7. Hari Pertama

1548 Kata
"Kerajaan Yagonia merupakan kerajaan dengan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional. Raja tidak sepenuhnya diberikan keputusan dalam membuat maklumat, harus ada persetujuan dari pihak senat yang dalam hal ini adalah bangsawan. Walaupun begitu, Raja juga memiliki hak untuk mengeluarkan keputusan sepihak dengan tetapi harus mempunyai alasan yang logis dibalik tindakannya tersebut. Dalam prosesnya, anggota senat bisa saja diturunkan dalam jabatannya apabila lalai dalam menjalankan tugasnya. Namun, proses pencopotan jabatan hanya bisa dilakukan oleh Raja bukan orang lain, hal ini membuat Raja memiliki pengaruh setingkat lebih tinggi daripada senat biasa. Berbanding terbalik dengan senat yang –“ Ucap Pak Alfred. Ia sedari tadi berbicara menjelaskan panjang lebar tentang monarki dan aturan-aturan di dalamnya. Pak Alfred memang orang yang paling cocok dalam mengajari monarki dan hal-hal yang berbau tentang aturan kerajaan. Secara dia memiliki pengetahuan yang luas dan berpengalaman di bidang itu Gavin hanya duduk melamun sambil menatap kancing menggantung tak masuk ke lubangnya di jas kemeja Putih Pak Alfred. Penampilannya berbeda ketimbang penampilan yang biasa dipakai di kelas biasa. Sepatu bootsnya juga nampak lebih mengkilap ketimbang biasanya. Sesekali ia memegang kerah mencoba melonggarkannya karena terlihat terlalu ketat dan menempel sekali sampai menyentuh jakunnya yang bulat. Nafasnya yang berbau minyak kasturi nampak sekali kalau ia menyembunyikan kebiasaannya meminum alkohol di bar semalam suntuk. Gavin sendiri tidak bisa membayangkan bau macam apa yang dihasilkan dari bau orang seperti itu. Ia tidak pernah menemui orang yang seburuk itu sebelumnya. Semua orang pasti akan mencoba penampilan terbaik mereka di hadapannya, termasuk Pak Alfred Gavin sebenarnya amat sangat bosan mendengar penjelasan Pak Alfred. Selain bertele-tele. Bukan tujuannya untuk sekolah ke Bobshaw apabila mendapat pelajaran seperti ini. Gavin yakin seorang pelayan yang mengabdi kepada kastil selama 50 tahun mungkin akan lebih mengerti tentang monarki ketimbang Pak Alfred yang hanya pernah menjabat sebagai penasihat semasa pemerintahan kakeknya. Pak Alfred juga dipecat sebagai penasihat bukan tanpa alasan. Ia pernah mendengar gosip dari Marioth si Ratu gosip kalau Pak Alfred pernah melakukan eksperimen berbahaya di ruang kamar pribadinya di dalam kastil. Dia mengklaim dengan berkata jika ingin menyembuhkan seseorang dari kutukan maka pencampuran jiwa seseorang dengan kodok Bombina akan membuat orang tersebut kembali normal. Namun yang terjadi malah sebaliknya, ia hampir saja meledakkan sebagian kastil dengan eksperimen itu. Tetapi itu berhasil diselamatkan oleh Neville yang masih menjadi pelayan tingkat tiga Gavin yang mencoba dengan amat serius memperhatikan penjelasan Pak Alfred akhirnya menyerah dan membenturkan wajahnya ke meja seolah-olah tertidur. Ia sudah lelah setelah semua yang ia lalui. Tujuan awal Gavin sekolah di sini hanyalah karena ia ingin mendapatkan teman dan diperlakukan seperti orang biasa pada umumnya. Namun harapan itu semua sepertinya berakhir setelah mengetahui sang ayah meninggal dan seluruh ibukota mengetahui kalau ia sekarang sudah menjadi raja karena acara pelantikan kemarin. Gavin sebenarnya masih menyimpan kesedihan, namun tidak berwujud air mata lagi tetapi hati dan pikiran yang makin lama makin terkuras membuatnya sangat kelelahan “Lihat Pak Alfred. Penjelasan anda membuat Yang Mulia tertidur. Apakah anda mempunyai pembelaan atas yang telah anda lakukan?” Ucap seorang gadis yang suaranya terdengar di samping kanan Gavin “Ya pak. Kami sebagai warga kerajaan Yagonia memutuskan dengan ini anda untuk berhenti bertugas” Ucap seorang bocah laki-laki yang kini suaranya terdengar di samping kiri belakangnya Gavin langsung bangun dan menoleh ke sumber arah suara itu. Di kanan ia melihat Marioth melambaikan tangannya sambil tersenyum terlihat cantik mengenakan Bando hitam merapikan Rambut pirangnya. Sementara di kiri belakangnya ia melihat Gilbart yang juga ikut melambaikan tangan diikuti dengan senyum yang memperlihatkan gigi tanggalnya. “Apa yang kalian berdua lakukan disini? Bukankah ini kelas spesial? Kenapa aku tidak menyadari kehadiran mereka sedari tadi? Apakah kalian membuntutiku dan menyelinap dari belakang. Pak Alfred coba tolong jelaskan ini!” Gavin kebingungan mencoba mencari penjelasan dari Pak Alfred “Apa maksud Anda? Mereka berdua ada disana sedari tadi bahkan sebelum Anda memasuki ruangan ini. Saya justru lebih bingung mereka berdua sudah berisik sejak tadi, namun Anda tak menghiraukan mereka.” Jelas Pak Alfred. Gavin terkejut ia tak percaya bahwa ia tak memerhatikan mereka berdua sejak tadi. Gavin sekali lagi menolak ke arah Marioth “Aku juga heran, apakah yang mulia sedang bersedih hati hingga tidak menghiraukan kami?” Marioth berkata dengan nada sedikit mengejek “Kami juga keluarga bangsawan loh. Penting bagi kami untuk menerima pelajaran monarki. Walaupun tentu saja tidak sepenting anda yang mulia hehe” Gilbart ikut membalas dengan nada mengejek “Apakah tujuan kalian berdua kemari hanya untuk mencemoohku. Jangan panggil aku Tuan atau Yang Mulia, aku jijik mendengar kalian berkata hal itu.” Gavin mengucap mengesalkan tindakan dua bocah itu “Baiklah Rajaku!” Marioth dan Gilbart mengucap dengan suara lantang secara bersamaan dengan diiringi beberapa cekikikan “Sudah kubilang Stop!” ucap Gavin dengan nada yang sangat kesal “Heh kalian sudah jangan ribut. Suara kalian bertiga bisa mengisi seluruh ruangan ini. Walaupun kalian murid spesial bukan berarti kalian bisa bercanda semau kalian di sini. Jika kalian tidak tenang maka aku tidak akan melanjutkan kelas ini dan kalian tidak akan keluar dari kelas ini” ucap Pak Alfred. Menenangkan anak berusia 12 tahun memang kadang-kadang merepotkan walaupun memiliki pengalaman yang banyak sekalipun Marioth dan Gilbart akhirnya diam walaupun mereka mencoba menutupi mulut mereka yang meringis dengan tangan mungil mereka. Sementara itu Gavin masih kesal dengan perbuatan mereka berdua memasang muka masam dan cemberut “Baiklah aku akan memulai lagi. Dulu kerajaan Yagonia merupakan kerajaan dengan sistem monarki absolut. Dan sistem senat belum diperlakukan saat itu walaupun bangsawan masih memegang peranan penting dalam pemerintahan. Bangsawan saat itu lebih bertugas sebagai menteri yang melakukan tugas di berbagai bidang seperti pertambangan, perdagangan, pendudukan dan lain-lain. Namun keputusan para bangsawan harus melalui raja terlebih dahulu dan tidak boleh mengambil tindakan secara sepihak. Siapa pun yang melakukan kesalahan fatal seperti itu akan dicopot jabatannya dan diganti dengan orang lain. Tapi Raja tidak mungkin bisa melihat segala sesuatu dengan bijak, pasti ada keputusan yang ia buat menjadi lalai dan merusak tatanan yang ia sendiri coba bangun. Dan itulah yang terjadi sekitar 300 tahun lalu yang mengakibatkan Indominus War” ucap pak Alfred kembali menjelaskan “Wah Indominus War, kakekku juga pernah menceritakan itu. Saking besarnya Indominus War menyebabkan pecahnya tiga ras yaitu kita manusia, penyihir, dan juga barbarian kan Pak” tanya Gilbart penuh dengan semangat. Gilbart sendiri adalah penyuka sejarah, terutama yang melibatkan perang. Karena ia merasa banyak orang hebat yang terlahir dari kisah perang. Gavin yang awalnya hanya biasa saja mendengar itu ikut tertarik karena melihat antusiasme dari Gilbart “Ya benar. Perang itu lah yang menyebabkan batas-batas Kerajaan kita menjadi seperti sekarang. Seperti yang kalian tahu batas utara dan selatan dari kerajaan kita bukanlah kerajaan lain, melainkan tanah kosong yang tak memiliki tuan. Dua tanah itu sekarang menjadi tanah yang bebas tanpa aturan menyebabkan para bandit sering sekali berkeliaran di area itu. Hubungan kita dengan negara tetangga juga tidak bisa menjadi baik karena mereka terlalu takut melewati dua tanah itu yang sekarang disebut dengan Barba land dan Spectre Vale.” Jelas Pak Alfred “Kenapa dua tempat itu memiliki dua nama yang berbeda pak? Bukankah itu tanah tanpa tuan?” Marioth yang sedari tadi memperhatikan akhirnya ikut penasaran dan mencoba bertanya “Ya dan kenapa kerajaan kita tak mencoba merebut kembali dua tanah itu?” Gavin juga ikut bertanya “Seperti yang kalian tahu. Walaupun dua tanah itu tak dimiliki oleh kerajaan manapun namun sebenarnya mereka memiliki 2 karakteristik yang berbeda. Barba Land yang berada di utara dan berbatasan langsung dengan kerajaan Hacusha yang terkenal oleh alam rimba dan Hewan buas raksasanya merupakan tanah yang dihuni oleh jutaan bandit liar yang kejam. Mengunjungi tanah itu tanpa pengawalan sama saja dengan mati. Banyak dari Bandit itu bergerombol dan membentuk kelompok, saling kelompok bandit itu sendiri seringkali bertikai satu sama lain dan menyebabkan kekacauan dahsyat. Tak heran jika banyak sekali kalian akan menemukan hutan terbakar, tanah tandus, atau hewan-hewan liar yang berkeliaran mencari mayat. Benar-benar seperti neraka” jelas Pak Alfred “Lalu bagaimana dengan Spectre Vale? Apakah benar itu banyak diisi oleh hantu-hantu yang mengerikan dan makhluk dari dimensi lain” tanya Gilbart sekali lagi “Ya, tentang Spectre Vale dan mengapa kita tidak merebut kembali kedua tanah itu akan menjadi pekerjaan rumah kalian. Aku berharap kalian bisa menjelaskan jawaban kedua pertanyaan itu kepadaku minggu depan kepadaku. Sekarang waktunya kalian istirahat dan silahkan makan siang. Aku pamit dulu” Pak Alfred dengan tenangnya enggan memberikan jawaban dan pergi keluar ruangan begitu saja Gavin, Marioth, dan Gilbart tentu saja kesal mendengar itu. Rasa keingintahuan mereka sudah di pucuk “Ah padahal sedikit lagi” ucap Gavin dengan rasa kesal “Ya aku juga ingin tahu. Kakekku hanya menceritakan separuh dari cerita itu saja sebelum akhirnya dia meninggal” ucap Gilbart. Mendengar kata ‘meninggal’, Gavin langsung teringat dengan sosok sang ayah. Waktu masih hidup ia sering kali bercerita tentang petualangannya saat masih muda. Ia sangat senang mendengar cerita-cerita itu karena selain seru juga ia dapat mengetahui kisah keberanian dari ayahnya. “Yang mulia kau tak apa” Marioth berkata sambil memegang pundaknya menyadari Gavin yang tiba-tiba merenung dalam diam “Sudah kubilang panggil aku Gavin! Dan aku tidak apa-apa jangan khawatir” Gavin berteriak dan mencoba membuat Marioth atau Gilbart tidak Khawatir. Mereka berdua tersenyum lega melihat Sang Raja tidak apa-apa “Hehe Baiklah Gavin. Sekarang ayo kita makan siang.” Ucap Gilbart sambil menariknya keluar ruangan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN