"Yaudah. Sebagai pengalihan aku dan Titania temenin kamu shopping gimana?" ucapan itu membuat Aloka berbinar bahkan sangat antusias.
Titania mendengus kesal mendengar perkataan Deliana, masalahnya saat ini kakinya masih terasa pegal karena menemani Aloka kemarin haruskah hari ini berkorban lagi? Dan pengorbanannya kemarin adalah kesia-siaan.
Saat ini Aloka sedang galau bahkan seperti orang putus Cinta padahal ia tidak mempunyai hubungan apapun dengan si Saka-Saka itu, Aloka hanya merasa down karena dating-nya semalam berakhir gagal karena datangnya sang mantan yang tidak diundang sama sekali.
Dan perkataan Deliana tadi adalah semacam bujukan untuk Aloka karena semenjak dosen keluar dari kelas Sahabatnya itu hanya terdiam menempelkan pipinya ke meja lalu menatap hampa papan tulis.
"Beneran Del? Serius Tan?" Deliana hanya tersenyum singkat melihat Aloka yang sudah ceria seperti biasanya karena jujur rasanya berbeda jika Aloka diam seperti beberapa menit yang lalu.
"Kalau shopping langsung semangat!" itu adalah suara Titania yang merasa jengah melihat Aloka yang begitu menggilai dunia perbelanjaan padahal menurutnya dunia itu sangatlah membosankan.
"Jangan bilang gitu dong Titania, temen kita lagi down harusnya di semangatin bukan dikata-katain!" Aloka yang mendapatkan pembelaan Deliana kini menatap Titania dengan senyum kemenangan.
"Yaudah kamu aja yang ne...."
"Tan! Diluar ada yang nyariin kamu." perkataan Titania dipotong oleh salah satu teman seruangannya.
"Siapa?"
"Kalau engga salah namanya Keno deh! Dia anak sastra kan?"
Mendengar nama itu Titania mengerutkan keningnya bingung, ada apa laki-laki itu mencarinya padahal segala hal tentang mading sudah diselesaikan di rapat kemarin.
"Yaudah. Makasih." temannya hanya mengangguk kemudian berlalu pergi.
"Bentar girls." Kedua sahabatnya hanya mengangguk ditempat sedang Titania sudah berjalan keluar kelas.
****
"Ada apa Ken?" tanyanya langsung pada intinya tanpa basa-basi sama sekali.
"Oh hai. Sorry ganggu! Gini anak-anak pengen eskul kita ngadain event tiap fakultas gitu, boleh minta waktu kamu untuk rapat sekarang?"
"Apa engga bisa besok aja? Ini udah mau jam 5 loh!" Keno menggaruk tengkuknya padahal tidak gatal sama sekali.
"Baru setengah 5 kok Tan! Anak-anak udah nunggu diruangan." Selama beberapa detik Keno merinding karena Titania menatapnya tajam.
"Gitu amat tatapannya Tan! Anak-anak kayaknya mau numbalin aku deh makanya mereka nyuruh aku panggil kamu. Apalagi si Lerta wakil kamu itu." Titania membuang tatapannya mendengar protes Keno mengenai tatapan kesalnya tadi.
"Kok bisa ya Abani suka sama cewek kayak gini engga ada anggun-anggunnya sama sekali."
"Apa kamu bilang." ucapan Keno memang seperti bisikan bahkan nyaris tak terdengar tetapi Titania masih bisa mendengar gumaman itu.
Keno gelagapan di tempat apalagi raut wajah Titania saat ini sudah tidak bersahabat sama sekali.
"Rapat diadakan besok!! Titik." Keno segera berjalan meninggalkan Titania sendiri setelah mengucapkan terimakasih ia masih ingin hidupnya aman daripada harus mendengarkan omongan pedas perempuan judes itu
Ini semua gara-gara perempuan yang digilai Saputra. Si Lerta itu meminta tolong padanya untuk memanggil Titania katanya tidak bisa ditelepon karena sang ketua tidak suka menggunakan hal seperti itu.
Akan tetapi bukannya mendapatkan sambutan baik Keno malah mendapatkan tatapan tajam dan juga sedikit sentakan dari perempuan judes itu. Ingatkan Keno untuk tidak bermain-main dengan perempuan berwajah cantik tapi cuek itu.
Keno meraih ponselnya kemudian mengetik pesan di grup eskul sastra mengumumkan bahwa rapat akan diadakan besok bukan hari ini.
Anak sastra.
Keno :
Rapat batal! Besok aja katanya dan jangan pernah nyuruh gue menghadap sama Ketua lagi.
Setelah membaca kembali hasil ketikannya Keno mengklik tombol send. Dan beberapa menit kemudian grup ramai menertawakan dirinya bahkan Lerta ikut serta didalamnya.
Viola :
Wkwkw. Gue engga bisa bayangin muka judesnya si ketua
Angga :
Untung bukan gue yang pergi tadi, wkwk
Serra :
Sabar Keno, latihan drama itu
Lerta :
Hahha. Itu karena kamu salah bicara mungkin makanya Kak Titania marah.
Fando :
Rasain lo! Akhirnya lo ngerasain apa yang dulu gue alamin.
Dan masih banyak lagi tanggapan lain yang membuat Keno mendengus kesal bukannya memberinya semangat anak-anak malah menertawakannya.
"Kenapa lo Ken! Kayak udah lihat hantu aja!" Keno mendongak dari ponselnya menatap Saputra dan Abani yang berdiri didepannya. Keno menatap sekitar ternyata dia sudah sampai di sekitaran kelasnya.
Keno kembali menyimpan ponselnya disaku jaket hitamnya tak memperdulikan lagi notifikasi didalam sana, ingatannya kembali berputar pada tatapan tajam Titania tadi.
"Gue habis ketemu hantu yang bersemayam di dalam tubuh seorang manusia." ujarnya sambari menatap Saputra dan Abani secara bergantian.
"Dimana? Namanya siapa?" tanya Saputra sambil mensejajarkan langkahnya dengan Keno karena saat ini ketiganya sedang berjalan kearah parkiran untuk kembali kerumah masing-masing.
"Titania."
"Enggan boleh ngomong gitu Keno." itu adalah suara Abani karena saat ini Saputra sudah tertawa ditempat mungkin hari ini ia sudah banyak sekali tertawa hanya karena hal receh seperti ini.
"Ab! Lo kok bisa suka sama cewek sama judesnya nauzubillah. Engga ada manis-manisnya sama sekali, iyasih cantik tapi kan engga harus kayak gitu dong." tanya Keno daritadi ia mencoba berpikir apa istimewanya perempuan itu hingga Abani harus menolak banyak perempuan demi dirinya.
"Emang suka sama orang harus ada alasannya?" tanya Abani tanpa menjawab pertanyaan Keno
"Engga juga sih! Tapikan...."
"Udahlah jangan bicarain hal privasi ditempat umum nanti malah jadi gosip kan susah." Keno langsung bukan bahkan tidak berniat melanjutkan ucapannya yang tertunda tadi. Perkataan Saputra ada benarnya Juga nanti malah banyak gosip beredar yang pasti ceritanya sudah ditambahi bumbu-bumbu pemanis. Itu berlebihan
Abani menatap sekitar sore begini kampus masih ramai bahkan masih banyak orang yang nongkrong ria dibeberapa sudut kampus. Bahkan lapangan futsal saja masih terdengar ramai padahal jam sudah mau menunjukkan pukul 5.
"Emang kamu tadi ada perlu apa sama Titania? Kok bisa ketemu?" Abani kembali bersuara padahal mereka saat ini sudah sampai di parkiran motor bahkan sudah berdiri di sisi motor masing-masing.
"Hayoo.... Lo cemburu yaa?" bukannya menjawab pertanyaan Abani. Keno malah menggodanya padahal dia tau kalau Abani bertanya serius.
"Kayak cewek lo bahas cemburu-cemburu segala!" Keno mendengus kesal mendengar komentar unfaedah dari Saputra yang kini sudah memakai helmnya bahkan sudah duduk diatas motornya.
"Gue duluan. Byeee." abani hanya menaikkan jempolnya sebagai balasan sedang Keno menjulurkan lidahnya kesal.
"Udah. Kalian ini sudah seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar." Abani tertawa setelah mengucapkan hal itu. Keno hanya mendengus kesal tanpa mengucapkan apapun.
"Tadi gue mau disuruh manggil dia untuk rapat bahas soal usulan anak-anak mengenai event antar fakultas bukannya ikut sama gue dia malah judes engga jel...."
"Hai kak Abani." lagi dan lagi Keno mendengus kesal karena ucapannya terpotong oleh kedatangan Lerta yang datang menyapa Abani.
"Kak abani udah mau pulang?" tanyanya dengan semangat.
"Iya. Ini udah mau pulang" jawab Abani.
"Yaiyalah udah mau pulang masa mau nyapu sih!" Keno kembali bersuara menyuarakan kekesalannya pada perempuan itu karena perempuan itu juga ia harus merasakan kejudesan Titania.
"Keno!!! Kamu belum pulang?"
"Ini udah mau pulang kok kak. Boleh nebeng enggak?"
"Ehem ehem. Balik badan. Ehem" Abani mengikuti instruksi Keno, matanya menemukan Titania sedang mematung ditempat sedang tatapannya juga mengarah padanya. Apa Titania mendengar perkataan Lerta tadi?
"Hai kak Titania!" sebagai Balasan Titania hanya mengangguk singkat kemudian berjalan melewati ketiganya menuju mobil hitam yang sudah menunggunya didepan kampus.
Lerta yang tadinya menyapa Titania kini menatap Abani kembali, menunggu jawaban apakah laki-laki itu ingin mengantarnya pulang atau tidak.
"Ab! Gue duluan." suara Keno membuyarkan lamunan Abani yang sadari tadi berfikir apakah Titania cemburu melihatnya bersama Lerta ataukah terkesan biasa saja. Ataukah perempuan yang berhasil menguasai hatinya itu sempat mendengar ucapan Lerta tadi?
Suara motor Keno yang berlalu masih mampu didengarkan saat ini, Abani memakai helmnya kemudian naik keatas motornya.
"Maaf Lerta. Aku ada urusan lain. " ucapan itu tidak terlalu jelas terdengar karena terhalang oleh helm yang dipakai Abani tetapi Lerta masih bisa mendengarnya
"Engga papa kak. Hati-hati." Abani hanya mengangguk kemudian mengendarai motornya pergi meninggalkan Lerta yang kini menatap kepergiannya dengan tatapan sendu.
Lerta menghembuskan napasnya beberapa kali mencoba meredakan sesak didalam sana yang sudah memberontak tidak terima. Andai ia bisa memilih maka ia takkan menjatuhkan hatinya pada Abani tetapi nyatanya saat ini perasaannya sudah sangat besar untuk laki-laki itu bahkan sangat sulit Lerta kendalikan.
Melihat tatapan Abani pada Titania tadi Lerta semakin yakin jika laki-laki yang disukainya itu benar-benar punya rasa pada Titania mungkin belum banyak yang menyadarinya tetapi Lerta sudah melihatnya langsung tanpa menggunakan perantara sama sekali.