Bingung mau bicara apa lagi. Yang kuajak bicara juga jawabnya irit banget, mungkin dia gak mau ngomong. Ya sudah, lebih baik aku diam saja. Lagian mau bicara juga bingung mau ngobrolin tentang apa. Aku menyandarkan tubuh di dinding, perlahan memejamkan mata. Tanganku bersidekap. Walau gak sedingin tadi saat belum memakai switer Om Reyhan, tapi embusan angin dari arah lautan terus menerjang wajah juga leherku, tetap saja membuatku kedinginan. Toooooot Toooooot Toooooot Bunyi klakson kapal terus terdengar, membuatku terjaga. Aku membuka mata, tampak orang-orang berdiri menghadap pagar pembatas, mereka memandang ke arah lautan. Aku menoleh ke sampingku, Om Reyhan menyandarkan tubuhnya ke dinding, matanya terpejam rapat. Tangannya bersidekap. Aku memperhatikannya lama, ganteng, tapi sayan