Beneran Nikah..?

1050 Kata
Pukul 00.30 WIB Adel nampak mengend-endap di dalam rumahnya, beruntung semua penghuni rumahnya sudah tertidur pulas, coba saja kalau sang mama masih terjaga, sudah pasti dia akan mendapat omelan dari sang mama. Ceklek!! Baru saja dia akan menapakkan salah satu kakinya pada sebuah tangga yang menghubungkannya dengan lantai atas, tiba-tiba saja lampu ruangan tamu di nyalakan oleh mamanya, gadis itu berhenti, menoleh ke arah sang mama, Adel nyengir, melihat sang mama yang sudah berdiri dengan wajah siap menerkamnya. "Eh, Mama. Kok, belum tidur Ma." Adel nyengir, bersikap sok imut untuk menarik simpati dari mamanya. "Nggak usah sok imut gitu deh, nggak ngaruh buat Mama, apa kamu lupa sama kata-kata Mama, dari mana aja jam segini kamu baru pulang." Seperti biasanya sang mama akan mendiktenya dengan berbagai macam pertanyaan. "Eh-i-itu-tadi Adel baru-oh ya! Adel baru dari minimarket, ya-minimarket Ma." Mamanya geleng-geleng dengan alsan tidak masuk akalnya Adel. "Ckckcc ... kamu itu Del, kalau bikin alasan yang logis dikit." Kadang mamanya sendiri heran, putrinya itu cantik, tapi satu yang bikin dia heran, otaknya itu lho!beda banget dengan sang kakak Arka. "Iya deh, Adel ngaku, Adel baru dari apartemen Reno." Adel menunduk, karena merasa bersalah. "Apa! jam segini. Kamu baru pulang dari apartemen Reno, yang bener aja Del, berapa kali Mama bilang, jauhi Reno. Dia itu bukan pria baik-baik, mama nggak akan pernah setuju kalau kamu jalan sama Reno. Camkan itu!!" Sang mama benar-benar nampak marah dengan pengakuan putrinya. "Apa kurangnya Reno Ma, dia baik. Adel sayang sama Reno, nggak mungkin Adel ninggalin Reno, Adel nggak peduli meskipun Mama setuju atau nggak." Langsung cabut begitu aja tanpa mempedulikan sang mama yang nampak sangat geram. "Adel! dengerin kalau Mama ngomong." Adel benar-benar merasa muak dengan teguran mamanya, kenapa mamanya begitu membenci Reno, padahal Reno itu merupakan sosok impian setiap wanita, dia tajir, tampan, pengertian, dan yang bikin Adel cinta mati sama Reno karena menurutnya dia pria baik dan bahkan super baik. ____ Pukul 7.00 WIB Semua anggota keluarga Pratama tengah berkumpul di meja makan, kebetulan hari ini weekend jadi semua orang terlihat santai, nampak Rina yang di bantu oleh asisten rumah tangganya, tengah mempersiapkan sarapan pagi, di sana nampak seorang cowok tampan tengah sibuk membaca sebuah koran langganannya, dia adalah Arkaleon Pratama satu-satunya kakak kandung Adelia, dan sang papa yang walaupun sudah cukup berumur, tapi masih terlihat tampan. "Ma, si Imut mana?" Sembari meletakkan korannya, si tampan Arka bertanya kepada sang mama, inilah kebiasaan Arka, selalu merasa tidak tenang sebelum melihat adik kesayangannya. "Biasa Ka, tuh anak semakin sulit di atur, semalam aja dia pulang jam setengah satu malam, kamu tau apa yang dia katakan, dia bilang dia habis ke apartemen Reno." Uhuk! "Apa! jam setengah satu malam, kenapa Mama nggak bangunin aku." Yang ini suaranya si papa yang merasa shock, mendengar anak perawannya pulang selarut itu. "Nggak!! ntar malah perang dunia." Arka hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban sang mama, bagaimanapun adiknya harus di beri hukuman. Pucuk di cinta, ulam pun tiba, Adel nampak berjalan menuruni tangga, meskipun ini weekend, Adel harus tetap pergi karena ada sebuah pemotretan yang harus ia lakukan. Melihat putrinya sudah rapi, Rina menyenggol lengan sang suami. "Tuh pa, dah mo pergi lagi ...," bisik Rina kepada sang suami. "Adel!! sini nak, papa mo ngomong." Adel melirik jam tangannya, setelah di kira waktu pemotretan masih lama, gadis itu nampak berjalan ke arah meja makan. Seperti biasanya, Adel mencium pipi mereka satu persatu, mulai dari mama, papa dan si tampan Arka. Kemudian dia mengambil tempat duduk di sebelah sang kakak. "Ada apa pa, kalau bisa papa ngomongnya cepetan dikit, hari ini Adel ada jadwal pemotretan." " Papa nggak peduli! sejak kapan kamu mulai nggak sopan kayak gini." Adel tertunduk, papanya memang benar, tidak seharusnya dia berbicara kek gitu sama orang tuanya. "Maaf pa ..." Hanya itu yang mampu Adel ucapkan. "Apa yang kamu lakukan semalam di apartemen Reno, apa pantas? seorang anak gadis pulang larut kayak gitu." Adel melirik ke arah Arka, pria itu mengelus rambut lembut sang adik, kemudian mengangguk. "Adel semalam hanya nungguin Reno nyelesain berkas nya pa, selebihnya Adel cuman nonton teve di sana, Setalah itu Reno nganterin Adel pulang, suwer Adel nggak boong." Arka tampak tersenyum dengan penjelasan Adel, dia tau, kalau Reno nggak bakalan berani macem-macem sama adek kesayangannya. "Baiklah, papa pegang omongan kamu sekarang, tapi hari ini kayaknya kamu harus tau semuanya, karena papa tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak di inginkan." Adel malah tersipu malu, dia yakin betul, pasti papanya mo ngawinin dia sama si Reno. Sedangkan ketiga orang yang di sana saling pandang, merasa heran dengan sikap Adel yang tengah tersipu malu. "Apa papa ada rencana buat Adel gitu ...?" tanyanya dengan wajah yang sangat sumringah. "Betul sekali sayang. Papa sama mama berencana untuk nikahkan kamu," ucap sang papa mantap. "Ya ampun, benarkan dugaan ku, akhirnya ... papa bakalin ngelamarin Reno buat aku." Batin Adel penuh binar. Arka nampak terkejut dengan omongan sang papa. "Aku mau. ya, aku mau pa.Kapan itu pa?" Tanpa mau menanyakan siapa calonnya, Adel langsung menyetujui pernikahan itu. "Isshh ... isshh ... beneran, kamu mo nikah Dek? emang nggak kamu pikirin mateng-mateng dulu?" Arka bener-bener nggak ngerti cara berpikir adeknya. "Udah Adel pikirin mateng-mateng kakakku Seyeng ..." Arka hanya mampu geleng kepala, moga aja keputusan Adel nggak ngerepotin dia. "Mama dukung 1000 persen, keputusan kamu Sayang ..." Rina terlihat senang dengan keputusan Adel. "Oke sodar-sodara, berhubung Adel nya sibuk, Adel mo ijin pergi dulu ya, bye semuanya, love you all." Inilah si ceroboh Adel, tanpa mo bertanya dulu, langsung main iya in aja pernikahannya. Ketiganya hanya mampu memandangi kepergian Adel, bagi kedua orang tuanya, menikahkan Adel untuk saat ini adalah keputusan yang tepat, mereka tidak ingin Adel semakin jauh masuk ke dalam dunia modeling, dunia gemerlap yang mungkin suatu saat akan membawanya ke pada sebuah penyesalan, mungkin inilah waktunya, memenuhi wasiat terakhir sang kakek, untuk menikahkan Adel dengan seorang pria yang sudah di jodohkannya sebelum mereka terlahir ke dunia ini. "Ma, Pa. Emang bener? si imut mo di nikahin?" Arka masih penasaran dengan keputusan ke dua orang tuanya. "Iya, kenapa? kamu mo sekalian di nikahkan juga?" Arka langsung menelan ludahnya, mana mungkin dia mo nikah sekarang,seyeng dong masa lajangnya funah begitu aja. "Ya nggak lah, perjalanan Arka masih panjang Ma ..." Arka bukanlah Adel, meskipun dia sudah sangat mapan, dia tidak ingin buru-buru nikah sebelum menemukan calon yang tepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN