Vanessa menepati janji untuk tidak mematikan sambungan telepon antara dirinya dan Dirga. Di perjalanan, Dirga terus mengajaknya berbicara, memastikan perempuan itu tidak lengah. Sambil berkali-kali meminta maaf, karena dirinya akan sampai lebih lama dari perkiraan. Jalanan sangat licin akibat hujan deras. Selain itu, lalu lintas juga padat, mengingat saat ini adalah jamnya warga sekitar pulang kerja. Vanessa hanya merespons dengan singkat. Dirinya memang membutuhkan Dirga, tetapi rasanya sangat sulit untuk mengobrol terlalu banyak dengan laki-laki itu. Seperti ada batu yang mengganjal, meghalangi jiwanya untuk terbebas dari bayang-bayang masa lalu. Batu besar yang terkadang menghimpit dadanya. “Lima belas menit lagi kayaknya abang sampai. Kamu sabar, ya. Cari tempat teduh, deketin orang