Kedua pasangan ayah dan anak sambung itu sarapan bersama di depan TV yang menyala dengan canggung. Tidak, sebenarnya hanya Dirga saja yang merasa demikian karena sudah berpikiran yang tidak-tidak setelah tak sengaja melihat belahan d**a Alana.
"Masakan Ayah enak ya. Alana baru pertama kali ini ngerasain nasi goreng seenak ini." puji Alana jujur. Nasi goreng buatan Dirga walaupun terlihat sederhana karena tidak ada topping lain selain telur, rasanya tidak kalah enak dengan buatan koki di rumahnya dulu.
Dirga tertawa kecil karena melihat tingkah polos putrinya.
"Kamu ini ada-ada saja. Nasi goreng buatan Ayah tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nasi goreng buatan orang kota." balas Dirga tersenyum geli ke arah Alana.
Alana menggeleng tidak setuju dengan pemikiran Dirga. Makanan favoritnya adalah nasi goreng. Sudah ribuan kali dia merasakan berbagai macam rasa makanan itu. Dan sejauh ini, hanya nasi goreng buatan Dirga yang sangat pas di lidahnya.
"Aku nggak bohong, Yah. Nasi gorengnya emang bener-bener enak." seru Alana dengan wajah meyakinkan.
Dirga yang mendengar itu hanya bisa tersenyum tipis. Dia merasa bersyukur, setidaknya Alana tidak mengeluh karena harus merasakan sarapan sederhana seperti ini.
"Ya sudah, lanjutkan sarapan kamu. Ayah sudah hampir selesai." kata Dirga memperlihatkan piring miliknya yang sisa setengah.
Alana mengangguk semangat dan memakan sarapannya dengan khidmat. Hingga tak terasa nasi goreng yanga ada di piring Alana kini telah tandas tak bersisa.
"Alana kenyang banget." keluh Alana sembari meluruskan kedua kakinya. Membuat sepasang kaki mulus tanpa cela itu terpampang nyata di depan Dirga.
Lagi-lagi pria itu merasa aneh dengan reaksi tubuhnya. Netra kelamnya tak berhenti menyusuri kaki jenjang milik putri tirinya dari bawah hingga naik ke atas dan berhenti di paha mulus Alana. Roknya yang berukuran pendek semakin naik dan hampir memperlihatkan pangkal pahanya.
Melihat pemandangan indah itu membuat Dirga kembali dilanda rasa gerah. Pria itu berpura-pura mengipasi tubuhnya dengan kardus lusuh yang sering dia pakai untuk pengganti kipas.
"Ayah kayanya lagi kepanasan. Alana buatin sesuatu yang dingin mau nggak?" tawar Alana.
"Em, boleh kalau tidak merepotkan." jawab Dirga tak menolak. Dia memang butuh sesuatu yang dingin untuk mendinginkan otaknya yang sedang tidak baik-baik saja.
Alana mengangguk antusias dan beranjak dari duduknya meninggalkan Dirga yang bernapas lega.
"Ya Tuhan, ada-ada saja aku ini. Tidak mungkin aku merasa nafsu dengan putriku sendiri." gumam Dirga tak habis pikir dengan dirinya sendiri.
Di sisi lain, Alana dengan cekatan membuat dua gelas es teh untuk Dirga dan juga dirinya. Cuaca hari ini memang benar-benar panas. Alana saja sudah kembali merasa kegerahan. Padahal baru beberapa menit lalu dia mandi.
Beberapa menit kemudian, gadis itu sudah selesai dengan kegiatannya. Dia meletakkan segelas teh dingin untuk sang ayah yang sedang bersandar di dinding dengan kedua matanya yang terpejam.
"Loh, cepet banget Ayah tidurnya." gumam Alana mengernyit saat melihat Dirga ketiduran.
Alana yang melihat ayah tirinya tengah terlelap dengan hati-hati ikut duduk di samping pria itu. Menatapnya dengan pandangan memuja dan sesekali tersenyum sendiri.
"Ayah makin ganteng kalo diliat dari deket kaya gini. Pantesan Mama nggak bisa nolak. Alana aja terpesona sama Ayah Dirga." Alana bergumam pelan sembari menatap Dirga dengan pandangan terpesona.
Alana terus memandangi wajah tampan Dirga. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk mendekatkan bibirnya pada pipi tirus pria itu.
Cup
Netra coklat Alana berpendar malu saat menyadari akan tingkah beraninya. Namun bukannya berhenti, Alana justru kembali mendekatkan wajahnya lagi ke arah Dirga.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya saat melihat bibir hitam tebal milik sang ayah. Alana dapat mencium aroma tembakau yang menguar karena Dirga baru saja menyesap rokok selagi menunggu dirinya selesai membuat minuman. Namun siapa sangka jika Dirga justru ketiduran dengan TV yang masih menyala.
Cup
Dikecupnya bibir tebal Dirga yang terasa penuh dan lembut. Alana merasa seperti tersengat listrik saat bibir ranumnya bersentuhan dengan bibir ayahnya. Membuat detak jantungnya bekerja dengan tidak normal.
"Ja-Jadi gini ya rasanya ciuman?" gumam Alana dengan raut menerka.
Gadis itu memegangi bibirnya yang baru saja menyentuh bibir Dirga. Kedua pipinya tanpa sadar bersemu dengan binar bahagia yang tergambar di wajahnya.
"Pokoknya Alana harus bisa narik perhatian Ayah. Alana udah nggak sabar pengen ngerasain sentuhan Ayah." kata Alana menatap Dirga dengan sayu.
Lama Alana memandangi Dirga yang belum memperlihatkan tanda-tanda akan bangun. Sesekali gadis itu akan mencuri kecupan di bibir dan pipi tirus sang ayah yang membuat dirinya senyum-senyum sendiri.
Mungkin Dirga mulai merasa terganggu saat Alana mengecup bibirnya bertubi-tubi. Terdengar lenguhan kecil yang keluar dari bibir pria itu. Membuat Alana gelagapan dan dengan sigap berbaring tak jauh dari tempat Dirga berada. Sengaja memunggungi pria itu.
Engh..
Dirga menggeliat melemaskan tubuhnya yang terasa kaku karena tertidur dalam posisi terduduk. Pria itu mengerjapkan kedua matanya yang terasa sembab.
Netra kelam Dirga menatap segelas teh dingin yang sepertinya sudah tidak terasa manis lagi karena es batunya yang telah mencair. Lalu tatapannya bergulir pada sosok gadis yang berbaring memunggunginya.
"Dia juga tertidur?" gumam Dirga sembari mengusak kedua matanya.
Pria itu melihat putri tirinya tengah berbaring dengan posisi memunggunginya. Netra gelapnya terpaku menatap tubuh belakang Alana dan berhenti di salah satu titik, dimana Dirga dengan jelas dapat melihat celana dalam gadis itu yang terlihat karena rok pendeknya yang tersingkap naik.
Dirga yang tak sengaja melihatnya seketika menggeram. Mengapa dia kembali disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya panas dingin?
Tak ingin terjadi sesuatu yang buruk, Dirga memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Namun entah mengapa tubuhnya justru bergerak mendekati tempat Alana berada.
"Sial. Kenapa aku justru ke sini?" gumam Dirga mengumpat.
Pria itu terduduk kaku di belakang tubuh Alana. Pemandangan p****t sekal yang terlihat mulus dengan celana dalam hitam yang terpampang nyata di depannya benar-benar membuat Dirga susah sekali untuk mengalihkan perhatiannya.
Dirga membuang napas beratnya untuk yang kesekian kalinya. Dia berusaha untuk tetap waras dan tidak melakukan apapun pada gadis muda yang tengah terbaring di depannya.
Pria itu bermaksud untuk menurunkan rok pendek yang Alana kenakan agar celana dalamnya tidak terlihat lagi. Namun tanpa sadar, tangan Dirga justru bergerak mengelus p****t sekal Alana.
Dirga yang menyadari gerakan tangannya yang sudah kurang ajar mengumpat kasar dan dengan sigap menariknya.
"Tangan sialan. Kenapa kamu lancang sekali menyentuhnya." umpat Dirga memarahi tangannya sendiri.
***