'Nur." Wahyu melingkarkan tangannya di tubuh Nur, beruntung Wahyu tinggi, dan lengannya panjang, jadi masih bisa melingkari tubuh besar Nur. "Kakak mau apa?" Nur mendongakan wajah, rasa jengah menyergap perasaannya. Sikap Wahyu terasa begitu manis baginya. "Mau seperti yang aku bisikin tadi." Wahyu menundukan wajah, digigit puncak hidung Nur dengan gemas. "Masih siang, Kak," tolak Nur halus. Karena ia masih merasa sakit di sekujur tubuhnya. "Memang dosa ya kalau siang-siang begituan, yang pentingkan bukan bulan Ramadhan, Nur," bujuk Wahyu. "Nanti mandi lagi dong, Kak." Nur masih bertahan untuk menolak. "Jangankan harus mandi sekali lagi, seratus kali juga aku tidak keberatan. Asal bisa ... enghh ...." Wahyu sengaja menggantung ucapannya. "Asal bisa apa?" Nur mengernyitkan kening.