Tertangkap Basah,

1028 Kata
"Jadi, lo datang ke sini untuk membuat gue menikah?" "Ya, nggak juga, karena gue bukan seorang pencari jodoh," jawab Sean mengelak, namun tidak menutup kemungkinan Sean akan menjadi sosok yang membuat Bian menyetujui rencana sang kakek. "Gue akan menikah dengan Bella," "Jangan bercanda, Bella yang lo tunggu itu, sudah menghilang tanpa jejak." cibir Sean. "Kalau bukan dia, gue nggak akan menikah." "Apa lo pikir, kakek akan setuju?" "Gue nggak peduli," "Bian, keluarga lo itu rumit, apa lo akan membuat Bella menjadi seorang istri cucu seorang pewaris?" "Memangnya, kenapa?" "Gue nggak ngerti apa jalan pikiran lo, yang jelas, lo bisa membuat Bella terjebak dalam sebuah ikatan yang rumit," jelas Sean, Bian tersenyum,"gue akan membuat Bella menjadi ratu dalam kehidupan ini," kata Bian yang membuat Sean bergidik ngeri. "Gue nggak tahu harus berkata apa, yang jelas gue takut lo akan membuat Bella lari dari pernikahan yang lo rencanakan." Bian mengangkat kedua bahunya. Bian tidak peduli. Bella-nya harus kembali ke tangan Bian. Bella hanya milik Bian. Ya, itulah yang seharusnya terjadi. ** Bella meletakkan beberapa karton barang kiriman yang baru datang dari DC, store tempat Bella bekerja memiliki sales dua digit, sehingga untuk memenuhi permintaan barang di store Bella, Bella harus sering mengontrol stok barang di gudang store. "Bella, lebih baik kamu istirahat saja, sebentar lagi jam pulang kerja, "kata Lia tak enak hati, "Santai saja, Lia. Aku masih kuat, kok" tolak Bella yang enggan melepas tanggung jawabnya. bella tidak ingin berpangku tangan kepada rekan kerjanya. Bella menatap sebuah mobil mewah, yang terparkir di depan store. Bella merapikan kemeja Bella yang berantakan akibat menerima pasokan barang dari DC, karena Bella shift pagi, Bella berinisiatif untuk naik ke atas truck untuk membantu rekan kerjanya memindahkan barang-barang yang terbungkus container dan barang in karton. "Bell, Pak Bian, mampus!" umpat Lia yang panik dengan kedatangan Bian di area store,"store lagi berantakan Bella, kita harus gimana?" tanya Lia yang semakin panik karena Bian telah keluar dari dalam mobilnya. "Sst, jangan panik, Lia. Kita sedang menerima barang dari DC. Di dalam store juga rapi, Riz sudah melakukan full display, facing out dan kebersihan area store. So, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan lagi," jelas Bella menenangkan Lia yang panik. Lia mencoba menenangkan diri, mencerna ucapan Bella, sekilas saat melihat ke dalam store, apa yang dikatakan Bella ada benarnya, store mereka sesuai dengan standart SOP. Bian menyapa Bella dan Lia yang berada di area luar store,"kalian masuk berdua?" tanya Bian yang menatap Bella dan Lia dalam penampilan yang lusuh karena memindahkan barang-barang kiriman. "Em, saya masuk siang Pak, Bu Bella dan Riz masuk pagi, kami baru saja selesai kiriman barang dari DC." jawab Lia yang membuat Bian menganggukkan kepala. "Terus, yang cowok pada ke mana?" tanya Bian yang mencari keberadaan persoil laki-laki di store, "Mereka masih menata barang di gudang Pak," jawab Bella. "Oh, kalau gitu, kamu ikut saya ke mobil, Bella. Ada hal yang ingin saya bicarakan," ajak Bian yang membuat Bella mau tidak mau mengikuti perintah Bian. Lia menatap Bella dengan khawatir, pasalnya saat ini Bella telah menjadi umpan bagi Bian. Bian meminta Bella untuk masuk ke bagian kursi penumpang di bagian belalkang mobil, Bella mengikuti keinginan Bian, Bian pun melakukan hal yang sama dan duduk bersama dengan Bella. "Ada apa, Bian?" tanya Bella, "Kenapa kamu tidak menjawab pesan dan mengangkat telfon aku, Bella?" tanya Bian balik. "Kamu lihat sendiri, Bian. Aku sedang bekerja," jawab Bella jujur, "Setidaknya beri aku kabar saat kamu bekerja," keluh Bian, "Aku bukannya tidak mau memberi kabar, hanya saja bekerja sambil membawa ponsel itu sangat merepotkan," aku Bella, "Apa aku, merepotkan?" tanya Bian, Bella menggelengkan kepala, merasa ucapan Bian tak masuk akal,"tsk, kamu lucu, bagaimana bisa kamu menganggap diri kamu sebagai ponsel," jawab Bella yang membuat Bian gemas dengan ketidak pekaan Bella. Bian menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya, membuat Bella terkejut dengan aksi Bian yang tiba-tiba. "Bi-Bian, kamu sedang apa? Bagaimana jika ada yang melihat kamu melakukan hal ini?" tanya Bella panik, "Mereka tidak akan tahu apa yang kita lakukan, Sayang," jawab Bian santai. "Bian, kamu sekarang atasan aku." "Ini bukan jam kerja aku, sekarang kamu kekasihku." kata Bian, "Bian," "Ssst, biarkan aku mengisi dayaku sejenak, Bella." pinta Bian yang ingin Bella diam untuk sejenak. Bella mengikuti kemauan Bian. Bella membiarkan Bian memeluk tubuh Bella. Bella tidak tahu apa yang sedang terjadi kepada kekasihnya itu. Menurut Bella, Bian sedikit aneh hari ini. Setelah Bian cukup puas memeluk Bella, Bian melepas pelukannya dan menatap Bella dalam. "Bel, bagaimana jika kita segera menikah," kata Bian tiba-tiba. Bella membelalakkan kedua matanya, merasa Bian sedang mengatakan sebuah lelucon April Mop, "Bian, kamu serius? Menikah?" tanya Bella yang tak percaya dengan indera pendengarannya, "Bian, kita baru pacaran beberapa hari, dan kamu mulai mengajak aku untuk menikah?" tanya Bella panik. "Kenapa?" "Bian, aku masih memiliki Ben. Dia menjadi tanggung jawabku, dan aku masih memiliki tanggungan hutang ayahku," "Aku akan memberikan semua solusi terbaik untuk masalah kamu Bella, asalkan kamu mau menikah dengan aku," desak Bian. "Aku belum bisa memberikan jawabannya, Bian. Maaf," kata Bella sembari menundukkan kepala,"manikah hal yang harus aku pikirkan berulang kali, Bian," "Apa kamu tidak yakin dengan aku, Bella?" tanya Bian yang merasa Bella tengah meragukan Bian. "Bukan itu maksudku, hanya saja aku merasa tidak pantas untuk kamu," sesal Bella. Sungguh Bella tidak ingin memanfaatkan hubungannya dengan Bian. Bella ingin hubungannya dengan Bian mengalir seperti air yang mengalir, tidak ada tekanan dan hal yang membuat salah satu dari mereka dirugikan. "Aku akan menunggu kamu, Bella," kata Bian yang mengecup tangan Bella lembut. Bella terdiam. Bagaimana bisa Bella pantas untuk Bian yang sempurna, Bian yang selalu menjadi malaikat penolong Bella di kala Bella mengulurkan tangan untuk Bian. Suara ketukan di jendela pintu, membuat Bella melepas tangan Bian. Raut wajah Bian berubah tak senang ketika melihat sosok perusak suasana saat Bian bersama Bella. Bian menurunkan sebagian kaca mobilnya,"Bian, lo nggak ada niat buat ngenalin dia?" tanya Sean yang diam-diam membuntuti Bian. Sejujurnya, Sean tidak ingin menganggu Bian, mengingat rasa ingin tahunya sangat besar, Sean memberanika diri untuk melawan Bian. "Sialan!" maki Bian yang membuat Bella menatap Bian dengan tatapan yang tak bisa Sean gambarkan, menyadari kesalahannya, Bian segera meralat ucapannya,"kamu sedang apa?" tanya Bian basa-basi. "Menangkap basah maling keluarga pewaris," jawab Sean ambigu. "

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN