Nayra mematut diri di cermin melihat penampilannya. Nayra memakai gamis berwarna peach dengan khimar senada dan make up minimalis serta lip balm. Nayra jarang memakai lipstik karena bibir ranum Nayra sudah berwarna merah asli.
Setelah dirasa cukup dan tidak berlebihan Nayra keluar dari kamar menemui Dean yang sudah menunggu dan sedang mengobrol dengan mamanya. Dean tak berkedip menatap Nayra yang kini ada dihadapannya. Dean tahu Nayra tidak suka berlebihan dalam berpenampilan dan cenderung lebih suka tampil apa adanya.
“Cantik banget kamu Nay,” Dean memuji Nayra yang menampilkan senyum manisnya
“Masih suka gombal ya Dean,” Nayra terkikik membalas ucapan Dean
“Nggak gombal. Tapi beneran cantik Nay,”
“Kalian ini ya masih aja berantem kaya anak kecil,” Mama Nayra menengahi mereka
“Ayo berangkat. Kasihan papa mama yang udah nungu di rumah,”
Nayra menganggukan kepala lalu berpamitan ke mamanya. Setelah berpamitan dengan mamanya, Nayra dan Dean meninggalkan rumah Nayra menggunakan mobil Dean menuju rumah orang tua Dean.
Jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah Nayra ke rumah Dean serta jalanan yang cukup padat sedikit memperlambat perjalanan Nayra dan Dean. Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit Nayra dan Dean tiba di rumah orang tua Nayra. Rumah luas dengan dua lantai berwarna putih serta pagar yang menjulang menampilkan kesan mewah dan megah.
Ada keraguan saat Dean mengajak Nayra turun untuk masuk ke rumah. Nayra bergeming di bangku kemudi tanpa melepaskan seat beltnya. Dean mengalihkan pandangan menatap Nayra yang masih tak bergeming ditempatnya dengan raut wajah keraguan.
“Tidak usah takut. Papa mama nerima kamu apa adanya. Kita semua sama. Nanti kamu pasti akan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik kamu Nay,” Dean menggenggam tangan Nayra meyakinkan Nayra semua akan baik-baik saja
Nayra merasakan ketenangan dihati mendengar ucapan Dean yang menenangkannya. Dean membantu Nayra melepas seat belt lalu Dean turun terlebih dahulu dari mobil mengelilingi sebagian mobil membuka pintu penumpang. Nayra turun mengikuti Dean disampingnya masuk ke dalam rumah keluarga Dean.
Sambutan hangat langsung terasa saat Nayra dan Dena telah berada didalam rumah. Pelukan hangat mama Agatha membuat Nayra tenang dan menghilangkan keraguan dalam dirinya. Nayra menyambut pelukan mama Agatha dengan sama hangatnya.
“Nayra sayangnya mama apa kabar?”
Mama Agatha memeluk Nayra penuh sayang
“Nayra baik tante. Tante apa kabar?” balas Nayra sopan
“Kok tante sih?” Mama Agatha mengernyitkan dahi tidak menyukai panggilan Nayra ke dirinya
Nayra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jujur. Nayra bingung harus memangil mama Dean apa. Nayra sadar diri posisi dirinya saat ini. Tapi melihat ekapresi wajah mama Dean membuat Nayra merasa bersalah.
“Ehm,” Nayra tidak melanjutkan ucapannya saat dipotong oleh mama Agatha
“Mama.. Kamu harus panggil mama sama kaya Dean manggil mama. Begitu juga kamu panggil papa,” tukas mama Agatha
“I iya ma,” balas Nayra menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi
“Ayo makan dulu. Nanti kita lanjutkab ngobrolnya setelah makan,” Mama Agatha mengajak Nayra ke meja makan
Dean tersenyum bahagia melihat orang tuanya benar-benar menerima Nayra dengan tangan terbuka. Dean semakin bangga dengan kedua orang tuanya yang selalu menjadi panutan Dean.
Selesai makan malam mereka mengobrol santai di ruang keluarga. Mama Agatha menanyakan banyak hal ke Nayra selama enam tahun mereka tidak bertemu termasuk menceritakan kehidupan Dean selama enak tahun tanpa Nayra. Dean merasa malu ke Nayra saat mamanya menceritakan semua kehidupanya.
“Dean itu setia banget lho sama kamu Nay,” ucap Mama Agatha
“Nayra yang tidak setia ya ma karena Nayra menerima perjodohan papa dulu,” balas Nayra menundukan kepalanua merasa tidak enak
“No no. Bukan gitu maksud mama sayang. Kamu anak baik dan berbakti makanya kamu menerima perjodohan itu. Bukan salah kamu sayang. Maafin mama ya sayang. Mama tidak ada maksud seperti itu,”
“Iya ma.. Tidak apa-apa ma,” balas Nayra
“Kapan kalian menikah?” Papa Willian yang sedari tadi diam akhirnya berbicara untuk menghentikan kecanggungan antara istrinya dan Nayra
Nayra menatap Dean saat Papa William bertanya. Dean menglas senyuman hangatnya.
“Insha Allah bulan depan pa,” balas Dean yakin
Nayra terkesiap mendengar ucapan Dean. Semudah dan sesantai itu Dean mengucapkan rencana pernikahan mereka. Padahal Dean sama sekali belum membicarakannya dengan Nayra. Nayra berusaha tetap tenang dan tidak terbawa emosi. Itu merupakan kelebihan Nayra yang mampu mengendalikan emosinya.
“Kenapa bulan depan Dean. Lama sekali. Kenapa tidak minggu depan aja Dean?” sahut mama Dean
“Ya Allah ma.. Bulan depan itu dua minggu lagi. Kita kan juga harus mempersiapkan semuanya dulu ma,”
“Mama lupa Dean kalau bulan depan dua minggu lagi. Mama setuju kalau begitu. Nanti mama bantu persiapan kalian,”
“Terima kasih ma,” Dean memeluk mamanya dengan perasaan bahagia
Hari tanpa terasa beranjak malam. Tepat pukul sembilan malan Nayra berpamitan pulang ke rumah. Mama Agatha menawarkan Nayra untuk menginap namun Nayra dengan sopan menolaknya karena merasa tidak enak. Nayra belum menjadi siapa-siapa di keluarga Dean.
Dean mengantarkan Nayra kembali ke rumah.
“Dean.. Kenapa tidak bilang soal rencana pernikahan itu?” Nayra memberanikan diri bertanya saat mereka telah berada didalam mobil
“Maafkan aku Nay. Tadinya aku mau kasih kejutan besok. Ternyata mama udah nanya,” Dean berucap santai dengan cengirannya tanpa rasa bersalah
Nayra menghela nafas panjang. Dean tetaplah Dean si keras kepala yang selalu memberikan kejutan-kejutan manis ke Nayra.
***
“Apa yang lo tahu tentang Nayra dan Dean?” Devan langsung duduk didepan Dika saat masuk ruangan Dika tanoa mengetuk pintu
Hari ini Devan sengaja datang ke kantor Dika untuk menanyakan tentang Nayra dan Dean yang sangat Devan yakini jika Dika mengetahui hubungan Nayra dan Dean. Hal itu terbukti ketika meeting di perusahaan Dean sikap Dika sangat biasa waktu mendengar Nayra dan Dean punya hubungan dimasa lalu.
“Astaga,” Dika mengelus dadanya kaget dengan kedatangan Devan yang tanpa permisi terlebih dulu “Kalau masuk ketuk pintu dulu bisa nggak sih!” omel Dika pada sahabatnya
“Nggak bisa. Nggak usah basa basi. Jawab aja pertanyaan gue!”
“Emang kenapa? Apa hubungannya sama lo? Lo dan Nayra udah pisah Dev. Ingat udah PISAH. Jadi hak Nayra mau dekat sama siapa saja. Termasuk Dean mantan pacarnya dulu!” ucap Dika menekankan kata pisah agar Devan sadar
“Lo tahu kan Dik. Gue sudah mulai cinta sama Nayra. Gue nggak mau pisah dari Nayra. Tapi Nayra ngotot tetap mau pisah sama gue,”
“Itu sih derita lo. Salah lo juga lebih milih kerikil daripada permata,”
“Gue dijebak Dika! Lagian bukti valid juga nunjukin gue dijebak. Tapi Nayra tetap minta pisah sama gue,”
“Dengerin ya Dev. Nggak semua cewe langsung luluh dengan bukti valid lo. Lagian lo udah sangat menyakiti Nayra sejak awal pernikahan lo kan? Apa lo pernah tahu dan mau tahu apa yang Nayra rasakan saat lo menyakiti bahkan mungkin menyiksa fisik dan batinnya?”
Devan terdiam mendengar ucapan Dika. Semua yang diucapkan Dika benar. Devan telah sangat dalam menyakiti hati bahkan fisik Nayra. Mungkin karena itulah Nayra lebih memilih menyerah daripada bertahan. Luka hati itu sangat sulit disembuhkan, tidak seperti luka fisik.
“Kenapa lo diam? Lo baru nyadar apa yang aja yang udah lo lakuin sama Nayra? Lo baru nyadar kan setelah kehilangan? Lo itu bodoh! Lo nggak pernah mau dengerin nasehat orang dari dulu termasuk nasehat sahabat lo sendiri. Bahkan lo nggak kasih tahu waktu lo nikah sama gue. Sementara Athala tahu lo menikah. Lo anggap gue apa sih Dev? Sahabat bukan? Sedangkan saat lo butuh gini lo nyari gue!” Dika mengeluarkan semua isi hatinya selama ini ke Devan. Entahlah. Devan mau mendengar apa tidak, Dika tidak peduli. Yang penting baginya Devan sudah mendengar semua unek-uneknya.
Devan merasa tertampar dengan semua perkataan Dika. Devan masih membisu tidak menjawab ucapan Dika. Apa yang diucapkan Dika benar. Devan terlalu egois dan sombong dengan apa yang Devan miliki selama ini tentunya sehingga membuat Devan jadi pribadi yang angkuh karena merasa apa yang Devan mau semua bisa Devan dapatkan. Bahkan apa yang Devan tidak suka bisa Devan lenyapkan didetik yang sama juga.
“Nayra bertemu dengan Dean saat kita ada meeting dengan klien dari Bandung tempo hari. Klien itu ternyata Dean mantan kekasih Nayra atau mungkin mereka masih jadi sepasang kekasih karena tidak pernah ada kata perpisahan diantara mereka dulu saat mereka memutuskan kuliah sesuai dengan tujuannya masing-masing,” Dika sengaja menjeda ucapannya agar Devan dapat mencerna apa yang Dika ucapkan tadi
“Perlu kamu tahu pertemuan Nayra dan Dean atau meeting itu terjadi jauh setelah proses perpisahan kamu dan Nayra. Jadi jangan pernah kamu katakan kalau Nayra selingkuh. Sekali gue dengar lo katakan itu pada Nayra, maka gue orang yang pertama kali akan menghajar lo!”
Devan berusaha mencerna semua perkataan Dika yang memang benar adanya.