Manda berjalan mengendap ke belakang kelas. Lihat sekumpulan cowok yang lagi nongkrong dengan membuat satu putaran. Kalau dilihat dari kemejanya ini pasti murid sekolah pemuda bangsa juga.
Manda menatap nyalang, rasanya tangannya mau berjalan menempeleng tengkuk dari satu-satu murid itu. Tapi Manda sadar gak boleh pakai kekerasan. Akhirnya Manda ikut jongkok di samping salah satu anak muridnya.
“Ian.. Ian.., sini deh, Ian. Lihat tuh kelomang gue bentar lagi menang. Larinya cepet banget!” rancau Ibas. Tengok sebentar karena merasa tidak ada tanggapan dari Rian yang dia panggil.
“Eh?” Ibas menyeritkan alis gunungnya. ‘Cewek ini siapa?’ tanyanya dalam hati.
“Lagi pada ngapain?” selidik Manda ikut nimbrung.
“Lagi lomba lari keong, nih,” jawab Dika ikut serius. Bahkan dia gak lihat lagi siapa yang tanya.
“Bentar..,bentar gue ambil penggaris dulu,ya. Kita liat kelomang lo yang menang atau punya Ibas,” kata Zero yang ditugaskan jadi wasit.
“Cepetan. Ini kelomang gue udah ngebut ini larinya” suruh Ibas gemas. Walau sebenarnya si-keong enggak lari. Santai banget malah. Pemuda-pemuda ini ajah yang excited,ya kelewatan.
“Kira-kira mereka bisa sampai ujung pohon itu kapan,ya?” duga Ibas sambil nunjuk pohon besar yang jaraknya sekitar sepuluh meter lagi dari tempat mereka jongkok.
“Hm,“ Manda mendesah. Mereka bolos satu jam pelajaran demi melihat kelomang lomba lari. Kalau gitu bukan hanya satu mata pelajaran yang gak mereka hadiri tapi sampai rambut mereka memutih karena tumbuh uban juga tuh kelomang gak bakal sampai-sampai.
“Kalian!” pekik Manda, sambil berdiri dan bertolak pinggang. Niat,ya biar terlihat lebih garang.
“Iyah," jawab Dika polos. Cowok ganteng itu punya kelebihan di matanya yang bersinar persis seperti anak-anak dan itu membuat Manda salah tingkah.
“Enggak. Lanjutin aja mainnya, bentar lagi ketahuan,'kan siapa yang menang,” balas Manda.
‘Duh kenapa aku bolehin mereka lanjut main,ya. Tapi mereka,'kan masih anak-anak. Wajar dong kalau main.’ Suara hati Manda saling bertentangan.
“Makanya duduk sini lagi,” kata Zero bahkan tak segan menarik Manda ikut jongkok. Manda merapatkan pahanya supaya hot-pantsnya gak kelihatan sama tiga pemuda ini. Walaupun tadi dia juga sudah menunjukkan paha mulusnya di depan Rian. Tapi Manda gak mau mengulanginya kebodohannya itu lagi.
Ia tau ada hal yang harus ia batasi antara pria dan wanita. Yah, meski ketiganya sama sekali gak perhatikan gerak-gerik Manda yang risih. Kan, lagi serius liat aksi kelomang.
***
Krikk.., kkrikkk..!
Suara jangkrik lagi bersiul. Manda garuk kepala, ini apa yang mereka liat. Tetiba kelomangnya kompakkan masuk ke dalam rumah. Matanya beralih memandang ketiga pemuda itu.
"Lagi istrirahat dulu. Aahk!" rancau Dika sembari merentangkan tangannya ke atas. Untuk melerai rasa lelah.
"Istirahatnya sampai kapan?!" selidik Manda memburu.
"Gak tahu.Tergantung mereka mau bobok,ya sampai jam berapa. Capek kalik lari terus," sahut Ibas.
Manda berfikir, dari perkiraan awal saja. Kalau kelomang terus berlari dengan kecepatan 0.0001 km/jam itu kira-kira sampai bawah pohon. Eemm, lima puluh tahun lagilah. Terus sekarang ditambah jadwal tidur. Yang bahkan mereka gak tau kapan berakhirnya.
Oke, ini gak bener. Memaksa itu emang gak baik, tapi sampai kapan mereka boloskan.
"Kita bangunin kelomangnya!" seru Manda. Baik Zero, Ibas dan Dika menatap kearah Manda.
"Emang bisa?!" cicit Zero.
"Bisa di-Hhaa.. Hhaa, !" Manda memperagakan aksi membangunkan kelomang. 'Aduh kenapa aku jadi ikut-ikutan sih, gak taulah.Yang penting aku harus akrab dulu sama mereka. Pasti mereka semua ini sebenarnya kesepian. Atau masa kecilnya kurang menyenangkan. Buktinya udah kelas 12 masih main kelomang. Hm..., kasihan.' Suara hati Manda mencoba memahami kondisi bathin ketiga anak muridnya.
Manda mengambil kelomang Dika. Mencapit di antara kedua jarinya dan memperhatikan si kelomang.
"King itu namanya!" tukas Dika memperkenalkan peliharaannya. Manda tersenyum. Ia ngerti kok perasaan bangga ketika menyembutkan nama binatang kesayangan. Kayak dia yang selalu bangga punya Pushy yang sehat.
"Halo, King," ucap Manda dengan nada imut.
"Udah, yuk kita masuk aja!"
"Eehh!" Manda mendongak. Baik Zero, Ibas dan Dika sudah berdiri dan malah ninggalin dia.
"Ini!" lanjutnya kasih liat King.
"Buang aja. Orang kita nemu kok," kata Dika santai.
Hhaah! Se-semudah itu. Tadi terlihat mereka sangat menyayangi kelomang terus sekarang dengan muka datar suruh buang, Dasar tidak berpri-kelomangan.
"Iyah. Enggak sengaja nemu!" Ulang Zero seraya memasukkan tangannya ke saku.
"Lagi,'kan buat perlombaan binatang itu dosa. Apalagi kalau sampai tandingnya pakai uang. Kamu gak tau,ya?" beber Ibas memperhatikan Manda dengan tatapan menuduh.
Eh, tunggu deh. Ini kenapa jadi Manda yang kena disalahin. Niat dia,'kan baik. Mau memahami jalan fikiran para anak didiknya, terus kenapa malah dia yang di pojokin. Ini gak adil!
"Lagi dia siapa sih, kok ikut-ikutan kita gitu sih?" Eh, Manda masih bisa denger,ya suara bisik-bisik Dika ke Zero. Kalau mau tahu dia siapa, kenapa gak tanya langsung saja. Kenapa harus banget ngomongin orang di belakangnya. Soda tau eeh, dosa tau! Manda mengepal tangannya kuat,
'Sabar Man, Sabar. Inikan emang lo juga yang salah. Gak memperkenalkan diri lo. Jadi sebaiknya lo masuk kelas. Tertib'pin mereka, beresin semua kekacaun ini dengan elegan kayak niatan awal lo. Lo bisa, Man' pikir Manda.
"Gak tau. Mungkin cewek yang biasa kejar-kejar Ian kali!" seru Zero. Manda yang mengekor berusaha menguping. Ian.., Ian siapa lagi?.
Baru, beberapa langkah Manda membuntuti ketiganya sambil pasang telinga, karna dia mikir mungkin saja bisa denger niatan mereka selanjutnya. Tahu-tahu Ibas sudah balik badan, hampir ajah nabrak Manda.
"Astaga. Jantung gue copot!" Keluarlah wujud aslinya Manda kalau lagi kaget.
"Kamu ikutin kita pasti mau tahu tentang Ian,ya. Percuma Ian lagi gak disini. Paling lagi ganti baju. Ngintip aja sana, itu juga kalau bisa," saran Ibas. Manda teranga lebar.
"Enak aja." sungutnya spontan.
"Yyah kalik," balas Ibas santai sambil memainkan jambulnya.
"Emang Ian yang kalian maksud itu siapa?" selidik Manda sambil mendongakan dagunya. Ia harus tahu siapa dalang dibalik bolosnya satu kelas. Dan Manda cukup yakin orang itu Ian. Raja bolosnya. Orang yang memproklamirkan kegiatan bolos membolos pelajaran dan pastinya yang juga harus bertanggung jawab dengan kenakalan temannya.
"Masa gak tau Rian?" cicit Dika seraya mencibikkan bibir.
"Bokis kalik,"
Manda semakin naik pitam, se-wah apa sih Rian sampai ia harus dihina bohong cuma gara-gara gak kenal laki-laki itu.
"Oke kenal Ian, atau Rian itu gak penting yang penting saat ini kalian masuk kelas, karna aku adalah guru BK kalian yang baru!" pekik Manda merasa menang
yes.. yes.., gak lagi tuh dia dipandang sebelah mata. Tapi dengan catatan,ya muridnya ngefek di takut-takutin kayak gini.