Penunggu lapangan

1057 Kata
Terserah Robby mau memusuhinya kayak apapun, Rian bertekad untuk tegar. Tidak peduli isu miring yang mencuat tentangnya, Rian berjanji akan terus berdiri mempertahankan eksistensi dirinya. Flashback Off "Lebih baik lo pergi Fika, dan jangan memakai gaya Dinda lagi, lo gak pantes!" tekannya. Seenggaknya Dinda itu bukan cewek pengecut. Ia tau apa yang mau ia lakukan di akhir hidupnya. Bukan orang-orang yang selalu membicarakannya di belakang, lalu di depannya tersenyum seolah tidak terjadi apapun. *** "Sorry Man, tapi gue bakalan sering-sering main kok kesini," ucap Selly yang akhirnya memutuskan pindah kost. "Euuhmm," dehem Manda sembari mengelus kucing peliharaannya, bernama "Pushy". "Gue gak akan lupain lo kok," lirih Selly lagi. Tangannya sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam koper kecil miliknya. "Pushy, belom makan,ya. Mau makan Sayang?!" kata Manda liat pushy yang pasang wajah melas. Kucing ras anggora berjenis kelamin jantan itu sudah kayak anak sendiri kalau kata Manda. Eh bukan ding! Udah kayak majikan dan Manda babu-nya. "Mommy siapin makan kamu dulu,yah!" "Iiih, Si Manda, temennya mau pergi malah dia bingungin kucing," sewot Selly pengen banget diperhatiin. Manda deketin Selly yang duduk sambil gendong Pushy. "Emang lo mau gue ngapain?!" tanya Manda seraya senggol paha Selly pakai ujung kakinya. "Dasar Ba.. bu," gerutu Selly berniat meledak temannya itu. "Biarin, Wee!" "Besok gue mulai kerja, Hemm, gue harap hari-hari gue bakalan menyenangkan,ya" lirih Manda dengan senyum tulus. Selly lirik Manda 'gak yakin sih! Manda bakalan punya hari-hari tenang setelah ini, bisa tidur dengan cukup saja sudah satu anugerah bagi cewek itu' pikir Selly. Tapi Selly sadar, gak perlu dia terlalu khawatirin Manda. Karena Manda dasarnya kuat. Hatinya sekeras baja dalam menghadapi persoalan hidup. Karena cuek jadi Manda gak baperan. Walau masalahnya berat sekalipun Manda tetap selalu bisa tersenyum dan mengambil hikmahnya. Itu yang Selly salutin dari Manda. Manda mendekati Selly yang sejak tadi curi pandang kearahnya. Tiba-tiba Manda memeluk Selly dari arah samping. "Yah, Gue pasti kangen sama lo!" lirihnya, Selly tersenyum dengan 'kejujuran Manda'. Tangannya membalas pelukanan Manda dengan hangat. *** Ke esokkan hari Manda sudah siap pergi ke sekolah tempat ia menimba ilmu. Eh, salah tempat ia mengajar nantinya. Manda gak sangka bakalan bilang gitu di saat usianya baru dua puluh satu tahun. Padahal rasanya baru tiga tahun yang lalu Ia, Selly dan kawan-kawan lainnya coret-coret kemeja sekolahnya demi merayakan kelulusan. Tetapi sekarang, Manda merasa ia harus berfikir dewasa. Menjadi contoh yang baik untuk anak muridnya. Alasan kenapa Manda mau jadi guru BK. Semua didasari sebab ayahnya yang tiba-tiba mengalami gejala stress hebat. Sampai harus ditangani di rumah sakit penanganan jiwa. Waktu Manda kelas dua SMA. Sang ayah mengalami rugi besar setelah dibohongi sahabatnya sendiri yang membawa kabur uang perusahaan. Parahnya uang itu bukan hanya punya ayah Manda. Tetapi juga milik pemegang saham lainnya yang ikut percaya dan mau mengelontorkan dananya demi proyek itu. Dalam tempo satu minggu, ayahnya harus mengembalikan uang ratusan juta bahkan miliaran. Membuat jiwa pria itu terguncang. Meski sekarang badai itu telah berlalu. Tetap saja Manda merasa ia perlu belajar. Mengetahui banyak hal tentang kondisi psikis orang lain. Manda hanya gak mau, ada seseorang yang stress dan berakhir seperti ayahnya cuma karena gak punya teman berbagi resah. "Yah, Manda kerja,ya!" ucapnya menyentuh satu buah foto yang menampakkan objek sang ayah yang tengah tersenyum tulus. Tak ada lagi air mata, Manda berjanji tidak akan lagi menangisi kematian ayahnya akibat menggantungkan dirinya di kamar rawat rumah sakit. Ia berusaha menjadi lebih baik untuk esok. Untuk orang-orang yang membutuhkannya agar tidak ada lagi yang harus merasakan pahitnya kehilangan orang yang begitu di cintai. Dengan kemeja putih dan rok span hitam. Manda yakin ia bisa menjadi setetes air dalam kemarau. Manda pergi dengan menaiki motor matik-nya. Ia memang sudah lama memilikinya. Satu-satunya benda yang tersisa setelah ia dan keluarga besarnya membayar semua hutang ayahnya. Manda tidak mau peduli dengan orang yang sudah melakukan kecurangan itu. Ia percaya. Suatu hari orang itu akan mendapatkan balasannya. Bukankah Tuhan tidak pernah tidur? dan Jika pria itu berniat mengembalikan uang pun Manda merasa ia tidak pernah mau mengambilnya. Karena uang itu telah mengambil sesuatu yang berharga dalam dirinya. Menjadikan hatinya sakit meski senyum terus berusaha ia tampilkan. Seseorang yang begitu ia sayangi. Orang tua satu-satunya yaitu Ayahnya. Setelah meninggalnya ibu yang sangat ia kasihi di usianya yang baru tujuh tahun. Manda cuma dekat sama sang ayah. Sosok pria yang hebat. Yang berusaha menanggung semua hal seorang diri dan tidak mau melibatkan orang lain dalam masalahnya. Manda fikir hal itu keren. Nyatanya cuma memendam masalah seorang diri malah membuat ayah Manda semakin hilang arah dan berujung stress. Manda sampai ke sekolah tepat waktu. Terlihat belum banyak murid yang datang. Jadi Manda bisa mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebelum ketemu dengan kumpulan siswa yang manis, lucu dan menggemaskan. "Pagi, Pak," sapanya ke seorang satpam. Sebut saja namanya Pak Surip karena wajahnya mengingatkan Manda sama sang legend, Mbah Surip meski tanpa rambut gimbalnya. "Neng yang mau KKN,ya?" sapa Pak Surip sumbringah. Ia sudah diberi tahu Ibu Reni, kepala sekolah Pemuda Bangsa kalau sebentar lagi ada anak magang di bagian konsuling. "Iyah, Pak," balas Manda ramah "Saya bisa parkir motor saya di dalamkan, Pak?" tanyanya seraya celingukkan "Oh, tentu bisa Neng. Parkir aja di parkiran khusus karyawan, jangan parkir bareng anak-anak. Suka diresekin," gerutunya seraya berdesis takut ketahuan. Manda cuma ngangguk-ngangguk biarlah nanti ia cari sendiri mana yang dimaksud parkiran yang khusus karyawan itu. "Ya sudah Manda masuk,ya Pak!" "Tunggu dulu Neng, Engg, Neng_" "Manda, Pak!" ulang Manda sabar. "Iyah Neng Manda. Nanti pas masuk kalau bisa jangan lewat lapangan basket,ya." infonya serius seolah ini adalah rahasia yang seharusnya ia jaga "Emang kenapa, Pak?" Manda jadi ikut-ikutan berbisik seraya memindai sekitar. Apa sekolah ini menyimpan sebuah cerita mistis? "Disana ada penjaganya!" Degghh! Tepat sekali perkiraannya. Manda megangi jantungnya yang langsung lari marathon dari tempatnya saat dengar kata "penjaga". Otaknya langsung memproduksi film-film bertemakan horror yang selalu ia tonton setengah-setengah. Karena Manda itu penakut. "Emang gak bisa di usir, Pak?" tanggap Manda bimbang. Lanjut terus atau balik dan ambil langkah kaki seribu. "Gak bisa Neng. Yah, Mana bisa di usir gitu aja!" kata Pak Surip, semakin menambah bumbu horor di pagi secerah ini. Seharusnya Manda malu sama matahari yang menjulang tinggi Manda menelan ludahnya "Atuh, mahluknya suka ganggu, Pak?" "Suka ngamuk!" ucap Pak Surip mencontohkan kelakuan Rian. Iyah, cowok itu penunggu abadi lapangan basket. Hanya dengan main basket Rian merasa bisa melupakan masalahnya dan larut dalam hobbynya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN