Bab 9

1392 Kata
"Kailan lihat apa yang dia lakukan? Dia sengaja melepaskan tangannya dan kalian justru mengagumi sosok pria seperti itu? Yang benar saja! Pokoknya aku akan mengundurkan diri!" Kemarahan Kyomi terhadap bossnya, dia luapkan kepada kedua sahabatnya Ghea dan Pamela. Kyomi tidak menyadari jika Kanaka dan Kaivan masih ada di sana. Justru kedua pria itulah yang membantunya untuk berdiri. "Dia memang sedikit keterlaluan." Kaivan membuka suara. Mendengar ada suara pria, barulah Kyomi menyadari kehadiran dua orang pria. Dan bukaannya terkejut, Kyomi justru melotot ke arah Kaivan hingga pupilnya hampir keluar. "Sedikit katamu? Kau sungguh mengatakan perbuatannya sedikit keterlaluan? Hey, dia sengaja membuatku jatuh apa matamu buta?" Semprot Kyomi. Alhasil Kaivan kena imbasnya, pria itu terang saja terkejut di jadikan objek pelampiasan amarah oleh wanita yang baru dia kenal beberpa jam lalu. Kesan pertamanya menilai sosok Kyomi adalah menarik. Dan sekarang kesan keduanya, wanita itu galak dan tidak kenal takut sama sekali. Semakin menarik. Kaivan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ini pertama kalinya dia di marahi oleh seorang wanita karena ulah seseorang. Apakah wajah menawannya tidak menarik minat Kyomi sama sekali? Padahal wanita lain akan selalu bersikap manis dan mencari perhatian mereka saat berjumpa. "Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" "Ya, sangat salah!" Hardik Kyomi. Kanaka tergelak melihat sikap Kyomi yang selalu meledak- ledak. "Aku mewakili Bian untuk meminta maaf, nona Kyomi." Katanya tulus di sertai senyum menawan yang mampu mengalihkan dunia wanita yang melihatnya. Termasuk si galak Kyomi. "Tapi percayalah, dia orang baik." Kalimat tambahan yang di ucapkan Kanaka menyadarkan Kyomi dari keterpukauannya terhadap senyum pria itu. "Ya, mereka sahabat si pria menyebalkan itu, tentu saja mereka saling membela dan mendukung." Kyomi bergumam kepada dirinya sendiri. Dan gumamannya bisa di dengar keempat orang yang berada disana dengan jelas. "Katakan padanya bahwa aku benar- benar mengundurkan diri." Kyomi mengambil tasnya dan berniat pergi meninggalkan meja tersebut. Peduli setan dengan pemblokadean yang nanti akan di lakukan Biantara Nevalino. Kesehatan batin dan mentalnya lebih utama. Dia bisa banting setir dengan melanjutkan usaha toko klontong kecil- kecilan ibunya. "Kyomiiiii!" Pamela menghentikan langkahnya. Kyomi mendesah malas menoleh ke arah kedua sahabatnya. "Jangan menghentikanku, aku tidak sudi berurusan dengan pria seperti itu. Dan selama kau dan Ghea mengagumi pria itu, aku akan menjaga jarak dari kalian berdua." Ghea dan Pamela saling melempar tatapan. Ingin melayangkan protes kepada Kyomi bukan waktu yang tepat melihat gadis itu sedang naik darah. Tapi apa yang di katakan Kyomi sangat tidak masuk akal. Tidak ada aturan di dalam persahabatan. Memangnya apa yang salah dengan mengagumi, astaga Kyomi berlebihan! "Kau membawa tas yang salah, itu tas ku." Pamela menunjuk tas yang ada di dalam genggaman Kyomi. "Ini tasmu." Imbuhnya seraya menyerahkan tas Kyomi. Kyomi memutar bola matanya, menarik tasnya dengan sedikit kasar. "Bye!" "Bye!" Jawab keempatnya serempak. ### Kyomi menatap pantulan dirinya di cermin. Memperhatikan penampilannya yang memilih untuk mengenakan kemeja putih bermotif garis warna hitam dan memadukannya dengan celana berwarna senada. Penampilannya terlihat santai. "Haruskah aku menguncir rambutku?" Kyomi membawa semua rambutnya ke dalam genggamannya. "Ck! Aku tidak menyukainya!" Kembali dia mengurai rambutnya. Sudah dua hari sejak dia mengundurkan diri dari perusahan BKK Crop. Tapi belum ada tanggapan sama sekali dari bossnya tentang surat tersebut. Alhasil, dia memutuskan untuk datang kembali ke perusahaan. Bukan untuk mempertanyakan surat pengundurannya melainkan untuk kembali bekerja sebagai asisten pria itu. Sangat memalukan memang, tapi Kyomi tidak mempunyai pilihan selain menebalkan muka. Kemarin sore, ibunya menghubungi untuk mempertanyakan pembayaran kredit yang mendiang ayahnya lakukan. Sudah menunggak dua bulan tidak mungkin dia bisa mendapatkan uang dalam tempo dua hari. "Baiklah, hal pertama yang harus aku lakukam adalah meminta maaf." Kyomi menyandanh tasnya. Memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin. ### Kyomi memarkirkan motor di parkiran yang di khususkan untuk kendaraan roda dua. Di liriknya jam tangannya, dia pun bernafas lega. Masih ada 10 menit lagi sebelum jam menunjukkan angka delapan. Di pandangnya bangunan pencakar langit bertuliskan BKK Crop. Terbesit keraguan untuk melangkah masuk. Reaksi Bian yang berlebihan dan menyebalkanlah yang membuat nyalinya ciut. Namun mengingat tunggakan kredit dia membulatkan tekadnya kembali. Dengan berjalan sedikit terburu- buru, Kyomi segera memasuki gedung pencakar langit tersebut. "Nona Kyomi Damora." Kyomi menghentikan langkah ketika mendengar namanya di panggil. Kyomi menoleh dan menemukan wanita cantik yang berdiri di belakang meja resepsionis tersenyum ramah padanya. "Kau memanggilku?" Kyomi mendekat dan memastikan. Wanita itu masih dengan senyum ramahnya seraya menganggukkan kepala. "Anda sudah di tunggu oleh Tuan Biantara di ruangannya. Dan segeralah temui dia, anda di perkenankan menggunakan lift yang beliau gunakan." "Apa yang kau maksud adalah Biantara Nevalino?" Kyomi memastikan. "Ya, Tuan Biantara Nevalino." "Bagaimana bisa dia tahu bahwa aku masuk hari ini? Apa aku terlambat?" Gumamnya seraya memeriksa kembali jam tangannya. "Bukankah jam masuk kantor jam delapan tepat?" Tanyanya lagi yang langsung di angguki oleh wanita itu. "Dan ini masih jam 07.50." Kembali wanita resepsionis itu mengangguk. "Itu artinya aku tidak terlambat, lalu kenapa dia menungguku?" "Masalah itu, saya kurang mengetahuinya. Jika anda penasaran, segeralah temui dia." Jawab sang resepsionis. Kyomi segera berjalan menuju lift eksklusif yang di khususkan hanya untuk Bian dan petinggi lainnya. Semua mata menatapnya dengan tatapan aneh yang berbeda- beda, ada yang mencemooh, ada yang bertanya, dan ada yang iri juga tentunya. Dan kenapa aku harus mengikuti apa yang di katakan oleh resepsionis itu. Mereka jadi berucap dalam hati. Kyomi menarik nafas panjang sebelum mengangkat tangan untuk mengetuk pintu di hadapannya. Kyomi terlonjak kaget karena pintu tiba- tiba di tarik dari dalam. Kanaka keluar dari ruangan tersebut. Sama sperti Kyomi, pria itu juga terkejut melihat kehadiran Kyomi. Kyomi membungkukkan sedikit tubuhnya memberi hormat. "Selamat pagi, Kyomi!" "Selamat pagi, Tuan!" "Masuklah, dia sudah menunggu lama." "Menunggu lama?" Kyomi mendadak gugup. Dia yakin Bian akan menyemburnya dengan kalimat sinis yang mampu menaikkan darah tinggi dalam sekejap. Dan Kyomi orang yang mudah terpancing emosi bila bersangkutan dengan pria itu. "Apa ingin kuantar masuk?" Kanaka menawarkan diri. "Mungkin itu lebih baik." Jawab Kyomi dengan cepat. "Dia tidak akan melukai wanita." "Tapi tatapannya seakan membunuhku." "Banyak wanita yang mengagumi tatapannya loh." "Dan aku yakin, banyak juga wanita yang rela bertelanjang di hadapannya." "Wouo, kau sangat blak- blakan, Kyomi." Cetus Kanaka di selingi tawa renyah. "Maafkan aku, terkadang aku lepas kendali jika sedang merasa gugup." Ringis Kyomi, tidak tertular sama sekali dengan tawa pria itu. Sungguh jantungnya sudah berdegup tidak karuan. Bayangan rumahnya akan di sita sudah cukup membuatnya tertekan. "Mmm, baiklah Kyomi mari kita masuk." Kanaka segera membuka pintu, dan mempersilahkan kyomi masuk. Bian yang sedang sibuk berkutat dengan laptop yang ada di depannya, segera mengalihkan fokusnya dan menatap dua orang yang sedang bediri ambang pintu. "Apa kau sangat senggang, Naka?" Pertanyaan itu di tujukan pada sahabatnya, tapi matanya menatap ke arah Kyomi yang terlihat menghindari tatapannya. Kanaka tergelak dan denvan santai masuk melintasi ruangan Bian mendengus. "Bukankah tadi kau mengatakan ada pertemuan dengan salah satu klinemu?" "Itu masih 2 jam lagi , Bi." Jawab Kanaka santai, tidak peduli dengan wajah kesal yang di tujukan oleh Bian. Dan membuat Bian kesal adalah hobinya ada kepuasan sendiri bila berhasil mengusik pria itu. "Hey Kyomi, kenapa kau berdiri saja kemarilah dan duduk bersamaku." Kyomi berjalan perlahan dan segera duduk di bangku yang berbeda dengan Kanaka. Bian beranjak dari kursinya berjalan ke arah mereka berdua lalu mengambil posisi di samping Kyomi. Aroma maskulin dari tubuh Bian tercium oleh Kyomi. "Bagaimana liburanmu?" Tanya Bian dengan santai. "Hah?" "Bukankah aku sudah mengatakan tidak mentolerir keterlambatan?" "A-aku tidak terlambat, a-aku.." "Tanda tangani!" Bian meletakkan kertas di hadapan Kyomi. "Ini apa?" "Kontrak kerja?" Kyomi mengambil kertas tersebut berniat untuk membacanya isinya. "Tanda tangani saja." "Aku perlu membaca isinya." "Itu hanya kontrak kerja biasa tidak akan merugikanmu." Desak pria itu. Dia tidak memberi waktu pada Kyomi untuk membaca isi perjanjian tersebut. Kyomi dengan ragu akhirnya menandatangani kertas tersebut dan Bian tersenyum dengan culas. "Bukankah kau sangat curang Biantara?" "Urus saja urusanmu, sialan!" "Dan kau, mulai sekarang resmi menjadi sekretaris merangkap jadi aspri ku untuk waktu yang tidak di tentukan." "Kenapa? Maksudku kenapa jadi sekretarismu?" Protes Kyomi. Menjadi aspri sudah menguji kesabarannya, dan sekarang dia harus menjadi sekretaris pria itu artinya dia harus menempel di dekat Bian selama jam kerja. Oh itu tidak bagus buat kesehatan dan mentalnya. "Kau sudah menandatanganinya, kau tidak bisa protes. Dan buatkan aku kopi sebagai tugas pertamamu hati ini." Bian memukulkan kertas yang baru Kyomi tanda tangani ke kepala wanita itu. Dia beranjak kembali duduk ke kursi kebesarannya. "Mau berapa lama lagi kau duduk di sana nona Kyo, aku butuh kopiku!

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN