Gejala

973 Kata
"Kenapa Mom? Sakit?" tanya Frans. Adam tersenyum saat putra kesayangannya memergokinya menyuntik Tiara dengan vitamin. "Ini hanya vitamin. Sejak tinggal di Australia Mom jadi kurus. Ini akan mengembalikan napsu makannya," ucap Adam  menyembunyikan fakta jika Tiara masih disuntik virus human. Frans mengangguk. Pantas saja ia jarang melihat wanita yang sangat ia kasihi itu makan dengan lahap. "Kalau begitu, hari ini aku akan meminta Paman Hari untuk masak masakan enak untuk Mom." "Masak Cuma untuk Mom, aku jadi cemburu. Padahal kau sudah lama berkumpul dengannya. Sedangkan dengan ayah, baru beberapa minggu." Adam pura-pura manyun. Frans memutar bola matanya. "Oh, ayolah, kau seperti anak cewek saja," gerutu Frans. "What ? Kau bilang ayah seperti anak cewek!?! Rasakan pembalasanku ya." Adam langsung menyerang Frans. Ia menggelitik Frans tanpa ampun. Frans yang merasa kegelian langsung terbahak-bahak seraya memohon ampun. Tiara yang tadi diam saja menikmati dialog dua lelaki yang dicintainya akhirnya tertawa juga. "Mom, bantu Frans membalasnya!" teriak Frans meminta dukungan ibunya. Tiara langsung mengiyakan dan menyerang Adam. Ketiganya tertawa bersama di dalam kamar yang dulu hanya dihuni kesepian kini telah menjelma kehangatan keluarga. Hari yang sedari tadi menguping dipintu menarik napas dalam kemudian menghempaskannya dengan lega. "Bahagia rasanya. Seolah tak akan ada lagi kisah sedih di Hari minggu," ucap Hari sekenanya. "Ngapain ayah di sini?" Tanya Tony menatap Hari menyelidik. "Bukan urusanmu," sahut Hari. "Masalahnya ayah lupa sesuatu," ucap Tony seraya bersidekap. "Memang ayah lupa apa?" tanya Hari seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ikan gurami kesukaan Paman Adam gosong," jawab Tony santai. Mata Hari langsung membulat. Wajahnya pias. Ia menyeret Tony menuruni tangga. "Cepat bantu ayah menangkap ikan di kolam!" serunya pada Tony. "Gak mau. Ibu sudah menangkapnya. Dia di dapur sekarang," tolak Tony. "Waduh, tanda-tanda kiamat sudah dekat ini," ucap Hari panik. "Kiamat dari mana sih Yah!" Belum sempat Hari menjawab terdengar teriakan dari dapur. "Hari!" "Tuh, kan sangkakala sudah berbunyi. Temani Ayah yuk?" ajak Hari pada Tony. Biasanya jika ada Tony di antara mereka istrinya itu tidak akan jadi memarahi. "Ogah, aku sibuk," tolak Tony dan segera pergi meninggalkan Hari yang berada di ujung tombak kemarahan istrinya, Cloe. "Iya sayang, Im coming!" teriak Hari Tepat ketika Hari pergi. Frans menuruni tangga mencari Tony. Namun ia tidak menemukan siapa pun. Karena mencium aroma enak akhirnya ia memutuskan untuk ke dapur. "Wah, sepertinya enak-enak nih!" serunya. "Eh, tentu saja. Kami berdua adalah koki terbaik di dunia ini. Iya kan sayang," ucap Hari seraya memeluk pinggang Cloe yang langsung dibalas pelototan dan geraman. Hari langsung keder dibuatnya. Melihat hal itu Frans tertawa kecil. Sudah menjadi hal biasa baginya jika Hari dan Cloe sering bertengkar. Karena menurut Frans kemesraan keduanya justru tampak ketika bertengkar. Adam dan Tiara yang datang bergabung langsung duduk menghadap meja makan yang telah siap dengan aneka makanan. Berikutnya Tony dan Misha pun datang. Pagi itu suasana dapur sangat meriah dengan celotehan dan canda tawa. Namun tidak demikin dengan Frans. Hari itu ia merasa aneh dengan dirinya. Apapun makanan yang coba ia cerna sama sekali tidak ada rasanya. Bahkan perutnya terasa mual dan ingin memuntahkannya. Sejak tiba di Inggris memang perubahan yang terjadi dengan dirinya mulai ia rasakan. Namun hari ini rasanya lebih parah. "Kenapa Frans, apa makanannya kurang enak?" tanya Hari mengejutkannya. Semua mata yang tadinya sibuk memperhatikan makanan kini tertuju ke arahnya. "Enak kok paman," cengir Frans. Mana mungkin ia bilang makanannya terasa hambar, sementara yang lain melahapnya dengan rakus bahkan memuji kelezatannya. Frans memaksakan diri menghabiskan makanan di piringnya. Namun mual semakin menjadi. Hingga ia pamit ke toilet dan memuntahkan makanan yang barusan ditelan. Kepalanya mendadak terasa pening. Frans bersender ke dinding. Dipijitnya pelipis perlahan. Ada apa dengannya. Setelah agak baikan Frans memutuskan bergabung kembali. Setelah acara makan selesai. Frans dan Tony meraih tas mereka yang sudah siap di kursi tamu. Hari ini adalah hari pertama mereka sekolah di SMU Blue Sky. Kedua orang tua mereka mengantar sampai halaman. "Frans, jangan lupa pesan mom, jaga jarak dengan para gadis," ucap Tiara seperti biasa. "Peraturan macam apa itu sayang." tegur Adam pada Tiara. "Apa maksudmu, bukankah dulu kau juga begitu," protes Tiara. Adam terdiam seraya mengusap puncak kepala Frans. "Kami berangkat," ucap Tony dan Frans berbarengan. Di kejauhan, di balik rimbun pepohonan hutan Epping. Sepasang mata merah memperhatikan aktifitas keluarga cezar dengan seksama. Bibirnya menyeringai menampakkan sebelah taringnya yang mencuat. "Tuan, sang goodness telah memiliki keturunan. Mereka semua manusia seperti dugaan kita. Aku rasa darah mereka pastilah istimewa. Hahahahahaha," tawanya kepada seseorang di kejauhan yang terhubung melalui mindline. Adam dan Tiara tak lagi menyadari kehadiran Vampire. Kecuali Misha yang baru bergabung di beranda, Penciumannya langsung menuntunnya melihat ke arah hutan. "Ada apa?" tanya Tiara. "Ah bukan apa-apa. Mungkin penciumanku bermasalah," ucapnya tidak yakin. Siapa pun tahu jika dunia vampire sudah berakhir. "Oh, aku jadi sedih. Hanya kau yang tidak berubah menjadi manusia." Tiara prihatin. "Tidak masalah. Ini kan hebat. Sebagai satu-satunya vampire. Aku merasa menjadi seorang ratu sekarang. Hahahaha," tawa Misha. JedukkKK. Adam memukul Misha. "Seenaknya kau memukulku. Aku sekarang lebih hebat darimu!" teriak Misha. Tapi Adam keburu pergi. "Dasar kurang ajar. Kaisar atau manusia biasa tetep aja lu songong Dam," sungutnya lagi. Angin kembali berhembus. Bau vampire kembali mengusik penciumannya. Daripada kepikiran, Misha memutuskan memeriksanya sendiri ke hutan. Meskipun bisa dikatakan mustahil jika ada vampire lain selain dirinya di dunia ini. Tidak ada salahnya ia meyakinkan dirinya. Semakin mmendekat, bau itu semakin tajam. Tanpa terasa Misha telah masuk ke tempat dimana sepasang mata tengah mengintai. Sayang, sampai di tempat itu yang ia temukan justru bangkai kelelawar yang telah membusuk. Pantas saja. Bau vampire memang agak mirip bangkai kelelawar, kecuali vampire murni, vampire bangsawan dan keturunan Cezar. Hanya kaum bangsawan yang berbau harum dan memikat. "Hah, apa yang kupikirkan. Vampire sudah musnah. Tianggal aku seorang yang merana. Sial." Misha mengumpat. Tak jauh darinya dua pasang mata memperhatikan tingkah Misha dengan serius. Setelah Misha memutuskan kembali ke istana Blue Sky barulah kedua vampire tersebut kembali. “Hampir saja,” ucap salah satunya. “idemu untuk mengecoh menggunakan bangkai kelelawar memang brilliant,” puji yang lain. “Cepat potret putra Adam sebelum menghilang.” “Ah, buat apa, fotonya banyak di media. Di jalan, Koran bahkan televisi.” “Wow, super. Kalau begitu ayo pulang. Tuan memanggil kita.” Kedua vampire itu pun melesat lalu menghilang di rerimbunan dan kengerian hutan Epping.   *** Follow My ig @lufyku  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN