Chapter 58 : Sebuah Mitos

2076 Kata
“Tidak mungkin ini semua bisa terjadi!” teriak Tetua Drehalna melihat tabung yang seharusnya menjadi alat untuknya meracik ramuan tidak berjalan dengan lancar. Tabung berbentuk silinder itu meledak mengeluarkan asap berwarna merah muda yang pekat. Tetua Drehalna sudah merasa ramuan yang digabungkan dengan menggunakan darah Gavin itu benar dan tepat takaran, tidak mungkin ada sesuatu yang bisa mengacaukannya. Kecuali satu “Ehhh… dasar anak-anak s****n!” Tetua Drehalna menduga kalau itu adalah perbuatan LArion dan Pollen. Dia tidak tahu apa rencana mereka dengan menyabotase rencananya untuk kembali pulang ke kahyangan. Ia dikhianati, namun tidak ada waktu, dia tidak memiliki waktu. “Katakan padaku wahai nenek tua, apa yang akan kau lakukan sekarang, hah!” Teriak Gavin yang sudah bisa berdiri dengan bebas semenjak bokongnya terikat dengan kursi yang ia duduki tadi. Perkataannya sungguh sombong sampai-sampai membuat Tetua Drehalna muak melihatnya. Sementara Neville, sudah berada jauh di depan, mencoba mengejar Tetua Drehalna yang jaraknya masih cukup jauh dengan mereka “Ahahahahaha… apa kau piker dengan aku tidak sengaja meledakkan tabung silinderku ini rencanaku akan gagal? Jangan berharap terlalu tinggi wahai anak muda. Ramuan ini hanyalah permulaan. Aku akan segera kembali. Namun sebelum itu, rasakan ini!” merapalkan mantra-mantra bengis, Tetua Drehalna mematikan seluruh lampu obor yang menerangi seluruh gua. Membuatnya menjadi gelap gulita tanpa ada sumber cahaya sedikitpun. Gavin benar-benar ketakutan, dia mendengar suara-suara aneh di dekatnya, seperti suara dengkuran hewan, disertai berbagai macam aroma busuk seperti tomat yang dibiarkan berhari-hari. Dia tidak bisa melihat apapun sekarang, hanya memeluk kedua lengannya sampai ke siku erat-erat mencegah bulu kuduknya merinding lebih tinggi. Lalu dari depan, tiba-tiba suara teriakan sangat terdengar sangat keras “Tuan, Awas!” Terlihat Neville mengeluarkan suatu cahaya dari ujung telunjuknya, dia melempar cahaya itu tepat ke arah samping telinga Gavin, membuatnya menengok, dan ia melihat, seekor monster dengan kepala serigala dan telinga kelinci berada di sebelah kanannya. Dengan menggeramkan giginya yang meneteskan air liur asam bau. Serigala itu hendak langsung melompat menyerang Gavin, dengan cakar-cakarnya yang tajam dan berkilau. Namun Gavin dengan sigap langsung menghindar menggunakan sihir anginnya. Tetapi sia-sia saja, pinggul sebelah kanan Gavin tercabik oleh cengkeraman serigala itu, membuatnya berdarah dan merintih kesakitan. Neville tidak bisa dengan cepat mencegah serigala itu dan menyerangnya. Jaraknya cukup jauh. Akhirnya ia menggunakan Molotov cahaya memukul serigala itu tepat di ubun-ubun kepalanya Merangsek kesakitan, kepalanya terbakar seraya memberikan sumber cahaya lain selain telunjuk jari Neville. Ia berlari-lari sambal meringkik menggema di seluruh dinding gua. Tidak hanya kepalanya sekarang, cahaya itu menyebar ke seluruh tubuhnya, menjadikan bulunya yang sebelumnya kumuh dan buluk menjadi bersinar dengan terang sekarang. Gavin tidak tahu apa efek samping dari cahaya yang dihasilkan dari sihir Neville itu, namun yang jelas. Ia benar-benar Nampak kesakitan “Apa Anda tidak apa-apa Tuan?” tanya Neville khawatir kepada Rajanya itu. Bekas luka yang Gavin terima tidak terlalu dalam, namun memang terlihat mengerikan. Gavin masih bisa menahannya dengan pinggangnya erat-erat. Membalas kekhawatiran Neville, Gavin hanya mengangguk-angguk sambil menahan kesakitan. Tak terlalu memperhatikan serigala tadi, ia sudah berlari dengan terbirit-b***t menuju Lorong yang jauh berada di dalam gua. Menyinari keseluruhan dinding gua yang ia lewati. Hingga terlihat sebuah siluet yang berjalan cukup cepat. Kemungkinan besar itu adalah bayangan Tetua Drehalna “Ayo cepat kejar serigala itu Neville!” Teriak Gavin, tidak ingin kehilangan kesempatannya. Neville melihat jarak serigala itu cukup jauh. Butuh waktu untuk dia berlari mengejarnya, dia menengok ke arah Gavin, “Apakah Anda masih cukup kuat untuk berlari Tuan?” tanya Neville khawatir “Jangan khawatirkan aku Neville, aku masih bisa berlari lebih cepat darimu dengan sihir anginku. Tidak seperti kau yang harus mengandalkan adanya matahari.” Jawaban Gavin membuat Neville tersenyum, sepertinya memang serangan serigala tadi tidak terlalu berpengaruh bagi Tuan Mudanya Neville mengejar Drehalna, melihat dia yang sedang berlari sambal terpontang-panting membawa bongkahan Armanites berserakan jatuh ke tanah. Sementara Gavin mengikuti dari belakang tertatih-tatih memegang pinggang kanannya  terluka sambil mencoba mengarahkan tongkatnya menembak dengan sihir angin ke arah kakinya sendiri berterbangan di sekujur Lorong gua  mencoba mendahului Neville. Drehalna yang berlari menuju ke Lorong Gua selanjutnya kemudian tiba-tiba berhenti dan membalikkan badannya menghadapi Neville yang sedang berlari mengejarnya. Ia menjulurkan lidahnya hingga ke dagu bawahnya dengan tatapan mata yang menjijikkan. Memutar tangannya kebelakang mencoba mengeluarkan sesuatu dengan sihir kegelapan miliknya, membuka portal dari dunia lain tampak gelap dan tak dapat dijangkau mata manusia normal. Kaki t*******g penuh dengan abu hitam pekat bekas pembakaran para mayat Ghoul yang ada di desa ia sentuh dengan jarinya yang penuh darah. Mengoleskan dari dahi hingga ke ujung dagu mengenai lidahnya yang masih menjulur panjang membentuk simbol terkutuk Namun tidak terjadi apa-apa... Drehalna kembali berlari menuju goa. Neville yang dari tadi menunggu bersiap-siap melindungi Gavin apabila ia melakukan serangan terdiam. Ia berjalan pelan-pelan menunggu kedatangan Gavin yang melaju mendekatinya. “Tuan muda, situasi sangat berbahaya. Anda sebaiknya tidak ikut denganku, aku saja yang sebaiknya mengejar nenek peot itu dan melawannya sendirian. Aku tidak bisa mengambil resiko kehilangan dirimu hanya untuk hal seperti ini.” Pinta Neville putus asa. Raut muka Neville yang memelas dan merasa khawatir sungguh membuat Gavin terbesit pikiran untuk mematuhinya dan mundur bersama warga hutan yang lain namun Gavin berkata “Tidak neville, kau sudah berjanji bahwa beban yang aku rasakan kau akan membantu menimbanya bersamaku. Jika kau memang merasa demikian. Maka izinkan aku sebagai Rajamu untuk ikut melawannya bersamamu. Aku yakin dia tidak akan punya kesempatan untuk melawan kita berdua. Lagipula, aku sudah belajar dari guru terbaik yang pernah aku punya, tidak mungkin aku akan kalah kali ini.” Gavin berkata dengan tersenyum dan bibir yang mungil. “Bisa-bisanya bocah ini bisa tersenyum dalam keadaan seperti ini” jawab Neville dalam hati. Ia benar kagum dengan keteguhan hati sang raja. Akhirnya mereka berdua masuk berhadapan langsung dengan Drehalna. Saat masuk di dalam Lorong goa. Neville tidak mengira bahwa lorongnya akan sependek ini. Hanya berjalan sebanyak 20 langkah kaki orang dewasa langsung bisa masuk ke bagian utama gua itu. Goa ini nampak sangat gelap dari luar namun saat memasukinya, terlihat sangat terang dari dalam. Bahkan banyak Armanites yang terpencar berada di sisi-sisi stalagmit menjadi sumber cahaya. Armanites ini terpencar dengan cara yang tidak natural. Sebagian besar Armanites ini terkumpul dalam satu tumpukan di pojok membuatnya terlihat sangat terang. Namun sebagian yang lain menempel di langit-langit goa membuatnya terlihat seperti lampu rumahan. Terlihat sangat rapi namun juga berantakan disaat yang bersamaan Neville dan Gavin melihat Drehalna duduk berposisi Jongkok di depan punden yang berisi banyak persembahan. Yang paling menarik perhatian adalah adanya patung raksasa berbentuk manusia berkepala serangga dengan 4 pasang tangan dan 2 pasang kaki. Patung ini bergerak dengan tegak di atas punden batu kecil. Patung itu terlihat seperti terbuat dari batuan granit yang mengkilap apabila terkena cahaya. Di samping kedua kaki patung tersebut ada dua lubang yang sepertinya adalah lubang tempat untuk memasukkan batu Armanites didalamnya. “Bocah darah biru telah datang kesini. Semua proses akan selesai. Tak sia-sia aku merencanakan semua ini. Hahahaahahaha... Ibu... Datanglah kepadaku, aku ingin pulang bersamamu ibu!” Drehalna berteriak. Neville menarik Gavin dan mendekapnya dibalik pelukannya. Neville mencoba menyerang Drehalna dengan sihir panah matahari. Namun panah tersebut tak mempan kepadanya “Diamm !!...” Drehalna kembali berteriak ke arah Neville dan Gavin. Mukanya terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya. Seluruh keriput yang menggumpal di wajahnya terkumpul menjadi satu menciptakan wajah penuh kengerian yang dahsyat. Neville tidak bisa melakukan apa-apa saat ini. Terpaksa ia harus menunggu Drehalna melakukan sesuatu dan mencari celah untuk menyerangnya. Sementara itu Gavin kabur dari dekapan Neville dan mencoba menghampiri tumpukan Armanites ysng is amat tadi. Tumpukan itu beresonansi dengan dirinya membisikkan kata-kata yang Gavin sendiri tidak mengerti. Cahaya Armanites tampak semakin bersinar di membuat gua tersebut sangat terang seperti berada di bawah sinar matahari “Efestus amemoras. Bujafes derastes. Imano Hakoniku, Nikocado avocado” Drehalna mengucapkan mantra-mantra asing sambil meletakkan dus batu Armanites kepada dua kaki di sebelah patung itu. Neville yang menyadari bahwa Gavin keluar dari dekapannya mencoba menghampirinya dan melindunginya lagi Setelah Tetua Drehalna selesai melakukan peletakan batu. Angin kencang memutar berhembus ke arah patung raksasa itu. Batu-Batu Armanites yang bersinar tiba-tiba melayang dan terbang menuju ke arah patung. Usaha Gavin untuk beresonansi dengan batu berakhir sia-sia. Neville yang melompat ke arah Gavin agar tidak tertarik hembusan angin yang berputar itu terkena pukulan kumpulan batu yang berada di atas langit-langit gua mengenai perut bagian sampingnya. “Neville ! Kau tidak apa-apa ?” Gavin merasa khawatir dan mencoba menutupi pendarahan dengan tangannya. Neville yang masih tersungkur dan terjatuh di tanah mendorong tangan Gavin yang menutupi lukanya mengisyaratkan bahwa ia tidak apa-apa. “Yang kalian lakukan adalah kesia-siaan ini semua telah berakhir, salah satu jalanku untuk bisa kembali ke kahyangan akan terwujud. Tertawalah, bersedihlah, merangkullah. Karena kalian akan menyaksikan kesengsaraan yang amat pedih. Seorang mitos turun ke bumi, salah satu Celestial. Hanya manusia terpilih yang dapat menyaksikan mereka dengan tatapan tajam tak terbendung. Namun jangan bersedih, kahyangan tidak akan menolak kalian. Justru, kita akan memeluk kalian dengan tangan terbuka, memeluk dengan erat, seerat tangan ibu berkaki satu. Dan menjerumuskan kalian langsung ke dalam dasar kahyangan yang paling dalam. Memanjakan kalian dengan lumuran asam beracun dan gigi-gigi tonggos para perawan tua. Berbahagialah wahai kisanak!” Tetua Drehalna mulai mengucapkan kata-kata tak masuk akal. Namun dengan tersenyum dan ancaman yang mulai dating, kata-katanya terdengar mulai menyeramkan. “Apakah kau mengerti apa maksud dari perkataannya barusan?” tanya Gavin yang mendengarnya tidak hanya merasa aneh, namun nadanya yang pekik membuatnya sedikit merinding apalagi dengan raut wajah Tetua Drehalna yang aneh.  “Tidak Tuan, Aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Sama seperti Anda, kemungkinan besar itu adalah salah satu mantra yang diucapkan. Namun dengan Bahasa yang kita mengerti” Balas Neville membuat semuanya menjadi masuk akal. Angin semakin berhembus dengan kencang. Patung tersebut bergetar seperti terpukul oleh tenaga misterius dari dalam. Retakan mulai terlihat dan membentuk garis-garis bercahaya. Drehalna yang mula-mula merapalkan mantra mantra mulai tertawa dengan histeris menemukan siapapun yang mendengar suara itu di dekatnya. Dia mengangkat tangannya ke atas menunjuk ke arah batu yang mulai bersatu membentuk gumpalan benda keras bersinar terang ditengah patung yang seakan2 mulai menetas. Beberapa kulit bagian luar patung tersebut akhirnya terkelupas mengungkap bagian dalamnya. Dimulai dari lengan kanan dengan cakar tajam keluar meneteskan genangan air lengket menjijikkan. Kemudian bagian kepala mulai pecah. Kuning dan hitam terpadu dengan cahaya yang keluar dari dalamnya sampai2 semua patung itu hancur dan mengeluarkan hembusan angin yang dahsyat Angin itu membuat Neville dan Gavin terseret tersungkur ke belakang goa. Gavin melihat Drehalna yang mulai melyang mendekati makhluk yang dihadapi. Gavin menyaksikan betapa menjijikkannya wujud makhluk itu. Taring di giginya terlihat tidak sinkron dengan mata capung yang mengelilingi hampir seluruh bagian atas kepalanya sampai ke ubun-ubun. Keempat lengannya yang berbentuk seperti lengan manusia namun dengan cakar harimau dan kulit yang halus seperti ular. Tubuh Drehalna pelan-pelan terhisap dan masuk ke dalam makhluk itu. Meskipun begitu ia tidak berhenti tertawa seperti sudah mengetahui akibat dari perbuatannya ini “Bagaimana dia bisa melakukan itu?” tanya Gavin keheranan, dia tidak pernah menyaksikan kemampuan sihir penyatuan seaneh itu, bahkan sihir penyatuan adalah suatu mitos di semua wilayah di benua Odessa. Bukannya tabu untuk dibicarakan, namun memang hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Melihat Tetua Drehalna bisa masuk ke dalam tubuh makhluk itu dengan mudah membuatnya semakin percaya kalau dia adalah orang yang berasal dari dunia lain. Namun untuk bagian Dewi Matahari, dia sedikit meragukannya. Dewi matahari tidak akan berbuat k**i dan kejam seperti yang Tetua Drehalna lakukan kepada kaumnya sendiri. “Aku rasa dia menggunakan makhluk itu sebagai sarana untuk dia pergi ke tempat yang ia maksud Tuan. Aku sendiri belum pernah melihat sihir semacam itu, namun melihat kelakuannya, dia menggunakan makhluk itu sebagai semacam Portal. Dan aku menduga, dia akan memanggil salah satu Celestial. Celestial adalah makhluk kuno yang mengitari Odessa saat masa Calamity berlangsung. Berbeda dengan makhluk asli kahyangan seperti malaikat, Dewa-Dewi, dan iblis, Celestial memang makhluk khusus yang dibuat untuk memurnikan bumi. Hampir tidak ada catatan sejarah atau kehidupan manusia sebelum masa Calamity berlangsung, namun orang-orang di Odessa beranggapan bahwa masa sebelum Calamity adalah masa yang sangat maju sehingga membuat Celestial harus turun dan memulai ulang semuanya dari awal Selama masa Calamity berakhir. Hampir tidak ada yang mengaku pernah melihat atau berhadapan tentang seorang Celestial, saking minimnya informasi, mereka menganggap bahwa Celestial hanyalah mitos yang dibuat-buat kaum kahyangan untuk membenarkan kisah mereka. Namun, hingga saat ini, tidak ada yang benar-benar mengetahui keberadaan Celestial. Mereka pun juga tidak menginginkan mereka datang. Karena bisa dipastikan jika mereka datang, maka kiamat dan kehancuran Odessa akan tiba, sekali lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN