TING TING TING TING.
Titania menatap malas ponselnya yang sudah seperti nada tak menentu dan tebakannya kali ini adalah itu adalah spam grup yang dibuat Aloka. Dan perempuan yang sangat menyukai memakai kacamata sebagai Fashion itu pasti sedang heboh menceritakan dating-nya dengan orang disukainya.
Ingatan Titania kembali pada siang hari tadi setelah dirinya mengambil n****+ di kelas sesampainya di mobil ia disambut gerutuan Aloka dan tentu saja Deliana sang penengah yang menghentikan ocehannya.
Itupun saat sampai di mall Aloka keluar masuk toko tak menentu hanya untuk satu set dres untuk date malamnya dengan sang pujaan hati. titania menggelengkan kepalanya pelan ia benar-benar kapok ikut dengan perempuan itu dalam hal belanja. Ingatkan dirinya untuk tidak ikut dalam shopping Aloka selanjutnya.
TING TING TING TING
karena Lelah mendengarkan notifikasinya Titania meriah ponselnya. Padahal ia sedang sibuk menyusun artikel serta karya lainnya untuk ditempel di mading kampus besok.
Pecinta Love❤
Aloka :
P
P
P
P
P
Girls!
Ku mau cerita, stay cepetan!!!!
P
P
P
Anjir, kalian kemana sih!
Deliana :
Bahasa kamu Aloka, perempuan engga Bagus bicara seperti itu.
Aloka :
Maaf kanjeng Ratu.
Ku mau cerita tapi kalian engga tau kemana.
Titania mana?
Deliana :
Mungkin lagi sibuk ngerjain mading, kan besok mading kampus ganti topik lagi.
Titania tersenyum singkat bahkan hanya beberapa detik membaca pesan dari Deliana yang sangat pengertian, sahabatnya itu sangat lembut bahkan jika salah satu darinya yaitu ia dan Aloka berbicara kasar maka akan segera ditegur katanya engga baik. Harusnya perempuan itu anggun bukan asal bicara seperti itu, itu alasannya.
Titania jadi berfikir apa ia harus mendekatkan Keno dengan Deliana tetapi cara bicara Keno cukup bar-bar memakai kata gue-lo sangat berbanding terbalik dengan cara berbicara sahabat cantiknya. Akan tetapi bisa saja kan laki-laki yang mempunyai hobby memotret itu akan lebih sopan jika sudah berbicara dengan Deliana.
Lagian siapa Titania? Yang menilai orang hanya sekali pandang saja. Lagian itu hanya simpulan sekali pandangnya dan ditambah lagi Titania tidak dekat dengan laki-laki itu hanya sempat berbicara sejenak kemarin sore dipinggir pantai.
Aloka :
Yaudah ceritanya sama kamu aja ya.
Tau engga.
Deliana :
Engga.
Aloka :
Isshh. Jangan potong ketikan aku napa.
Deliana :
Lagian kamu ngetik singkat terus bahkan baru sebaris terus kirim. Selesain satu kalimat baru kirim.
Aloka :
iya kanjeng Ratu. Kita belum pesen makanan tapi mantannnya Saka dateng bahkan gabung tanpa izin di antara kami. Saka cuman Natap aku dengan tatapan minta maaf. Sad engga sih? Huhuhuhu
Deliana :
Loh! Kenapa Saka engga nyuruh dia pergi aja sih! Sia-sia dong kakiku pegel nemenin kamu belli dres kalau date-nya malah gagal total.
Titania tertawa kecil membaca balasan Deliana, benar Juga katanya. Sampai saat ini saja kakinya masih terasa nyut-nyutan karena mengelilingi mall siang tadi bahkan mereka bertiga Baru keluar mall saat adzan ashar berkumandang. Bukankah itu benar-benar melelahkan.
Sejenak matanya menatap tumpukan kertas warna-warni yang sudah siap ditempelkan di mading besok. Bahkan sehabis dari mall tadi Titania meminta Aloka kembali mengantarnya ke kampus untuk mengadakan rapat sekaligus mengambil hasil anak-anak sastra minggu ini.
Mungkin besok Titania harus kembali menyuruh abangnya mengantarnya ke kampus karena banyaknya kertas yang akan ia bawa, karena jam pelajaran dimulai jam 10 pagi maka sepertinya Titania harus datang jam 7'an untuk menempelkan kertas-kertas itu dibantu anak-anak sastra lain. Harus lebih pagi karena titik mading kampus Bukan hanya disatu tempat saja tetapi di banyak tempat.
"Dek! Udah tidur?" Lamunannya tersentak tetapi itu hanya beberapa detik saja. Ia menoleh menemukan abangnya sedang tertawa kecil ditempat karena mengagetkannya.
"Bang!!!" desisnya yang dibalas tawa oleh empunya.
"Sibuk banget kayaknya?" matanya menatap tumpukan kertas yang ada dimeja belajar Titania.
"Ini kamu yang bikin semua Dek?" mana mungkin adiknya yang membuat ini semua, semua jenis sastra anak di sana.
Mengenai berita terkini atau berita dalam kampus. Puisi-puisi dalam berbagai genre dan juga ada beberapa motivasi penyemangat. Masih banyak lagi bentuk sastra lainnya.
"Bukanlah Bang! Kan Nia ketuanya eskul Sastra. Anak-anak yang biasa ngumpulin lagi engga ada. Keluar kampus karena ada kegiatan pembelajaran kan ini cuman sampingan engga mungkin kan Nia nuntut mereka hanya karena masalah seperti ini." anak-anak yang biasa mengumpulkan memang sedang ada tugas diluar kampus atau kegiatan kampus Titania sedikit lupa akan itu. Maka dari itu saat rapat tadi ia yang memutuskan membawanya pulang besok anak-anak lainnya akan membantu.
"Wahhh. Adek abang udah dewasa ternyata!" Titania memutar bola matanya malas mendengar perkataan itu.
"Yaudah abang kekamar balik, kamu jangan tidur kemaleman." Titania hanya Terdiam bahkan Derta sudah berlalu beberapa detik yang lalu.
Titania kembali menatap ponselnya membawa tubuhnya berbaring santai diranjang kesayangannya rasanya badannya langsung merasa nyaman.
Aloka :
Titania udah ngeread kok engga nanggepin apa-apa sih!
Ehh kok ngilang lagi.
Deliana :
Mungkin punya urusan lain. Itu date kamu lanjutannya gimana? Jadi reuni mantan dong.
Aloka :
Huhuhu saat itu hatiku langsung remuk seketika bahkan bingung mau ngapain. Bayangin mereka berdua asyik bicara melupakan kehadiran seorang Aloka diantara mereka.
Deliana :
Pengen ketawa tapi kasihan juga hihihi aja deh.
Lalu gimana? Sampai pulang gitu terus?
Aloka :
Setelah 20 menitan lebih mantan si Saka noleh ke aku terus nanya. Dia siapa? Terus Saka jawab Temen ngedate-nya malam ini. Mantan Saka yang engga tau diri itu bersikap seolah-olah bersalah kemudian pamit pergi. Saka minta maaf ke aku katanya ini diluar rencananya.
Titania hanya tertawa ditempat membaca pesan terakhir Aloka sebenarnya masih banyak kebawa tetapi chat paling terakhirnya Deliana udah pamit mau tidur dan Aloka juga demikian. Sepertinya tadi ia terlalu lama berbincang dengan Derta tetapi hanya beberapa menit?
Titania membulatkan matanya saat ada pesan baru masuk dalam aplikasi w******p-nya. Bahkan isi pesannya membuat jantungnya berdetak kencang.
+6282358XXXXXX
assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Titania. Selamat malam
~Abani
Selama beberapa menit Titania hanya terpaku menatap isi pesan itu, ia bingung menjawab apa tetapi yang pastinya sang pengirim pesan sedang menunggu balasannya saat ini.
Titania :
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Malam.
Percayalah Titania mengetik kata itu dengan tangan gemetar bahkan tangannya sudah sedingin es batu saat ini.
+6282358XXXXXX :
Alhamdulillah kamu balas kirain tadinya cuman ngeread saja. Nomorku disimpan ya?
Tanpa sadar Titania menganggukkan kepalanya seakan-akan sedang berbicara langsung dengan Abani padahal nyatanya itu hanya pesan w******p saja.
Titania :
Iya.
Hanya sesingkat itu tetapi percayalah saat ini wajah Titania sudah memerah malu bahkan salah tingkah ditempat hanya karena Abani mengirimkan pesan padanya.
Kendalikan dirimu Titania, batinnya.
+6282358XXXXXX :
Singkat sekali, apa lewat pesan aku juga harus merasakan kedinginanmu?
Titania menepuk pelan dahinya itu ia lakukan tanpa sadar harusnya ia sedikit menghargai laki-laki itu. Inikan hanya lewat pesan sedikit akrab tidak papa kan?
Titania :
Maaf, saya hanya bingung ingin menjawab apa!
Setelah membalas pesan Abani Titania menyimpan ponselnya kemudian menutup wajahnya yang sedang merona
Astaga, kenapa Cinta seluar biasa ini? Bahkan perempuan judes dan cuek dingin seprtinya harus mengakui kehebatan Cinta, batinnya.
TING.
Mendengar notifikasi yang masuk Titania segera meraih ponselnya kembali.
+6282358XXXXXX :
Pake aku-kamu Titania rasanya cukup asing jika menggunakan kata saya.
Aku pamit tidur duluan ya! Mimpi Indah. Jangan lupa menyimpan nomorku
Ada sedikit rasa kecewa membaca pesan Abani yang pamit ingin menjemput mimpinya padahal Titania masih ingin berbalas pesan dengannya
Titania :
Semesta, selamat menjemput mimpimu jangan lupa menghadirkan senyummu sebelum Mata indahmu terpejam.
Titania membulatkan matanya saat membaca kembali pesan yang ia kirim ke Abani, ia baru saja ingin menghapusnya tetapi centang biru sudah terlihat dan itu berarti Abani sudah membacanya.
Duh.. Titania maluu, batinnya.
+6282358XXXXXX :
Tentu saja. Aku merasa spesial akan hal ini Titania ,apalagi menjadi pemeran utama dalam tulisan singkatmu. Terimakasih sudah mencintaiku. Selamat malam
"Aaaaa, perasaan sialan." Titania menyimpan ponselnya tanpa ada niat lagi untuk membalas pesan Abani, ia bahkan berteriak tetapi teredam dalam bantal. Bahkan degupan jantungnya semakin menggila didalam sana.
"Lo tau Ab, lo udah berhasil ngalahin kegelapan dalam hati gue menjadi sinar cahaya yang tentunya dipenuhi dengan perasaan Cinta s****n itu." gerutunya yang kini sudah memegang kembali ponselnya membaca ulang pesan terakhir Abani.