Bruk....
"Frans...!!"
Gadis itu berteriak histeris saat melihat tubuh sang kekasih tersungkur tepat dihadapannya, seluruh yang hadir dalam acara itu terkejut dan sock,sedangkan seorang pria berusaha kabur saat semua orang sibuk berusaha menolong pria tersebut.
"Kak, Seiran, tenanglah! Kita akan membawa kak, Fransis,kerumah sakit, "ucap Yumico berusaha menenangkan calon istri sepupunya itu.
Gadis itu tak bisa berfikir dengan jernih,dia terlalu panik dan khawatir kalau trrjadi hal yang buruk pada calon suaminya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, CEO? "tanyanya panik sambil terus mendekap kepala sang kekasih.
"Ceritanya panjang, nanti saja aku jelaskan,sebaiknya sekarang kita membawanya kerumah sakit, "jawab Hernandez sambil mencoba mengambil alih tubuh sepupunya dari calon istrinya. Seiran mengangguk, kemudian dia memberikan sepenuhnya sang kekasih pada sepupu pria itu.
Setelah itu Hernandez pun segera membawa Fransis kerumah sakit bersama Seiran,sedangkan Yumico, gadis itu merasa aneh, kenapa tak menemukan supir pribadi sepupunya, bukankah tadi pria itu juga ada dipesta, bahkan berani menyamar menjadi sepupunya, dia merasa ada yang tak beres,tapi gadis itu mengabaikannya untuk sementara waktu karena dia harus fokus pada sepupunya.
*****
Ferdinan menaiki mobil kecepatan tinggi menuju Lonenlis Corporation,setelah sampai, pria itu segera masuk dan pergi keruangan sahabatnya masih dengan topeng wajah yang membuat akan mengira bahwa dirinya adalah Fransis Lonenlis,setelah itu dia mengambil cek kosong yang sudah ditanda tangani oleh sahabatnya,setelah itu dia pergi kebagiaan keuangan dan meminta Menejer keuangan untuk mencairkan uang sebanyak 500 jt setelah semua beres Ferdinan segera pergi meninggalkan kantor Lonenlis Corp.
"Maafkan aku, sahabatku,beberapa aset perusahaanmu dan uang harus kubawa kabur, "gumamnya sambil melanglahkan kakinya.
*****
Tit.. Tit..
Hernandez mengecek imael masuk melalui ponselnya, matanya membulat saat melihat pesan dari karyawan bagian keuangan, dia menggeram penuh amarah, "b******k kau Ferdinan,kau pikir kau bisa membawa kabur uang perusahaan sepupuku, "geramnya.
Yumico heran melihat kakaknya yang terlihat marah, diapun menghampirinya dan mendudukkan diri di sampingnya,"Ada apa? "tanyanya penasaran.
"Supir rendahan itu sekarang jadi pencuri,"jawabnya.
"Kak, Ferdinan?"tanyanya memastikan.
"Siapa lagi, Fransis,masih belum sadar, Yumico, jagalah sepupu kita! Aku akan mengurus manusia sialan itu, "ucap Hernandez lalu bangkit dan langsung pergi. Gadis itu hanya menatap prihatin punggung kakaknya. Setelah itu ia pergi menemui Seiran yang berada diruang rawat sepupunya.
******
Seorang pria pria rupawan masih terbaring lemah tak berdaya diatas sebuah ranjang rumah sakit,di sampingnya seorang gadis mengenakan gaun pengantin duduk disampingnya sambil menggenggam jemari pria itu, tatapannya sedih dan penuh kasih,"Frans, kenapa perjalanan cinta kita penuh rintangan begini? Padahal hari ini kita akan menikah,aku bahkan masih mengenakan gaun pengantin,tapi kenapa pernikahannya justru gagal, hiks... Hiks... Lagi-lagi aku hampir mengkhianatimu karena tipuan sahabatmu, "isaknya. Kemudian dia menaruh kepalanya di d**a sang kekasih yang masih belum sadarkan diri.
Yumico mempehatikan calon kakak iparnya jadi tak tega, seandainya gadis itu tau bahwa kekasihnya sekarat, dia pasti akan semakin sedih, terkadang dia heran kenapa takdir mempermainkan hidup mereka.
Gadis itu melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang rawat tersebut,dia berjalan mendekati ranjag sepupunya, ditatapnya penuh rasa iba pria yang hingga kini masih belum membuka matanya tersebut.
"Kak, Fransis, pasti akan baik-baik saja, aku yakin, "ucap Yumico menenangkan.
"Tapi, kenapa aku selalu tidak bisa mengenalinya, "balas Seiran.
"Tenanglah, sebaiknya kita kekantin dulu, kak, Siaran, belum makan apapun dari tadi," ucap Yumico. Gadis itu menggeleng, dia tidak ingin meninggalkan sang kekasih sendirian.
"Kak, Fransis, pasti akan sedih bila melihat, kak, Seiran, seperti ini, makan dulu, ya? "bujuknya. Sejenak Seiran berfikir, benar apa yang dikatakan gadis itu, kekasihnya itu tidak akan suka melihatnya berlarut dalam sebuah kesedihan, ia pun mengangguk setuju.
"Baiklah, kau benar, " ucapnya. Setelah itu mereka pun pergi meninggalkan ruang rawat Fransis.
****
Sepeninggalan kedua gadis itu, Ferdinan bersama dua orang berpakain seperti perawat masuk kedalam ruang rawat Fransis, pria itu memberi isyarat agar kedua orang berpakaian perawat itu membawa tubuh sang sahabat yang tak berdaya pergi, kemudian dia membaringkan tubuhnya diatas ranjang menggantikan sahabatnya, "Frans, maaf, kau harus pergi,"gumamnya dengan seringai licik di bibirnya.
*****
Sebuah rumah kumuh dan kotor, terlihat seorang pria tampan rupawan terbaring dengan mata terpejam, tak lama kemudian pria itu terbangun, ia meringis menahan sakit di perutnya, matanya memperhatikan sekeliling tempat ini, "Aku dimana? "tanyanya bingung.
Dia berusaha untuk turun dari ranjang reot yang ia tempati tadi, dengan langkah tertatih ia melangkahkan kakinya keluar untuk melihat sekitar, betapa terkejutnya dia saat mengetahui bahwa dirinya berada di sebuah gubuk reot yang ada ditengah hutan, "Ugh... "
Pria itu semakin mencengkram perutnya yang terasa sangat sakit, ia ingin menlpon dokter atau seseorang yang bisa menolongnya tapi dia tak menemukan ponsel atau apapun yang bisa di gunakan.
"Ferdinan... Kau tega sekali padaku, kau sahabat paling ku percaya, tapi... Disaat aku sekarat begini kau masih ingin membunuh ku, "gumamnya.
Fransis Lonenlis, seorang pengusaha kaya yang sangat digilai kaum hawa, di buang di tengah hutan oleh sahabatnya sendiri saat dirinya sekarat,"Aku harus kuat, aku tidak boleh mati disini, aku pasti akan membalasmu, Ferdinan," katanya.
****
Meskipun semua orang percaya kalau pria yang ada diatas ranjang king size itu adalah Fransis Lonenlis tapi Hernandez tidak akan percaya, dia yakin pria itu adalah Ferdinan meski sekarang dia tidak dapat membuktikannya, ia merasa jijik dengan gayanya yang sok-sok'an seperti orang sakit.
"Kau berubah, Frans, "ucapnya pura-pura. Ferdinan mengalihkan perhatiannya pada CEO sombong itu, ia sudah Fransis sangat lama jadi ia pun tau cara senyum menyeringai ala Fransis Lonenlis.
"Hmmp. Bukankah semua orang itu bisa berubah, Hernandez? Orang pintar pun kadang bisa berubah jadi bodoh,"balasnya meremehkan.
"Kau benar, didunia ini tak ada yang namanya ketulusan, sahabat, semua itu hanya kebodohan. Emm... Ngomong -ngomong dimana sahabat mu itu, Ferdinan?"tanya Hernandez pura-pura begok.
Ferdinan tersentak saat pria itu menyebut namanya, hampir saja dia membongkar penyamarannya sendiri' ingat! Fransis itu selalu tenang'pikirnya.
"Entah, mungkin dia pergi,"jawabnya acuh.
"Seorang pengecut sepertinya, memang tidak pantas berada didekat mu, kau tenang saja! Aku tidak akan tertipu oleh topengnya, "balas Hernandes dengan seringai iblisnya membuat Ferdinan terdiam.
"Ku pastikan hidupmu akan susah dengan berpura-pura menjadi, Sepupuku, "batinnya.
Srak...
Suara ranting patah karena injakan kaki, pria itu terus melangkah meski dengan susah payah.
Bruk...
Sekali lagi dia terjatuh, rasa nyeri diperutnya seakan tak bisa lagi dia tahan, ia melentangkan tubunya diatas rumput bebatuan, sebelah tangannya dia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah seperti mayat, tangan yang bebas ia taruh diatas perutnya.
Uhuk...
Sesekali dia terbatuk dan memuntahkan darah, kini pria tampan itu sudah pasrah jika memang harus mati dengan keadaan yang mengenaskan ditengan hutan.
****
"kakek, apa kita akan pergi ketengah hutan lagi untuk berburu dan mencari kayu bakar? " tanya seorang gadis 16 tahun. Gadis itu berjalan disamping seorang pria berusia 60 tahunan, mereka adalah seorang penduduk yang tinggal dipinggir desa dekat hutan, kebiasaan mereka setiap seminggu sekali akan mencari kayu bakar dan berburu rusa atau kijang untuk dijual kepasar.
"iya, nak. "langkah kaki kakek tua itu masih cukup tegas sebagai seorang pria berumur.
"Sekalian kita akan mencari tanaman obat, 'kan, kek? " tanya gadis itu lagi. Kakek tua itu mengangguk sambil tersenyum. Mereka terus melangkah tanpa menduga ada sebuah jurang didepannya, karena terlalu fokus mengobrol gadis itu tak sengaja kakinya tergelincir dan terperosok kedalam jurang.
"Uwaaaa.....! "
Suara teriakan ketakutan terdengar memekakkan telinga, tubuhnya melayang diudara, dia hanya mampu memejamkan mata bersiap menerima rasa sakit bila terbentur sesuatu yang kerasa didasar jurang.
Bruk...
"Ugh... "
Fransis meringis menahan sakit saat sesuatu yang berat menimpa tubuhnya, perlahan ia mulai menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya, terlihat seorang gadis duduk dengan nyaman diatas tubuhnya, dia tidak tau siapa gadis itu dan darimana berasal, tapi yang jelas gadis itu sudah membuatnya semakin sakit.
"Eh? Kenapa aku tidak merasa sakit? Padahal aku jatuh dari ketinggian yang lumayan. " gadis itu memandang tebing tempat dirinya terjatuh.
"Kau tidak merasa sakit, tapi aku terasa sekarat, "balas Fransis lemah. Gadis itu tersentak, dia baru menyadari kalau tubuhnya memang tidak jatuh diatas rumput atau tanah yang kering tapi diatas sesuatu yang hangat. Dengan gerakan perlahan ia menoleh pada sebuah suara, matanya membulat saat melihat bahwa dia telah menimpa tubuh seorang pria, matanya yang tajam, hidungnya mancung, wajahnya putih dan garis rahang tegas membuatnya tak bisa berkedip sangking terpesonanya.
"Sudah melihatnya?! " suara dingin dan datar mengalun indah dalam pendengarannya membuatnya terkesiap. Gadis itu segera turun lalu mengulurkan tangannya untuk membantu pria itu bangun.
"Namaku, Ranze. " gadis itu masih setia mengulurkan tangannya. Fransis memperhatikan uluran tangan itu, sejenak dia berpikir apakah dia harus menerima uluran tangan itu atau menolaknya? Setelah memikirkan dengan baik, ia memutuskan untuk menerima uluran tangan gadis itu.
Ranze ikut mendudukkan diri disamping pria itu, sesekali dia memiringkan wajahnya untuk melihat pria tampan yang ada disampingnya, "Nama paman siapa? "tanyanya.
Alis Fransis terangkat sebelah, apakah dia setua itu harus dipanggil paman? Pikirnya. Lama tidak ada jawaban Ranze berpikir pria itu tidak mau Identitasnya diketahui, mungkin dia ganti pertanyaan saja, "Kenapa paman bisa berada disini? Paman kelihatannya bukan orang biasa, tubuh paman kelihatannya juga terluka, wajah paman bahkan sangat pucat, "celotehnya.
"Fransis Lonenlis, dan jangan panggil aku, paman! Panggil aku tuan, Lonenlis! " jawab Fransia datar. Gadis itu mengangguk, dia merasa nama itu terasa familiar ditelinganya, ia baru ingat bahwa itu adalah nama seorang pengusaha muda yang sangat kaya bahkan sudah mendunia.
"Ah, calon suamiku. " Ranze langsung memeluk tubuh Fransis dari samping membuat pria itu terkejut dengan perlakuan agresif dari gadis itu, ia pun berusaha untuk melepaskan pelukan gadis itu.
"Lepas! " serunya. Bukannya melepaskan gadis itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Sayangku, kenapa kamu berada disini? Pasti kamu mencariku, ya? " dengan percaya dirinya gadis itu berkata.
"apa maksudmu? Ugh... " Fransis kembali mencengkram perutnya yang terasa sangat sakit. Ranze terkejut melihat pria kesayangannya terlihat kesakitan.
"Kau sakit? Jangan-jangan kau disini karena ada yang berbuat jahat padamu, " ucap Ranze menduga.
"akhirnya kau paham juga, " balas Fransis disela rasa sakitnya.
"Memang sering terjadi hal semacam itu, sudah banyak kasus seperti mu. Terkadang aku juga heran, kenapa orang -orang jahat itu sangat suka membuang mayat orang ketempat ini. " Gadis itu memandang pepohonan, pandangannya menerawang jauh mengingat seringnya dia mendengar suara orang berteriak mintak tolong tapi dia tidak bisa untuk menolongnya.
"kakekku seorang tabib, mungkin dia bisa menolongmu, tapi sebelum itu kita harus keluar dari sini, setidaknya kita harua naik keatas dulu. " Ranze memandang Fransis yang masih terlihat kesakitan, ia memgambil lengan pria itu berniat membantunya untuk berdiri.
Fransis menatap gadis itu curiga, ia belum mengerti maksud sang gadis tiba-tiba menarik tangannya, mengerti arti tatapan pria itu, Ranze tersenyum lalu kembali berjongkok matanya masih menatapnya lembut pria itu, " Kak, Fransis. Aku tidak berniat jahat padamu, aku hanya ingin menolongmu dan menolong diriku sendiri. Aku tidak mungkin membiarkan orang yang sejak aku belum dilahirkan mati diterkam harimau, "jelasnya lembut. Pria itu tersenyum melihat gadis itu, dia teringat pada Yumico sepupunya yang sangat manja bila didekatnya.
"baiklah! Tapi bolehkah untuk sementara aku tinggal bersamamu? Aku ingin membalas apa yang dia lakukan padaku, "balasnya.
Kedip...
Kedip...
Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, dia sangat bahagia hingga rasanya dia tidak mampu untuk berkata apapun, "emm, pasti. Aku pasti akan membantu mu. Tapi aku ingin kau pura-pura jadi suamiku, "jawab gadis itu sambil mengajukan syarat. Fransis tidak langsung menjawab, dia tidak tau harus berkata apa.
"hanya pura-pura." gadis itu meyakinkan. Setelah dipikir-pikir ia pun mengangguk.
"Baiklah. Kalau begitu kita bermain peran, suami istri dan kau harus memanggilku, Shun Makabe. " Fransis dan Ranze tersenyum pria itu sengaja menyamarkan namanya menggunakan tokoh komik Trobing tonight.