Darma masih duduk diam di musholla. "Ya Allah, aku ini sadar perbuatanku, adalah dosa, karena mempermainkan janji suci pernikahan. Walaupun niatku hanya ingin membahagiakan orang-orang yang aku kasihi. Aku tidak bisa menolak permintaan Ibu, untuk melakukan ini. Bagiku, hidup, dan matiku, hanya untuk kebahagiaan orang tuaku. Aku ikhlas, rela, ridho mengesampingkan segala urusan pribadi, dan perasaan demi untuk kebahagiaan mereka. Aku mohon, ampuni aku ya Allah ... aku mohon," lirih suara Darma terdengar, dalam curhat, dan meminta ampunan kepada Sang Maha Pencipta. Darma sadar sepenuhnya, kalau kebahagiaan Guna, adalah kebahagiaan orang tua, dan kakeknya. Apapun yang membuat Guna bahagia, mereka juga bahagia, meskipun kadang kebahagiaan itu, hanya kebahagiaan semu yang diperoleh dengan ja