Bab 4

1122 Kata
Kini Kyomi berdiri di depan pintu ruangan Kanaka di temani Ghea dan Pamela. Seperti yang di katakan tadi malam dia akan menemui bossnya. Dia akan mempertanggung jawabkan kekacauan yang sudah dia lakukan. Dia sudah memikirkan jika dia akan mendapatkan surat cinta berupa surat pemecatan. Kyomi sudah mempersiapkan diri untuk hal itu. Surat pemecatan, bahkan lebih baik di banding dengan ganti rugi yang jelas dia tidak sanggup membayarnya. Tapi memikirkan kemungkinan itu juga, membuat hatinya sedikit menciut. Dia bukan dari keluarga berada dan dia hanya punya seorang ibu. Ayahnya sudah meninggal sejak dia berumur 5 tahun dan tidak meninggalkan banyak harta dan sekarang dia lah yang mengambil alih tugas ayahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan ibu nya. Tapi sayang mereka harus hidup terpisah. Lisa, ibu Kyomi tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan ayahnya. Ibunya menolak untuk tinggal bersama Kyomi yang tinggal di apartement yang dekat dengan perusahaannya. Hingga dia memilih jalan kaki untuk menghemat biaya. "Ayo ketuk pintunya." Tepukan di bahunya membuat Kyomi tersadar dari lamunannya. Dengan helaan nafas panjang, dia menoleh ke arah kedua sahabatnya yang dari tadi setia mengekorinya. "Kenapa kalian harus mengikutiku?" Tanya Kyomi dengan wajah datarnya. Ya, dia tidak meminta kedua sahabatnya untuk menemani dirinya. Dia khawatir kedua sahabatnya juga terkena imbas akan kekacauan yang dia buat. Biarkan dia menanggungnya sendiri. "Kita adalah sahabat kita harus saling mendukung." Ghea mengepalkan tangannya ke atas. "Memangnya apa yang bisa kalian lakukan jika ternyata aku harus di pecat?" Kyomi menatap kedua temannya silih berganti. Ghea dan Pamela tak kuasa menjawab. Mereka mempertanyakan hal yang sama di benak masing- masing. "Sudahlah, aku masuk sendiri saja, kalian kembali lah bekerja." Kyomi mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke daun pintu. Tok.. tok.. tok.. Terdengar sahutan dari dalam yang memerintahkan untuk masuk. Kyomi segera mendorong pintu dari luar dan melangkahkan kaki masuk ke dalam. Ternyata Ghea dan Pamela mengekorinya. "Selamat pagi Tuan, say-" kalimatnya menggantung begitu melihat bukan hanya ada Kanaka yang ada di sana tapi Bian si pria arogan juga ada di sana. Tanpa sadar Kyomi kembali menghembuskan nafas kasar membuat Kanaka yang melihat hal itu mengulumkan senyum seraya melirik sahabatnya. "Oh, ternyata kau nona.." Kanaka menggantungkan kalimatnya karena memang tidak mengetahui nama Kyomi. "Kyomi Damora." Kyomi menyadari ketidaktahuan Kanaka. Hal yang sangat wajar menurutnya mengingat dia dan kedua sahabatnya baru bekerja di perusahaan itu belum lama. Dan mereka masih dalam masa trainning alias dalam masa percobaan dan Kyomi sudah mengacaukannya. Hikmah yang bisa dia ambil, club malam bukan tempat yang harus dia datangi. Tempat itu adalah petaka baginya. "Ya, nona Kyomi Damora, silakan duduk dan sepertinya kau tidak datang sendiri." Kanaka mengalihkan tatapannya melewati Kyomi. Sedangkan Ghea dan Pamela tersenyum kikuk. "Saya tidak tahu kenapa mereka mengikutiku, mungkin mereka penasaran apakah aku akan mendapat surat cinta darimu." Kata Kyomi setengah bergurau mengabaikan tatapan sinis Bian yang terang- terangan mengarah padanya. "Terkadang manusia memang tidak tahu bagaimana caranya menghargai dan juga berterima kasih. Temanmu datang untuk mendukungmu dan beginikah caramu menyikapinya?" "Apa aku butuh komentarmu?" Kyomi menoleh ke Bian menatap tepat ke manik matanya. Keduanya saling mengunci tatapan untuk sesaat. "Dan apa aku perlu izinmu untuk berkomentar wanita lusuh?" Cibir Bian sambil melayangkan tatapan remeh andalannya. Bian kembali menilai penampilan Kyomi yang hanya menggenakan rok hitam di bawah lutut dan kemeja cream polos kebesaran. Juga sepatu flat berwarna senada dengan rok yang dia kenakan. Sangat sederhana dan sangat bertolak belakang dengan kedua wanita yang ada di belakangnya yang terlihat sangat manarik minat para pria. Rambut sepundak yang di kucir kuda serta polesan lipstik berwarna lembut yang tidak terlihat menor sama sekali. Terlihat seperti warna merah jambu dan sedikit mengkilat, bibir bawahnya sedikit lebih tebal di banding bibir atasnya yang justru terlihat sangat tipis dan mulutnya juga tidak lebar terkesan mungil dan indah. Stop, Bian! Apa yang sedang kau pikirkan. Bian berdeham begitu menyadari pikiran alam bawah sadarnya. "Pecat dia!" Perintah Bian dengan lugas yang membuat Kyomi dan kedua temannya melebarkan matanya kaget. Ghea dan Pamela mengetahui bahwa boss besar sesungguhnya tempat mereka bekerja tidak lain adalah Biantara Nevalino. Tapi tidak dengan Kyomi, gadis itu tidak mengetahui siapa pria itu sesungguhnya. "Dan mintalah ganti rugi atas kekacauan tadi malam." "Kenapa aku harus memintanya?" Tanya Kanaka dengan wajah pongah. "Kau memakai uang perusahaan untuk party mu dan wanita itu menghancurkannya membuat perusahaan mengalami kerugian." Bian menatap Kanaka dengan kesal. "Aku memakai uang pribadi ku, aku tidak semiskin itu, Bro." Kanaka terkikik geli begitu melihat wajah Bian yang terlihat sangat ingin melayangkan bogemannya. "Aku tidak mau tahu, pecat wanita itu!" Bian mengarahkan telunjuknya pada Kyomi. "Atas dasar apa kau memecatku?" Kyomi berkacak pinggang sembari mengangkat dagunya sedikit terlihat bahwa dia sedang menantang Bian. Ghea dan Pamela hendak bersuara untuk memperingatkan sahabat tersayang mereka itu demi kelangsungan hidupnya. Tapi gerakan tangan Kanaka yang memberi kode agar mereka diam menghentikan niat keduanya. Ya, bagi Kanaka ini adalah pertunjukan langka yang sayang untuk dia lewatkan. Empat tahun, selama itu Bian tidak pernah terusik dengan kehadiran wanita semenjak kejadian yang membuatnya hilang kepercayaan pada kaum lemah lembut itu. Kejadian tadi malam adalah hal baru yang menarik bagi Kanaka. Bian terusik dengan keberadaan Kyomi. Meladeni dan membuat wanita marah bukanlah sifat Bian dan Kanaka tahu itu. Setelah Kyomi meninggalkan kekacauan yang dia buat. Bian bertanya siapa wanita itu. Memaki Kanaka yang bergaul sembarangan. Setelah mendengar penjelasan Kanaka yang mengatakan bahwa yang di undang ke pertynya adalah semua pegawai perusahaan membuat Bian terdiam lalu memutuskan untuk datang ke perusahaan. "Aku tidak perlu alasan untuk memecatmu." "Memangnya siapa dirimu di saat boss perusahaan ini yang duduk di sampingmu masih belum mengeluarkan ultimatumnya." "Jika kau ingin alasan, aku mempunyai banyak alasan untuk menendang mu dari sini. Perusahaan tidak membutuhkan manusia sepertimu!" "Manusia sepertiku? Memangnya manusia seperti apa aku, hah? Tidakkah kau pernah berkaca. Bumi ini lebih tidak membutuhkan manusia arogan sepertimu." Bian menatapnya dengan tajam, dia benci wanita pembangkang. Berdiri dari tempatnya. Bian melangkah mendekati Kyomi. Kanaka semakin tersenyum, tontonannya semakin menarik. Berbeda dengan Ghea dan Pamela yang sedikit takut karena mengkhawatirkan nasib sahabat mereka itu. "Apa aku butuh pendapatmu tentang diriku?" Sinis Bian begitu dia berdiri tepat di hadapan Kyomi yang membuat gadis itu mendongak secara otomatis. "Apa aku perlu izinmu untuk mengeluarkan pendapatku." Kyomi melempar kembali kalimat Bian yang di tujukan padanya. "Aku benci pembangkang!" Bian mencengkram dagu Kyomi dan menundukkan kepalanya. Kanaka, Ghea dan Pamela kompak terbelalak. Bian si boss besar membungkam mulut Kyomi dengan mulutnya. Bian melepaskan wajah Kyomi dengan kasar lalu mengusap bibirnya dengan ibu jarinya. "Aku adalah bossnya, aku yang membuat keputusan. Perhatikan sikapmu dan itu hukuman atas tendanganmu tadi malam." Bian menurunkan tatapannya ke bawah pinggulnya untuk mengingatkan apa yang sudah di lakukan Kyomi padanya. Nafas Kyomi naik turun, dia tidak mendengarkan apa yang sedang di katakan pria itu. Dia kaget dengan kejadian beberapa detik lalu. Ciuman pertamanya di ambil!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN