6. Pelantikan

1272 Kata
Di depan ruangan yang sangat megah terlihat Gavin sedang berdiri di ujung ruangan dengan menghadap sebuah peti yang ada di hadapannya. Peti itu nampak sangat megah, banyak ukiran-ukiran besi mengelilingi setiap sudutnya nampak sangat rumit. Terlihat sangat rumit karena di setiap sudutnya memiliki simbol-simbol yang berbeda. Di sudut kanan terlihat manusia dengan kepala singa sedang berdiri melompat menggapai matahari yang ada di atasnya. Di sebelah kiri terlihat penyihir dan ular saling bertemu membawa bayi bersamanya. Sedangkan di sudut depan dan belakang memiliki simbol yang sama, mahkota Yagonia. Mahkota ini tampak lebih besar ketimbang simbol-simbol yang lain mengisi seluruh bagian depan peti.  Gavin melihat suasana sekitar aula besar itu. Ruangan itu tidak bisa terbilang terang karena cahaya hanya masuk dari jendela kaca yang berada di sisi samping para hadirin dan juga di atas ujung ruangan menyinari siapapun yang ada di bawahnya. Termasuk Gavin dan peti itu. Gavin harusnya berterima kasih kepada hari yang cerah pada pagi ini. Nyala matahari membuat ruangan tidak menjadi gelap dan tidak perlu repot-repot menyalakan lampu lightstone. Bayangan yang menyinari jendela juga nampak indah. Simbol-simbol kerajaan Yagonia yaitu manusia singa yang membawa ular tersebar ke seluruh penjuru ruangan membuat siapapun akan mengerti pentingnya simbol itu.  bangsawan dan panglima Yagonia duduk khidmat menunggu prosesi berlangsung, para penduduk sipil hanya boleh menunggu dan melihat dari luar melalui kaca-kaca selokan yang ada di setiap sudut ruangan. Kaca itu memang sengaja ditempatkan disitu agar para warga bisa melihat namun tidak mengganggu proses kekhidmatan prosesi yang sedang berlangsung.  Gavin melihat Baroth, dan Neville duduk berdampingan. Baroth seperti biasa memasang wajah serius dan membawa pedang yang ia taruh di kursi sampingnya. Gavin percaya bahwa dia mungkin juga membawa pedang kemanapun bahkan saat ia mandi. Sementara itu Neville sedari tadi menyilangkan kaki dan tangannya sesekali menghentakkannya ke tanah dengan ritem yang sangat cepat dan menggigit kukunya, ia sangat peduli dengan acara ini dan khawatir apabila akan gagal dan tidak sesuai harapannya. Tetapi tidak dengan Gavin, ia tidak terlalu peduli dengan acara ini. Ia hanya melakukannya karena itu harus. Ia Namun yang baru adalah dia melihat Rhianna yang juga duduk disamping Baroth. Tubuh Rhianna tampak penuh dengan lebam dan luka di sekujur badannya. Ia sepertinya memaksakan diri hadir ke acara ini. Gavin mengesalkan tindakan Rhianna, ia lebih suka melihat Rhianna berbaring beristirahat bersama para tabib ketimbang melihat prosesi bodoh seperti ini.  Selesai melihat suasana, Gavin akhirnya membuka peti yang ada di hadapannya itu. Tutup peti kayu yang besar itu sangatlah berat, butuh tenaga ekstra untuk membukanya apalagi dengan tenaga anak berusia 12 tahun. Sampai akhirnya peti itu terbuka perlahan-lahan dan menyingkap sebuah tubuh yang lebih besar dari tubuhnya terbaring di peti. Gavin melihat tubuh itu nampak sangat gagah. Ia memakai armor khas kerajaan Yagonia dengan aksen merah dan hitam yang mengkilap. Saking bagusnya armor itu tidak ada lecet atau karat sedikitpun bertengger di luarnya. Gavin menduga bahwa armor itu belum pernah dipakai untuk berperang namun hanya untuk acara seremonial saja.  Berbeda sekali dengan armor yang ia pakai saat ini. Armor yang ia pakai lengkap dengan jubah hitam yang ia kenakan sangat berat dan terlalu besar untuk ia kenakan. Sebelumnya Gavin dan Neville berdebat tentang armor yang ia kenakan. Gavin ingin armor yang cocok dengan ukuran tubuhnya namun Neville menolak karena tidak ada waktu untuk melakukan itu. Ia terpaksa harus menyuruh Gavin mengenakan armor yang dikenakan ayahnya saat masih berumur 17 tahun. Dan karena tidak ada pilihan lain Gavin terpaksa harus tetap mengenakannya Tangan dari tubuh itu menggenggam sebuah pedang yang sangat cantik. Di bagian tengah batang silang pedang itu ada sebuah lambang singa terukir dengan berlian menyilaukan siapapun yang memandangnya. Bagian bilahnya yang besar dan tajam dihiasi oleh serbuk-serbuk butiran zamrud dan kecubung. Jika diangkat di atas cahaya akan mengeluarkan kerlip warna-warni di sepanjang bilah itu. Mungkin memang terlihat terlalu indah untuk sebuah pedang. Namun di ujung kanan pedang tersebut ada sejumput merah darah tersisa. Darah itu tidak dapat dilihat dari jarak yang menengah. Hanya orang yang mendekatinya dengan sangat saja yang akan memperhatikan itu. Gavin yang kaget melihat itu enggan berspekulasi, ia merasa ini bukan saat yang tepat. Dan akhirnya Gavin melihat wajah dari tubuh sang mayat. Seperti yang ia duga sebelumnya, itu adalah tubuh dari ayahnya sendiri, mayat Raja Galliard. Di kepalanya tampak mengenakan mahkota yang ia kenakan saat masih berkuasa. Gavin mengartikan wajah Raja Galliard sedang tersenyum puas walaupun sebenarnya ia hanya memasang ekspresi datar layaknya orang mati kebanyakan. Sadar kalau itu wajah sang ayah Gavin tak dapat lagi membendung haru di wajahnya Setelah mendengar berita bahwa sang ayah telah meninggal kemarin, Gavin menangis tersedu-sedu sepanjang hari. Lap yang diberikan Neville untuk mengusap air matanya basah seperti terkena siraman air sungai. Ia tidak mengira sang ayah akan meninggalkannya secepat itu. Gavin sekarang hanya tinggal sendirian. Tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa saudara, sebatang kara. Ia menangis sambil memikirkan masa depannya di kastil kamarnya saat itu yang terlalu bagus apabila disebut kamar kerajaan. Ia merasa tak siap menghadapi segala keadaannya saat ini Isakan Gavin terdengar oleh seluruh hadirin yang datang di prosesi itu walaupun. Mereka semua merasa bersimpati dengan Sang Pangeran. Salah satu bangsawan yang duduk di pojokan ikut terharu dengan kejadian ini. Dia ikut meneteskan air mata dan mengusap tangannya dengan lap sarung tangan mewah.  Gavin yang masih terisak mengangkat tangan Raja Galliard dan mengecupnya. Tangannya terasa sangat dingin dan kaku seperti membeku oleh sihir. Gavin yang sedari tadi berjongkok akhirnya berdiri. Ia mengambil pedang yang dipegang Raja Galliard dengan erat dan menariknya sekuat tenaga. Gavin tak mengira untuk menarik pedang yang dibawa oleh mendiang ayahnya akan terasa sangat berat. Ia membutuhkan tenaga lebih keras hanya untuk menarik pedang itu dari sang ayah. Dan akhirnya ia berhasil menarik pedang itu menggenggam gagang besinya yang juga sangat berat dan kuat. Ia melihat pedang itu dengan menyentuh bilah yang tajam perlahan-lahan. Ia mencoba menahan kembali emosinya agar tetap tenang. Gavin mengangkat pedang itu ke atas kepalanya. Pedang itu bersinar terkena cahaya matahari yang ada di atasnya membuat serpihan batu yang ada di sepanjang bilah bersinar dengan terang seperti kerlipan cahaya bintang di malam hari. Pipinya yang masih basah terkena air matanya sendiri juga mengering. Para prajurit dan bangsawan yang sedari tadi duduk saja kemudian berdiri dan membungkukkan tubuh mereka ke arah Gavin memberi penghormatan. Rhianna yang masih cedera hanya mencoba menghadapkan kepalanya ke bawah. Para prajurit Yagonia lengkap dengan armor mereka mulai berlari menuju hadapan Gavin dan berbaris dengan rapi. Mereka masing-masing juga mengangkat pedang ke langit-langit mengikuti pose yang dilakukan Gavin. Para penonton yang mengintip di samping sudut-sudut ruangan tersentuh dan kagum dengan aksi yang mereka lihat. Entah kenapa melihat hal itu membuat pandangan mereka terhadap Gavin yang mereka anggap sebelumnya hanya sebagai pangeran cengeng terlihat gagah dan bijaksana saat itu Kemudian dengan lantang dan suara yang sangat keras Gavin berseru “Namaku Gavin Osteriz bersumpah atas nama ayah dan Kakekku kan menyembah dewa matahari dan angin untuk melayani Kerajaan Yagonia. Demi nama semua raja dan keturunanku kelak. Ingat dan camkanlah hari ini sebagai hari yang haru dan bahagia. Masa kerajaan Galliardon telah berakhir. Dan sekarang aku akan memerintah dan membimbing masa Gavinion ini dengan bijaksana. Atas nama dewa matahari yang memberikan berkah, aku bersumpah akan membuat Yagonia Makmur dan berjaya. Para el sol!”  Semua hadirin yang hadir ikut berseru dan berteriak “Para el Sol!” berkali-kali hingga menggema ke seluruh isi ruangan menggetarkan jendela-jendela kaca membuat cahaya yang datang dari sana ikut bergetar.. Gavin yang berteriak melihat Neville yang ikut berteriak. Namun ekspresi khawatirnya berubah dengan wajah yang tersenyum berseri-seri. Ini semua belum berakhir, ini hanyalah permulaan. Mulai sekarang ini adalah saat bagi mereka memimpin kerajaan dengan makmur. Terlebih bagi Gavin yang hendak memulai semua ini. Bukan Gavin, lebih tepatnya, Raja Gavin ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN