Laporan Kenakalan Para Murid

1260 Kata
"Oh, guru baru," sahut Ibas terus jalan lagi. "Eh, eh.., aku guru kalian lho!" Manda bersungut. Buru-buru mengejar mereka demi bisa berdiri di depan menghalangi langkah ketiganya. "Terus kenapa?" selidik Zero ketus. 'Terus kenapa?, ini anak gak amnesia,'kan. Masih tahu dong prilaku seharusnya seorang murid sama gurunya. Yah, minimal sopanlah' pikir Manda makin emosi. "Berapa lama kamu bisa bertahan ?" tantang Dika pongah. Nyatanya ketiganya sama sekali tidak memiliki keramah tamahan. "Hah!" Manda yang di tantang otomatis terlongo. Ia merasa adrenalinnya terpacu. Jiwa petarungnya bangkit, walau Manda bisa saja jujur dia KKN cuma 2-3 bulan disini. Tapi Manda gak mau bilang gitu. Bisa semakin gak dihargai dia kalau tahu dia hanya mahasiswi magang. "Sampai kalian merasa bosan lihat aku!" jawab Manda tegas. "Udah," cicit Ibas. "Yah kita udah bosen. Jadi bisa tolong pergi!" usirnya halus. Ini anak bicaranya sopan, nadanya datar lagipula gak sama sekali tuh menghina Manda, tapi kok rasanya Manda mau cekik mereka,ya. Ini yang salah reaksi Manda atau gimana sih? "Udah.., udah, kalian semua masuk. Sebentar lagi saya mau memperkenalkan diri saya di depan semua anak murid" tekan Manda. Ada pepatah yang bilang tak kenal maka tak sayang, Dan lebih baik mereka saling kenal dulu. Kali ajah jodoh, eeh. Bukan! Manda gak mau punya pacar ABEGE kayak mereka gini. Cita-cita dia punya pacar orang kantoran dengan gaji yang mapan. "Hm. Gimana?" Dika, Zero dan Ibas nampak diskusi. "Masuk kelas ajalah. Gue ngantuk mau tidur!" balas Ibas acuh tak acuh. 'Tidur, tidur jangan harap kalian bisa tidur di kelas!' siasat Manda yang berencana memberikan mereka tugas yang banyak. Anggap saja ini hukuman karna udah bikin dia kesal dari tadi. "Ehm.., em!" dehem Manda disertai otak liciknya. Sampai di kelas nyatanya sudah ada murid lain selain Jason. Terlihat sedang duduk di sebelah Jason. Sedang Jason menunduk ketakutan. Manda meyakini ini pasti pelaku perundungan tersebut dan saat ini mereka lagi-lagi menjalankan aksinya untuk menekan Jason. "Kalian!" tunjuk Manda naik pitam. "Kenawhy?" jawab Bio. Murid tinggi besar bahkan rasanya ia tidak pantas lagi di panggil seorang murid. Manda mendekat dengan tatapan nyalang mencoba mempertahankan eksistensinya sebagai guru. "Saat saya sampai kelas ini, saya menemukan Jason ada di dalam lemari," Manda memukul meja. Itu terapi kejut, agar lawan bicara menjadi ciut nyalinya akhirnya gagap dan bicara jujur. "Bisa kalian jelaskan. Siapa yang melakukannya?" "Enggak tahu, Bu," sahut Esa sambil menggidikan bahunya. Esa adalah teman duduk Jason. Cowok petakilan yang, ah, Malas menyebutkannya!. 'Hm. Kenapa mereka terkesan bohong,ya. Aku yakin ada yang gak beres sama kedua murid ini. Lagi juga jarinya anak itu bergetar. Oh itu bukan tremor, tapi itu pasti rasa takutnya ada di dekat mereka berdua. Em, gimana caranya buat mereka jujur?' Selama disini Manda jadi berfikir keras. Ia betul-betul memposisikan dirinya sebagai penuntas semua masalah. "Kamu, bisa duduk di depan aja," lirih Manda ke Jason. Kalau ia belum menemukan caranya, biarlah Manda menyelamatkan korban duluan. "Ehh, Zero!" pekik Esa melihat ketiga rusuh masuk. Manda melirik. Ini lagi, Kemana saja sih! Manda yang di belakang mereka saja sudah sampai. Merekakan cuma harus muterin kelas bukan tawaf di Mekkah. Memilih tidak mengurus mereka dulu, ada hal yang lebih penting yaitu mengetahui apa yang mereka lakukan dari bibir korban. "Nama kamu siapa?" cicit Manda. "Jason, Kak!" "Em, Jason kamu tahu,'kan separah-parahnya kebenaran itu lebih baik dari seindah-indahnya kebohongan!" Jason menyeritkan alisnya "Tahu, Kak" "Bagus! Kalau begitu bisakah kamu jujur sama saya, siapa yang melakukan semua ini ke kamu tadi?" Saat Manda berhenti bicara. Esa kembali menghampiri Jason. Manda bahkan sampai menjauhkan wajahnya melihat Esa yang tiba-tiba sok akrab dengan Jason. "Duduk bareng gue aja lagi, ngapain sih pakai pindah tempat duduk," ucap Esa 'Hm, ini pasti taktik agar Jason gak ngomong apapun!' "Kamu.., kamu bisa pergi dulu, saya masih mau bicara dengan Jason berdua saja!" "Ciiee, Jason!" teriak Bio. Gak cuma badannya yang gede tapi suaranya juga. Manda kesiap. Why dia dicie-cie'in? "Laku juga!" tutur Ibas menimpali, kakinya naik ke atas meja. Bener deh, ini kelas isinya semua anak yang gak bisa ke tolong lagi attitute-nya. Seakan lost control. "Huufftt!" Manda membuang nafas kasar. "Jason, kamu harus ngaku sekarang juga apa yang terjadi sama kamu!" Manda jadi sebel, kesel bin mangkel Jason lagi-lagi terlihat ragu ia hanya meremas buku yang ada di mejanya. Manda menarik buku itu. "LAPORAN KENAKALAN PARA MURID" Esa : Masuk kelas, lalu keluar lagi baru balik saat jam pulang sekolah. Bio : Gak kerjain PR di rumah tapi di kelas, itu juga hasil contekkan. Rian : Di kelas malah mainin bola basket, gak berhenti. Ibas : Kerjaannya ngaca terus gak perhatiin pelajaran. Dika : Lagi di kelas pakai headset, gak mau belajar kalau bukan pelajaran sejarah. Zero : Keliatan memperhatikan nyatanya cuma lagi gambar Naruto. Wow, Manda sama speachless sama cara Jason "mengenali" teman-temannya itu. Detail dan seenggaknya ini bisa jadi modal Manda untuk membuat keputusan selanjutnya "Siapa yang meminta kamu buat ini?" "Dia mau sendiri, Bu.Gak ada yang suruh," sela Esa. Oke Manda tahu sekarang kenapa Jason dibenci sama mereka. Ini pasti karena catatan itu. "Yakin gak ada yang suruh kamu?" waktu Manda sekolah memang biasanya ada satu murid yang ditugaskan membuat laporan semacam ini oleh wali kelasnya. Sebenernya tindakan ini membahayakan murid. Karena dan pastinya ada beberapa yang gak terima sudah dilaporkan dan mulai balas dendam. "Enggak ada, Kak," lirih Jason. Murid teladan itu memang cuma iseng saja Manda mengulum bibirnya, mengetukkan jarinya ke dagu. "Kalau gitu jangan tulis kayak gini lagi,yah. Gak usah. Biar saja mereka dapat ganjarannya sendiri!" Loh kok, Manda malah larang Jason menegakkan kebenaran menumpas kejahatan memeratakan keadilan. Ternyata Manda kalah sama hati nuraninya yang mengingat dirinya sewaktu sekolah. Manda hafal banget awal mula dia membenci Ambar karena cewek itu seenak jidatnya laporin Manda ke kepala sekolah. Bikin Manda harus di skors perihal kesalah pahaman yang seharusnya bisa ia selesaikan dengan tepat dan cermat tanpa menimbulkan masalah lainnya. Tapi karena mulut ember Ambar, Manda jadi memiliki catatan buruk di sekolahnya. Dan sialnya Manda juga sekarang satu kampus sama Ambar. "Ambar, go to hell!" Mengingat itu Manda jadi memutuskan meminta Jason menyimpan catatannya, lagi juga gak guna kok. Seseorang tuh gak akan berubah sebelum niatan dalam dirinya kuat atauan setelah tertimpa musibah. Yah, dan Manda pernah merasakan di posisi yang terakhir sewaktu ayahnya tiada dan segala harta bendanya ditarik paksa, menjungkir balikkan hidupnya yang semula nyaman sekarang berganti menjadi kerumitan. Tiap hari Manda harus berkutat dengan pikirannya, mencoba menealah finansialnya agar sisa uang yang ia punya dari orangtuanya tidak habis dimakan waktu tanpa bisa ia putar. Jason memandang Manda dalam, tapi sesaat saja pemuda itu tersenyum lembut. "Nah gitu dong," kata Esa seraya merangkul bahu Jason, Manda yang ikut melihatnya cukup puas. Oke, tahan Jason, Jiwa kejujuran kamu itu baik, tapi kadang hidup juga perlu dihiasi kedustaan demi menjaga semua nampak baik-baik saja. Jika kamu masih terus ingin begitu, lakukanlah di tempat yang tepat, di tempat yang seharusnya. Dimana kejujuran dijunjung tinggi. Tapi saat kamu belum menemukan tempat itu. sebaiknya Ikuti arus, Karena diam mungkin lebih baik. "Kamu udah sarapan, Jason?" Manda jadi sedikit menaruh perhatian kepada Jason. Gimanapun ia merasa bersalah telah mengekang jiwa patriot pemuda itu "Udah, Bu.Udah kenyang malah. Jasonkan sama kita sama. Punya sosis ditambah dua telornya." Canda Esa. girang. Yah, itu anak itu selalu saja punya pikiran ke arah sana. Manda menyerit di iringi gelak tawa pemuda lainnya. Mereka terlihat sangat senang, sebenarnya Manda gak paham. Apanya yang lucu punya sosis dan dua telor. di kostan-nya dia juga punya stok kok sosis dan telor buat campuran mie. "Kamu makannya pakai mie, Jason?!" tanya Manda lebih dalam tetapi malah semakin menambah riuh tawa pemuda-pemuda less ahlak itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN