KAI DEHEN, GURU KIA

1330 Kata
Pagi itu jam 10.00 semua baru lengkap dan siap sarapan. “Ini bukan breakfast namanya, ini brunch,” kata Alkaff. “Yang penting makan lah. Mau dibilang brunch kah lunch kah, bahkan dinner kah, yang penting makan,” balas Hessa. Mereka tak bisa makan mengeliling meja makan, karena kursi makan hanya ada empat, jadi kursi dijejer di dinding, orang ambil makan lalu cari tempat duduk, bisa di sofa, bisa di kursi makan. “Oh iya Non, tadi kai Dehen ke sini, dia memberitahu kalau sudah siap Nona tidak perlu ke sana karena beliau yang akan ke sini. Banyak yang ingin dia jelaskan pada semuanya. Kalau kita semua yang ke sana nanti akan merepotkan dia, jadi lebih baik dia yang ke sini.” “Oh begitu, tadi Kai ke sini?” tanya Kia, dia tak enak karena gurunya yang menghampiri. “Iya karena Nona enggak ke sana seperti biasanya jam 07.00 pagi. Beliau takut Nona sakit dan saya nggak sempet ngabarin, jadi kai yang ke sini.” “Baiklah,’ jawab Kia. “Kalau begitu habis kita sarapan, langsung kasih kabar ke sana,” jawab Kia. “Dan yang kedua kai minta Ibu Syakira dijaga, karena target sasaran Tiara itu Ibu Syakira agar membuat non pulang dan ngurusin Ibu Syakira.” Hessa dan Hendra tentu saja marah mendengar sasaran berikutnya adalah ibu mereka. Jangan salah untuk Kia berita itu lebih berat dampaknya. Karena buat anak yang nggak pernah punya ibu, dapat ibu yang sedemikian care seperti Syakira tentu saja beda sama anak yang sudah biasa dilindungi oleh seorang ibu. Buat Kia, Syakira segalanya. Dia langsung meminjam telepon Hessa dia menghubungi temannya dari beberapa dojo untuk melindungi tentu tidak free. Kia minta dibuatkan tim secara profesional tiga kali ganti sehari. tiga shift anggota pengawal karate. Ditambah dengan team dari taekwondo. Dia benar-benar tak mau kecolongan. “Kalau ada apa-apa tolong hubungi nomor ini dulu sementara. Ini nomor adikku. Nomorku sementara off,” kata Kia lagi, dia belum berani menggunakan nomor ponsel dirinya. “Kenapa nggak pakai ponsel A’a?” tanya Hendra lembut. Wajar dia bertanya seperti itu karena seharusnya kan yang digunakan adalah nomor Hendra. “Aku yakin nomormu juga dilacak oleh Tiara, jadi aku nggak mau kasih tahu di mana kamu berada,” “Astagaaaaaaaa,” kata Hendra. dia langsung lari ke kamar, ternyata ponselnya sudah dimatikan oleh Kia sejak semalam. “Sejak A’a sampai sini nomor HP A’a langsung aku matikan, aku takut A’a terlacak keberadaannya,” ucap Kia. “Astagaaa, aku benar-benar enggak percaya,” kata Alkaff. Mereka pun makan dulu, para bodyguard dari Rudi juga diajak makan lagi tapi mereka masih kenyang. Mereka bilang nanti saja mereka makan siang. ≈≈≈≈≈ “Aku ikut jemput Kai, tidak sopan rasanya bila hanya Bu Ida yang ke sana. biar aku ikut dengan Bu Ida,” kata Hendra. Dia merasa harus memperkenalkan diri, bukan menunggu di rumah. Itu prinsip dari Hendra. Tentu saja Alkaff, maupun Lingga dan Kia merasa sikap itu sangat baik. Tindakan Hendra menjemput kai Dehen tentu saja mendapat poin tersendiri dari sang kakek itu. Dia bangga Kia anak asuhnya ada di tangan yang benar. Sebelum keluar dari rumahnya Kai meminta Hendra meminum air putih yang diberikan di gelas tanah liat sangat kecil. Minum ini dulu sebelum kita ke rumah Kia. Kalau kamu tadi tidak datang tentu tidak aku kasih air minum ini. Tapi karena kamu baik dan bagus mau mendatangiku untuk berkenalan, aku berikan hadiah istimewa,” kata kakek tersebut. Hendra membaca doa lalu meminum air tersebut. Air itu sangat bening, tak terlihat apa pun di airnya. Tapi rasanya seperti air asem jawa. Persis seperti air asam jawa, bukan asam cuka. bukan asem jeruk. Beda rasa asamnya, ini benar-benar asam jawa. “Apa yang kamu rasakan?” tanya sang kakek. “Asem, seperti asam jawa Kai, bukan seperti cuka atau jeruk nipis,” jawab Hendra. Karena reaksi semua orang akan berbeda, itu sebabnya kai menanyakan agar bisa menetapkan Langkah perlakuan setelah meminum air itu Kai Dehen tersenyum menerima gelas kosong dari Hendra. ”Oke, ayo kita berangkat,” kai menutup pintu rumahnya dan mereka bertiga berangkat. Bu Ida jalan di belakang dua lelaki tersebut. Sepanjang perjalanan kai memberi petuah-petuah pada Hendra. Banyak kata-kata yang harus Hendra cerna. ≈≈≈≈≈ “Dari kedatangan siapa ini, namanya kok Kai lupa, Hendra?” “Iya Kai, saya Hendra,” jawab Hendra santun. “Dari feelingnya Hendra sehingga dia bisa melacak keberadaan Kia, Kai menilai Hendra dan Kia ini adalah memang jodoh. Mereka jelas terlibat emosi yang sangat dalam. Mereka terikat oleh simpul yang tak bisa dilepas oleh apa pun. Walau bukan hanya satu ini saja pengganggunya, akan banyak yang berupaya melepas simpul itu. Tapi mereka berdua akan selalu bisa menjaga simpul tetap terikat, apabila dengarkan semuanya ya, apabila Kia dan Hendra sama-sama bisa berpikir jernih, apabila Kia dan Hendra sama-sama bisa memendam emosinya terutama Hendra,” “Kalau sepintas terlihat Kia yang gerabag gerubug dan cemburuan, tapi Hendra itu emosinya tinggi. Bila ada hal tertentu soal Kia bikin Hendra kebakaran jenggot, padahal dia tak punya jenggot seperti Kai,” sang kakek mengelus jenggot putihnya yang panjang. “Hendra harus benar-benar menahan emosinya. Dia ada orang sedikit saja bicara pada Kia, sedikit saja orang memandang penuh damba pada Kia, itu Hendra sudah sangat marah dan marahnya akan dilampiaskan pada Kia atau pada orang sekitarnya. Itu yang membuat simpul akan mudah terbuka. Jadi Hendra harus mulai membiasakan diri agar rumah tangga kalian aman. Bila simpul mudah terbuka, hubungan kalian tak akan selamat.” Hendra langsung ingat kasus perginya Kia karena dia cemburu lalu melecehkan Kia sehingga Kia terluka dan pergi meninggalkannya tujuh bulan. Hendra yakin, bila dia masih penuh emosi seperti dulu, apa yang dikatakan kakek itu akan terbukti, Kia tak akan mungkin memaafkan dirinya lagi. Dia memang harus lebih percaya diri kalau Kia memang mencintainya tulus. Sejujurnya semua yang dia lakukan hanya karena dia tak percaya diri. Takut Kia meninggalkan dirinya. ≈≈≈≈≈ Selanjutnya kai langsung membahas pengobatan pada Kia dan Hendra. Mereka berdua dipagari. Juga ada pagar untuk ibu Syakira yang tidak bisa dikirim lewat jarak jauh saja. Tapi harus diminumkan pada ibu Syakira langsung. Walau sekarang juga sudah dipagari jarak jauh. Nanti Alkaff, Hessa, Lingga akan pulang lebih dulu dan memberi kepada Ibu Syakira. Mereka terus membahas semua hal. Disela makan siang jam 01.00 lalu shalat dan kembali lagi melakukan ritual penjagaan serta membicarakan rencana selanjutnya. Banyak diskusi yang dibantah oleh Hendra, karena dia tak setuju atau keberatan. Lalu kai akan menjabarkan bila Hendra setuju akan terjadi apa dan bila tidak setuju apa kemungkinan yang akan terjadi semua itu dijabarkan oleh kai, tidak asal doktrin saja. Kadang kala Alkaff bertanya, Hesssa juga memberi ulasan dari apa yang mereka dengar dari kai. Tapi yang sering membantah tentu Hendra karena dia tidak setuju langkah frontal yang diambil kai. Bagaimana mungkin dia setuju bila dia diharuskan berpisah dengan Kia? Walau semua demi keselamatan Kia, anaknya dan Syakira. Sehingga memang Hendra harus benar-benar berkorban. “Apa itu enggak berbahaya Kai?” “Langkah ini aman, Hendra sudah diberi penawar lebih dulu. Jadi tidak akan mempan apa yang akan Tiara berikan. Tapi kamu tetap harus komunikasi dengan Kai di sini agar reaksi yang kamu responkan atau berikan kepada Tiara sesuai dengan tujuannya.” “Jangan sampai dia bikin kamu sakit perut misalnya tapi kamu reaksinya adalah batuk-batuk. Itu tidak tepat. Jadi saat kamu diberi sesuatu kamu tanya ke sini reaksi yang harus kamu perlihatkan seperti apa. Kalau tidak seperti itu, ketahuan bahwa semua yang dia berikan itu mentah,” kata Kai Dehen. “Baik Kai, saya akan selalu monitor itu,” kata Hendra berat. Akhirnya diputuskan lusa Lingga, Hessa dan Alkaff pulang setelah bertemu dengan Rudi. Karena Rudi bilang besok pagi dia akan tiba di rumah Kia, dia akan diberikan petunjuk oleh Kai Dehen dulu. Sedang Hendra akan pulang tiga hari kemudian, dia masih ingin bersama Kia dan Bu Ida di sini untuk beberapa lama. Kelak bila Hendra ingin bertemu, Hendra yang akan datang nanti dia akan berkolaborasi dengan pasukannya Rudi untuk mengantar dia sampai ke desa ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN