Pesta Ulang Tahun Celia

1098 Kata
Pukul tujuh malam mobil El sudah terparkir di depan gerbang kosan Za. Dia tidak jadi menghampiri kamar kos Za, karena wanita itu melarangnya. Za bilang sebentar lagi dia keluar. El menghela napas. Ini hal nekat yang dia rencanakan atas usul sekretarisnya. Harapan El akan berhasil. Dia lelah dikejar-kejar terus oleh Celia. Dulu Celia sempat berhenti mengejarnya lantaran El sudah bertunangan dengan seorang wanita. Namun, ketika akhirnya pertunangan itu kandas, Celia kembali hadir merecoki hidupnya. "El, aku udah siap!" El tersentak dan mendapati Za sudah berdiri di dekat mobilnya. Wanita itu mengenakan gaun yang dia kirim siang tadi. Gaun dengan potongan off shoulder itu melekat sempurna di tubuh Za. Rambut ikal Za digerai dengan jepit kecil yang terselip cantik di sisi sebelah kanan rambutnya. Pulasan make up tipis menambah kecantikan wajahnya. Tidak berlebihan dan sangat terlihat natural. "El, aku udah siap! Malah bengong!" sentak Za. El meringis, dan membiarkan Za memasuki mobil. "Sori, Za. Habisnya kamu cantik banget, sih." "Kamu bilang apa?" tanya Za yang sedikit tidak mendengar perkataan El barusan. "Nggak, aku nggak bilang apa-apa. Yuk, kita berangkat sekarang." El melajukan mobil meninggalkan pelataran kos-kosan Za. Perjalanan ini terasa menyenangkan karena ada Za. Sepanjang jalan, wanita itu terus saja berbicara tanpa henti. Selalu sama sejak dulu, ngobrol dengan Za, El tidak akan pernah habis bahan obrolan, ada saja hal yang wanita itu bahas. Mulai dari sembako yang katanya mau terkena pajak, sampai juragan pemilik kos-kosannya yang judes minta ampun kalau nagih iuran bulanan. Muka El mendadak kusut ketika memasuki kawasan rumah megah di bilangan Jakarta Selatan. Mobil-mobil sudah berjajar rapi terparkir di halaman rumah. Itu artinya sudah banyak yang hadir di acara ulang tahun Celia tersebut. El berharap, acaranya sudah dimulai agar dia tak perlu berlama-lama di dalam sana. Za berdecak kagum melihat rumah megah yang entah milik siapa. Keriuhan pestanya sudah nampak dari luar. Lampu-lampu hias yang tersebar di taman depan serta jalan setapak penghubung antara halaman dan bangunan utama sangat cantik. "Apa yang harus aku lakukan selama di dalam sana?" tanya Za sebelum keluar dari mobil. "Kamu nggak perlu melakukan apa pun, cukup selalu berdiri di sampingku aja." "Pekerjaan yang gampang itu mah." "Ingat, ya, Za. Kalau ada yang tanya siapa kamu. Kamu harus ja—" "Ya, aku di sini sebagai pacar kamu. Aku ingat, El. Astaga, harus berapa kali, sih kamu mengulang itu?" Za memutar bola matanya. El tertawa. "Kali aja kamu lupa." Dia melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil bersamaan dengan Za. "Rumahnya keren," ucap Za mendongak ke atas bangunan rumah yang menjulang. "Dalamnya pasti luas banget." "Kita lihat saja, yuk masuk." El menawarkan lengannya untuk Za lingkari. Mengerti maksud El, Za pun langsung merangkul lengan itu tanpa segan. Untuk apa segan? Toh dari dulu Za juga sering melakukannya. Pesta itu diadakan di ruang yang mirip dengan aula. Bertema standing party, hanya ada beberapa sofa yang tampak diduduki oleh beberapa tamu. Yang lain tampak asik mengobrol dengan tangan yang memegang gelas bertangkai panjang. Menginjakkan kaki di sini, Za tahu ini bukan pesta orang-orang biasa. Untung saja outfit yang dia kenakan sesuai. Dia tak kalah cantik dengan tamu wanita lainnya yang hadir. Di depan sana tampak cake ulang tahun yang tinggi menjulang. Entah setan mana yang mau menghabiskan cake setinggi itu dalam waktu semalam. "El, mana pemilik acaranya?" bisik Za di telinga El. "Itu dia sedang mengobrol dengan teman-temannya." El mengedikkan dagu. "Kita samperin dia. Ngucapin selamat habis itu pulang." Za menatap El tak percaya. Yang benar saja? Masa langsung pulang? Menu di buffet terlihat menggiurkan, lumayan kan malam ini makan gratis? Za hendak protes namun langkahnya sudah diseret El untuk menemui pemilik acara. "Malam, Celia," sapa El begitu sampai di hadapan seorang wanita yang tampil paling menonjol di antara semuanya. Wanita bernama Celia itu berbinar melihat kedatangan El. "Oh, Ellard. Akhirnya kamu datang juga." Dia langsung melangkah maju memeluk tubuh jangkung El. Bahkan wanita itu tak segan hendak mencium pipi El, tapi segera mungkin El mencegahnya. "Selamat ulang tahun. Sori, aku nggak bisa memberimu kado apa-apa. Semoga kamu suka." El melepas tangan Celia yang tadi hendak menciumnya. Lantas dia menyodorkan sebuah kotak berbentuk persegi panjang yang terbungkus rapi. "Terima kasih, Ellard. Harusnya nggak perlu repot-repot. Kamu datang aja aku udah senang. Ayo, kita ke mama papa dulu." Celia yang hendak meraih lengan El urung ketika matanya melihat seorang wanita tiba-tiba berdiri di samping El, menyentuh bahu lelaki itu. Celia menyipit, menatap tak suka. "Siapa dia, Ellard?" tanya Celia. "Oh, iya. Kenalin. Dia Za, pacarku." Dengan senyum mengembang, El mengenalkan Za pada Celia. Dia bukannya tidak melihat muka kesal Celia, tapi peduli apa? Ini cara agar Celia tidak terus-menerus mengejarnya. "Halo. Selamat ulang tahun, ya," ucap Za memberi selamat. "Terima kasih," jawab Celia malas. "Ellard, kamu nggak lagi bercanda kan?" Wanita yang memiliki iris abu itu menatap El. "Apa aku terlihat seperti bercanda?" "Om Thomas nggak pernah bilang kalau kamu udah punya pacar." "Za memang belum aku kenalkan padanya. Kami baru jadian sekitar dua bulan. Iya, 'kan, Sayang?" El menoleh tersenyum kepada Za, meyakinkan Celia. "Ya, kami masih baru." Za membenarkan ucapan El. Padahal dia mulai ngeri melihat wajah Celia yang tampak berubah seperti Mbak En yang lagi cemburu kepada Bang Riko. "Oh, ya. Celia. Aku minta maaf karena nggak bisa lama-lama di sini. Aku dan Za akan makan malam. Maklumlah, ya, kita kan masih baru jadi lagi lengket-lengketnya," ujar El. Tangannya menepuk punggung tangan Za. Za hanya tersenyum ngilu karena sumpah dia tidak enak melihat muka merah padam Celia saat ini. Za pikir, El melakukan sandiwara ini agar tidak dibully karena hadir tanpa pasangan. Melihat reaksi Celia di hadapannya, Za jadi tahu tujuan El sebenarnya. Oh My God. El memang tampan, tapi apa wanita bernama Celia itu tak tahu kalau El seorang gay? Wanita dengan gaun malam seksi itu pasti akan syok jika mengetahui kenyataan itu. "Salam untuk mama papa kamu saja, ya. Kami permisi," ucap El lagi. Dia lantas meminta Za untuk beranjak bersamanya. El benar-benar cari perkara. Za tidak tega melihat wajah marah Celia yang berubah jadi sedih ketika menatap kepergian mereka. Celia tidak mengucapkan apa pun. Ya Tuhan, semoga ada keajaiban yang akan menyembuhkan El dari penyakitnya, agar dia bisa suka pada lawan jenis lagi. Serius, Celia itu cantik. Seandainya El lelaki normal, dia pasti akan mudah menyukai wanita itu. "Ellard? Apa kabar?" Seorang pria dengan setelan outfit abu-abu menahan langkah mereka tepat di luar pintu masuk. Senyum El merekah melihat pria tersebut. "Jo? Kamu di sini?" Ternyata mereka saling mengenal. Tanpa basa-basi mereka lantas saling berpelukan erat. El tidak tahu kalau di sebelahnya Za sedang menatapnya horor. _______________ Dicium Celia nggak mau, giliran ketemu lakik langsung pelukan. wkwkwk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN