Dengan perasaan yang semakin tak menentu, aku terpaksa menggelosorkan diri hingga terduduk di atas tanah seraya menyandarkan punggung pada sebuah batu penahan bangunan. Aku benar-benar tak kuasa lagi menyaksikan aksi mereka secara langsung. Adik kecilku sudah tak tahan lagi, dia memintaku untuk memusaknnya dengan tangaku sendiri. Entah sudah berapa lama mereka bergulat di dalam sana, sementara aku terkapar dalam kelelahan dan lemas. Setelah beberapa saat lamanya dan keringat di wajahku mulai mengering, keadaan di dalam sana pun terasa hening. Sepertinya mereka sudah sama-sama mencapi puncak kenikmatannya. Dan tak beberapa menit kemudian terdengar mereka mengobrol. Aku kembali berdiri dan membalikan badan untuk mengintip keadaan di dalam. Kini mataku dengan jelas melihat dua insan bu