aku tidak begitu memikirkan hal itu. Selama ini bagiku berpakaian itu yang penting simple dan nyaman saat aku pakai. Itu saja,” sahut Frans. Brian tersenyum. Ia sudah mendengar semuanya dari Adam jika selama ini anaknya hidup apa adanya dan tumbuh dalam didikan Tiara dan Hari. Jadi Brian harus berhati – hati memperlakukan Frans yang mungkin memiliki karakter berbeda dengan Adam. “Hem, begitu ya. Omong – omong siapa perancag busana di dunia ini yang kau sukai?” tanya Brian seraya menarik Frans untuk duduk. Namun Frans langsung menepis tangan Brian, tak suka. “Maaf, saya merasa tak nyaman disentuh orang asing,” sahut frans membuat Brian semakin yakin jika pemuda dihadapannya memang keturunan Cezar. “Kalau begitu maafkan saya Tuan Muda” sahut Brian. “Sebaiknya kita ke kamar Anda. Saya harus mengukur Anda, atau kita bisa melakukannya di sini?” tanya Brian. Frans melihat sekeliling, tentu saja ia segera berjalan dalam diam kekamarnya diikuti oleh Brian. “Tuan Muda belum menjawab pertanyaan saya sebelumnya,” Brian mengingatkan pertanyaannya yang belum dijawab seraya mulai mengukur Frans. Sebenarnya, melihat Frans saja sudah cukup baginya mengetahui berapa ukurannya. Namun Brian sengaja melakukannya karena penasaran dengan sosok Frans. “Em itu, aku tidak tahu, maaf,” ucap Frans sopan. Brian mengangguk. “Maaf tuan muda, bisakah anda melepas pakaianmu, susah mengetahui ukuran bajumu jika masih tertutup baju,” ucap Brian. Frans kembali ragu. Ia menatap curiga pada Brian. Tiara sering mengingatkannya untuk berhati – hati pada pria maupun wanita yang mendekat. “Sebaiknya ukur baju jadiku saja. Maaf saya tidak suka disentuh,” ucap Frans mengelak dan tetap berupaya sopan pada orang yang lebih tua. Sikapnya itu membuat Brian semakin gemas dan ingin melahapnya. “Kalau begitu maaf,” selesai berucap Brian langsung mendorong Frans dengan cepat hingga jatuh di atas kasur di belakangnya. Lalu dengan cepat Brian merobek baju yang dipakai Frans. Meiihat sikap Brian yang arrogant tentu saja membuat Frans terkejut. Ia bahkan tak sempat berbuat apapun untuk mencegahnya berbuat demikian. “Apa yang kau lakukan!” teriak Frans menyilangkan kedua tangannya di atas d**a. Brian menarik kedua tangan Frans kemudian menahannya di sisi kanan dan kiri tubuhnya. Frans meronta, namun tenaganya tidak akan kuat melawan Brian. “Kau sangat menggemaskan Tuan Muda. Bolehkah aku mencicipimu sedikit,” ucap Brian yang kini tepat berada di atas tubuh Frans. “A—Apa,” Frans mulai ketakutan. “Ayah!” teriak Frans. Brian langsung membungkam mulut Frans dengan tangannya. Kemudian tanpa menunggu lama Brian menggigit bahu Frans. “Aw, sakit!” ringis Frans, saat bungkaman Brian terlepas. Setelah sedikit darah terasa di lidah Brian langsung yakin jika Frans memang putra Adam. “Maaf Tuan, saya hanya mencoba mematiskan jika anda benar putra Adam,” sahut Brian. Frans tak berkata apa pun. Ia hanya diam dengan kesal karena Brian telah berani menyentuhnya lebih dari batas. Saat pria di hadapannya lengah. Frans langsung menendang s**********n Brian dengan keras. Hingga pria itu meringis kesakitan di lantai. “Maaf, Paman. Itu balasan karena kau telah melewati batasanmu,” ucap Frans. Ia berdiri menuju lemari pakaian, mengambil baju yang baru lalu memakainya. Sementara Brian tak menyangka, meski kelihatan sopan ternyata Frans jauh lebih tega membalas siapa pun yang mengusiknya. Sepertinya air yang kelihatan tenang memang jauh lebih berbahaya dan dalam. Brian harus lebih berhati – hati menghadapi Frans. “Apa yang terjadi di sini?” tanya Adam saat menemukan Brian duduk di lantai sedangkan Frans baru selesai berpakaian. “Kami hanya berkenalan kok Dam,” sahut Brian mengurungkan Frans yang hendak bersuara. “Ini pakai bajumu. Sebentar lagi tamu – tamu akan datang,” ucap Adam menaruh setelan resmi di atas kasur. “Kalau kau ke kamar ini mengapa tak sekalian bawakan bajunya. Aneh sekali,” sungut Adam pada Brian lalu keluar. Brian menampakkan barisan giginya. Sedangkan Frans mengambil baju yang diletakkan di atas kasur. Di labelnya tertulis dengan jelas nama ‘Brian D’ Jandru.’ Frans menatap Brian dengan tajam. Ia baru sadar jika Brian berbohong untuk mengukur ukuran baju karena baju untuknya sejak awal sudah jadi. “Peace,” ucap Brian dengan menunjukkan dua jari kepada Frans lalu kabur. Frans ingin sekali membalas Brian, tapi sebentar lagi acara penyambutannya akan segera dimulai. Frans tidak ingin membuat ayahnya kecewa. Ia kembali membuka bajunya untuk mengganti ke yang baru. Namun sebelum memakai hem putih di tangannya. Frans menemukan dua luka kecil bekas gigitan Brian. Ini aneh, mengapa bentuknya mirip gigitan ular. Frans menghela napas, ia akan memikirkannya nanti. Sekarang ia hanya harus fokus pada acara. Semua undangan mulai dari pejabat sampai pengusaha mulai memenuhi halaman tengah.  Tony langsung menyambut Frans dan berdiri di sampingnya seperi biasa. “Kau tampan sekali dengan tuxedo itu Tony,” puji Frans pada sahabatnya. “Tentu saja,” bisik Tony. Lalu ia mulai memotret Frans dan acara yang sedang dilaksanakan. Tidak lupa caption tentang acara hari itu yang tentu saja langsung mendapat like dank omen dari para fans. “Frans kemari, kau juga Tiara,” pinta Adam di akhri sambutannya. “Inilah isteri saya. Kalian pasti mengingatnya. Lama tidak berjumpa kecantkannya jadi tiada tara,” ucap Adam membuat Tiara mencubit pinggangnya dan hadirin langsung tertawa. “Sedangkan anakku yang paling tampan di dunia. Frans Alexandru Cezar. Penerus Blue Sky berikutnya,” lanjut Adam memperkenalkan Frans. Frans langsung menundukkan tubuhnya sedikit seraya tersenyum, begitulah yang diajarkan ibunya. Semua kamera langsung menyorotnya. Beberapa foto langsung diambil para wartawan untuk diberitakan di media online dan cetak. Acara kemudian dilanjutkan dengan acara santai dan makan. Saat itulah pandangan Frans mengabur. Ia merasa bumi yang dipijaknya sedikit berputar. “Kau kenapa? Ayo ke dalam saja,” ajak Tony membawa Frans duduk di dapur. “Mau kubuatkan s**u?” tanya Tony. Frans mengangguk. “Kau tadi pasti belum sarapan, jadi sekalian kubuatkan sandwich,” ucap Tony sambil bekerja. Tak lama ia pun berhasil menyuguhkan s**u dan sandwich di meja. “Makanlah,” pinta Tony. Frans segera meminum susunya sebagian, lalu mengunyah sandwich perlahan. Mski rasanya hambar Frans tetap memaksanya menelan. “Wah, nih lihat. Kau sudah menjadi topic utama dalam berita,” ucap Tony menunjuk ke layar televisi yang terdapat di sudut dapur dan sedang menyiarkan berita tentang Frans sebagai pangeran Blue Sky alias pewaris utama dan satu – satunya penerus Cezar. Tidak hanya hari itu. Hari – hari berikutnya pemberitaan tentang Frans masih menjadi topik hangat dan memenuhi laman utama, yang paling banyak dicari di pencarian. Dan menjadi trending topic di semua laman. Dari semua berita yang tersebar semua sepakat mengatakan bahwa Frans sosok sempurna yang pantas menjadi idola siapa saja. Tak lama dari itu, Tony juga mengabarkan jika semua media social atas nama Frans sudah mendapat verivikasi centang biru. Hal itu sudah menegaskan bagi Frans jika dunia mengakui keberadaannya. Benarkah, hidupnya akan baik – baik saja dari sekarang? Hidupnya sungguh sempurna. Ibu yang baik dan sangat menyayanginya, Ayah yang bijaksana, cerdas dan juga sangat menyayanginya, kekayaan yang melimpah serta terpandang. Bukankah itu terlalu sempurna, seolah tak ada celah bagi penderitaan untuk singgah. Kecurigaan dan keraguan Frans yang mendadak mendapat kehidupan yang layak lebih dari yang ia harapkan semakin menyiksa. Bukannya tidak bersyukur. Frans hanya tidak bisa lupa, seorang penulis pernah menulis sebuah kata bijak di laman isntagramnya @lufyku, jika ‘kesempurnaan ada untuk menutupi banyaknya kekurangan. Begitu pula sebaliknya.’ Lalu, jika demikian, kekuarangan apa yang belum disadarinya, batin Frans.                 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN