Empat
Archie yang baru tiba di kantor setelah menemani Daddynya meeting, terlihat agak sedikit aneh dan setelah berada di dalam ruangannya, dia pun tampak seperti orang linglung. Berkali-kali Archie menghembuskan napas kasar.
"Turun jangan ya?" Archie bermonolog.
Setelah menimang-nimang dan berpikir tujuh putaran dengan cara mengelilingi ruangan akhirnya Archie keluar, dia melangkah menghampiri Yuna yang tengah sibuk mengerjakan tugas-tugasnya.
"Mbak." Archie mengetuk-ngetuk meja Yuna dengan telunjuknya.
Yuna mendongak dan menatap bosnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Yuna, dia segera berdiri dengan sangat cepat.
Archie menggelengkan kepala. "Tidak ada, saya mau turun ke lantai 25 sebentar, kalau Daddy atau kakak ipar tanya, tolong bilang saja seperti itu,” pinta Archie, dia terlihat seperti orang bingung di mata Yuna.
"Hem baik, Tuan. Nanti akan saya sampaikan, kalau
Tuan Besar dan Tuan Dewa mencari Anda,” ujar Yuna.
Archie mengangguk lalu meninggalkan meja kerja sekretarisnya dan langsung menuju lift.
Yuna menatap punggung bosnya yang berjalan gontai menuju arah lift.
"Dia kok agak aneh?" gumam Yuna.
Namun semua itu hanya bisa dia simpan sendiri, lalu kembali duduk di kursinya dan melanjutkan tugasnya.
Setelah pertemuannya dengan Archie pagi tadi dan bersentuhan kulit secara tidak sengaja Aishaa hanya menggunakan sebelah tangannya saja untuk mengetik. Untungnya yang menyentuh kulit Archie jari tangan kiri, bukan yang sebelah kanan.
"Dor!” Rita menggebrak meja Aishaa yang masih sibuk mengetik laporan di komputer. "Sibuk banget, Shaa?" tegur Rita, sembari memperhatikan tangan Aishaa yang tidak terlihat cedera, tapi sedari tadi di acungkan dan seolah takut tersentuh.
"Aduh, Rita, jangan gebrak-gebrak meja atuh nanti rubuh.” ujar Aishaa tanpa mengalihkan tatapan matanya dari layar 14inci di hadapannya, suaranya terdengar tak acuh, membuat Rita berdecap kesal.
Rita mendelik tersinggung dengan ucapan Aishaa, secara badannya lumayan berisi. "Kamu ini, kaget dikit napa? Malah anteng-anteng saja," balas Rita kesal niatnya mengagetkan Aishaa tapi bukan orangnya yang kaget, malah telapak tangannya kesemutan dan panas.
"Aku banyak kerjaan, Rit, gak lihat ya? Kagetnya nanti saja," terang Aishaa mengacuhkan Rita.
"Aku lihat, Shaa, tapi ini udah sore loh, lebih baik beresin nih kertas-kertas, nanti keburu pulang.” Rita mengingatkan Aishaa kalau hari sudah menjelang sore.
"Oh udah sore yah? Kirain aku masih tengah hari,” ujar Aishaa setengah bergumam.
Rita memutar bola mata malas mendengar jawab Aishaa yang sedikit ngawur.
Aishaa menghentikan aktivitasnya lalu beralih membereskan tumpukan kertas dan map yang berserakan di atas meja.
"Tangan kamu kenapa sih? Dari tadi mengacung melulu kayak nganu." Rita memegang tangan kiri Aishaa dan memperhatikannya dengan teliti. Rita tidak menemukan apa pun di sana, tidak ada luka sama sekali ataupun hanya bekas goresan, tangan dan jari Aishaa halus mulus.
Aishaa menarik tangannya lalu ikut memperhatikannya.
"Ini masih gemetaran, Rit," ujar Aishaa.
"Yaa Allah, Shaa, baru menyentuh kulitnya secuil udah seperti ini, pegimane coba kalau dia sampai meluk kamu? Jangan-jangan pingsan lagi,” cibir Rita. Setelah mengucapkan kata-kata cibirannya dia segera berlalu meninggalkan meja Aishaa.
Sedangkan Aishaa masih menatap jemari tangan kirinya yang imut-imut, kulitnya yang kuning langsat terlihat bersih dan halus.
"Atuh kamu teh, jangan suka baperan tangan masa iya baru nyentuh kulit orang cakep dikit doang, langsung bergetar buat malu saja!" batin Aishaa. Ia sangat dongkol karena tangannya masih saja gemetaran.
Untung saja yang bersentuhan ujung jarinya bagaimana kalau tadi badannya tidak sengaja menyenggol, bisa berabe!! Benar kata Rita bisa-bisa Aishaa pingsan di tempat. Lamunan Aishaa buyar saat mendengar suara ribut-ribut dari arah belakang, rasa penasaran membuatnya langsung berdiri dan memutar tubuhnya.
Tampak teman-teman kerjanya saling berbisik-bisik sebagian lagi terdengar riuh entah apa yang mereka ributkan.
"Ta, Rita aya naon?" Aishaa menghampiri meja Rita dan menanyakan penyebab keributan di tempat kerjanya.
"Ish kamu mah. Tuh lihat, Tuan Muda Lazuardy inspeksi mendadak ke divisi perpajakan udah sana duduk lagi, siapa tahu dia ntar nanya ina inu sama kita." Rita menyuruh Aishaa kembali ke tempatnya.
"Memangnya kenapa dengan kita, Ta? Sampai harus di awasi langsung seperti ini? Apa ada kesalahan laporan pajak ya?" tanya Aishaa dengan raut wajah khawatir.
Rita menatap sahabatnya sesaat. "Bukan begitu, Shaa, mungkin dia hanya ingin melihat dan memeriksa saja, lagi pula kita ini kan cantik-cantik, siapa tahu dia sekalian nyari calon istri," kata Rita, dia menaik turunkan alisnya dengan jenaka, sengaja menggoda Aishaa yang terlihat sedikit tegang.
"Begitu ya? Aku pikir kita melakukan kesalahan, udah deg-degan takut aku." Aishaa melirik ke arah Archie yang masih berbincang santai dengan manajernya.
"Udah sono balik ke meja kamu." Rita kembali mengusir Aishaa, bukannya apa-apa tapi dia hanya ingin berkonsentrasi menatap wajah manis bos mudanya tanpa gangguan dari Aishaa tentunya.
Aishaa kembali duduk dan mengerjakan tugasnya, dia lupa dengan jari tangannya yang masih gemetaran, dia juga melupakan kalau ada Archie di sana, bahkan saat laki-laki itu beberapa kali mencuri pandangan padanya, Aishaa sama sekali tidak menyadarinya. Gadis manis itu terlihat begitu fokus menatap layar yang ada di atas meja kerjanya.
Bahkan Archie melihatnya saat Aishaa terlihat beberapa kali menatap jari tangannya dan ngedumel tidak jelas. Archie hanya tersenyum samar melihat tingkah lakunya yang sedikit aneh.
Bagaimana tidak aneh, gadis itu berbicara sendiri sembari mengacung-acungkan tangan kirinya.
‘Apa tangannya sakit atau terluka?’ Pikir Archie.
Archie berjalan menyusuri setiap meja yang ada di sana, melihat karyawan dan karyawati, yang di perkerjakan khusus untuk menangani perpajakan seluruh perusahaan keluarganya. Sampai dia tiba di belakang meja Aishaa, gadis itu sedikit pun tidak menoleh, masih tetap fokus bekerja sembari mulutnya meracau memarahi jemari tangannya sendiri.
Archie mengerutkan dahinya apa dia tidak salah dengar, gadis itu benar-benar memarahi jari tangan kirinya sendiri, mengatai kalau jarinya baperan juga norak, sekuat tenaga Archie menahan tawanya agar tidak meledak keluar melihat tingkah lucu si gadis.
Archie pikir cuma Bi Mina yang sering bertingkah aneh, tapi ternyata masih ada orang lain yang kelakuannya 11 12 dengan si Bibi. Langkah Archie tertahan tepat di samping kursi Aishaa, dia mengulurkan tangannya lalu meraih tangan si gadis dan memperhatikannya.
"Apa tangan kamu sakit?" tanya Archie sembari terus memperhatikan tangan Aishaa yang mulus dan bersih.
Deg.
Aishaa melirik dengan tatapan horor, jantungnya seolah melorot beberapa senti ke bawah, napasnya tiba-tiba memburu seakan dia baru berhenti berlari maraton, sekarang bukan hanya jemari tangan kirinya yang bergetar tapi seluruh tubuhnya ikut gemetaran.
Lalu ... Tiba-tiba saja pandangan matanya mengabur dan seluruh tubuhnya lemas seperti tidak bertulang. Pandangan matanya semakin lama semakin gelap dan tubuhnya pun melorot dari atas kursi.
Catatan:
Aya naon/ada apa