20. Rundingan Pertama

1741 Kata
Gavin berjalan dengan baju kerajaannya yang berat. Dia memakai jubah berwarna zamrud di pundaknya. Awalnya ia menolak, karena ia merasa tidak pantas mengenakan itu, namun waktu sekarang adalah waktu yang tepat. Ia akan menghadiri rapat dengan para bangsawan Yagonia. Bagaimana jadinya jika ia menampilkan penampilan terburuknya di hadapan para orang penting itu? Sejak malam kemarin, Gavin terus berdiskusi bersama Neville. Ia cemas kalau ia tak bisa berkata dan bertutur dengan baik. Neville yang menyadari itu mengajari Gavin beberapa tata cara yang sopan dalam menyambut para Lords, meskipun begitu, Neville lebih menyarankannya untuk menjadi dirinya sendiri nanti. Sebab dia adalah Sang Raja, mereka yang harus bersikap sopan kepada dia, bukan sebaliknya Sementara itu Neville yang berjalan di sampingnya mengenakan jas serba hitam dengan dasi yang terlilit rapi. Badannya yang proporsional sangatlah cocok mengenakan itu. Mungkin apabila ada wanita yang melihatnya saat ini, mereka akan langsung jatuh cinta kepadanya. Dagunya yang sempurna dan hidung mancung memang menjadi idaman kaum hawa. Sejak lahir, Gavin sudah mengenal Neville, namun tidak ada tanda-tanda bahwa dia menyukai seseorang atau sedang dalam hubungan percintaan. Entah karena tidak ada yang dia cintai atau dia memang terlalu fokus mengurusi keRajaan. Gavin tidak pernah berani bertanya soal itu kepadanya, karena dia sendiri merasa permasalahan itu sangatlah tidak penting “Apakah Anda ingat pesanku kemarin” Kata Neville menoleh ke kanan ke arah Gavin yang memandang lurus ke depan bermuka tegang “Ya, aku akan menunggu mereka mengucapkan salam padaku lalu aku yang akan membalasnya. Tapi kau harus memperkenalkan mereka padaku dulu, Ingat!” ketus Gavin menyembunyikan rasa gugup di dirinya Akhirnya mereka berdua tiba di ruangan tempat rapat berlangsung, saat Neville hendak membuka pintu, tapi dari dalam seorang pelayan wanita cantik membukakannya. Mungkin pelayan itu sadar dengan langkah kaki seseorang yang mendekat dan secara tidak sadar membukanya. Pelayan-pelayan yang ada di istana memanglah sangat hebat. Cara mereka untuk menjadi pegawai juga tidak mudah. Mereka harus mengikuti kursus pelayanan selama berbulan-bulan lamanya di daerah terpencil. Selama berbulan-bulan itu juga mereka belum tentu diterima menjadi pelayan keRajaan. Apabila mereka melakukan kinerja yang tidak baik sekali saja mereka bisa langsung dipecat oleh kepala pelayan. Meskipun menjadi Raja, bukan kewajiban Gavin untuk mengelola mereka sesuka hati. Pekerjaan remeh seperti memang sudah sepantasnya dikerjakan orang lain.  Namun tidak sia-sia, pelayan-pelayan yang sudah dikarantina untuk dilatih itu apabila memang gagal untuk menjadi pelayan keRajaan, mereka bisa bekerja menjadi pelayan di tempat lain seperti mansion-mansion para bangsawan atau gubernur di kota lain berbekal ilmu yang sudah mereka punya. Tetapi bekerja menjadi pelayan kerajaan adalah impian seluruh orang yang menjadi pelayan di Yagonia  mereka sudah pastinya tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang tak mudah didapat oleh orang lain begitu saja “Terima kasih” Neville menyapa pelayan yang memegang gagang pintu itu, Gavin yang berada di belakang menyuruh Neville untuk masuk terlebih dahulu, ia malu bila harus berhadapan dengan orang-orang penting yang tidak ia kenal sebelumnya. Bukan sepenuhnya tidak kenal sih, dia pernah melihat beberapa wajah dari mereka namun tidak benar-benar mengenalnya Waktu kecil, saat Gavin berada di lorong mengintip ayahnya yang sedang melakukan rapat. Mereka keluar dari ruangan karena rapat sudah selesai. Mereka menemui Gavin saat ada di lorong. beberapa dari mereka memandang Gavin dengan mata yang sinis dan bengis. Hal itu membuat Gavin tentu saja takut, ia tidak berbuat apa-apa namun mendapatkan tatapan seperti itu, ia lupa siapa tepatnya orang yang memandangnya tetapi hal itu sangat membekas di otak Gavin membuatnya sedikit trauma. Beberapa juga memandangnya dengan tatapan halus dan tulus layaknya memandang anak kecil imut pada umumnya. Gavin juga tidak nyaman merasakan hal itu. Akhirnya Neville masuk terlebih dahulu di depan Gavin. Ia melihat para bangsawan sudah duduk lengkap di kursi mereka masing-masing. Suasana yang sebelumnya gaduh karena mereka berbicara sendiri-sendiri tiba-tiba berubah menjadi hening menyadari kedatangan Sang Raja mereka. Gelas-gelas botol yang ada di depan mereka juga sedikit menggambarkan perilaku mereka, beberapa botol ada yang sudah habis menyisakan beberapa tetes anggur untuk diteguk. Beberapa darinya juga ada yang masih penuh tak diminum. Pelayan-pelayan yang sebelumnya mondar-mandir mencoba membersihkan bagian-bagian ruangan yang sekiranya kotor dan melayani menghidangkan para bangsawan dengan minuman dan makanan untuk disajikan di atas meja juga berdiri diam menunduk. Bahkan ada salah satu yang terlihat sedikit ceroboh dengan hampir saja tersandung karena berjalan cepat menggunakan sepatu berhak tinggi mereka.  “Beri Hormat kepada Raja Gavin! Hidup Raja Gavin!” Teriak seseorang berotot dengan mengenakan rompi berwarna ungu berdiri menyuruh para bangsawan yang lain untuk menghormat “Hidup” para bansgsawan lain ikut berdiri dan mengangkat gelas mereka masing-masing ke atas. Bangsawan yang isi anggurnya masih penuh tak sengaja menumpahkan beberapa teres anggurnya kemeja m*****i meja yang dilapisi kain berwarna putih itu. Mereka semua melihat apa yang sudah dilakukan bangsawan itu dengan ekspresi datar. Sementara dia hanya mengangguk malu mencoba membersihkannya dengan baju jasnya berwarna merah, sama dengan warna anggur “Duduk” ucap Gavin menyuruh mereka kembali ke kursinya “Baiklah, karena Raja sudah datang, alangkah baiknya bila aku akan segera memulai rapat hari ini. Tapi sebelum itu karena ini rapat pertama kali yang dihadiri Raja Gavin, aku akan memperkenalkannya terlebih dahulu kepada kalian” walaupun terlihat tenang, Gavin sebenarnya masih tampak gugup. Dia mulai pintar menyembunyikan perasaannya “Aku mulai dari yang paling dekat. Disini ada Lord  Cordigo, Selaku pengurus ekonomi dan keuangan keRajaan kita.” Tunjuk Neville pria paruh baya berjenggot hitam itu. Dilihat dari sekilas Gavin merasa pria itu sepertinya adalah orang yang baik karena ornamen burung dan anjing di jubah yang ia pakai. Lord Balan membalas ucapan Neville dengan menundukkan badannya ke arah Gavin “Sementara di sebelah kirinya ada Lord Kurt Candela, dia adalah ahli monarki sekaligus orang yang menyetujui Anda menjadi Raja Yagonia, Tuan Gavin” Neville menujuk orang dengan kumis tipis mewarnai wajahnya “Perlu aku ucapkan Neville bahwa aku adalah salah satu orang yang menyetujui Anda Yang Mulia. Kami semua disini mendukung Anda sepenuh hati Yang Mulia Gavin, aku tidak ingin Anda menganggap kami semua disini memiliki niat membelot Anda Yang Mulia Gavin, bukankah begitu Lord Jack?” Lord Kurt menimpali ke seseorang yang ada di hadapannya “Ahh kalau begitu sekalian, di depan Lord Kurt adalah Lord  Villeno selaku ahli pemasyarakatan disini” tunjuk Neville pria dengan rambut pirang yang gondrong menatap sinis ke arah Gavin tanpa mengucapkan apa-apa. Gavin mengenali tatapan itu, itu adalah mata yang ia pernah lihat bertahun-tahun lalu. Memandang dengan sinis dan k**i. Gavin akhirnya mengetahui maksud dari candaan Lord Kurt sebelumnya, namun ia tidak tahu harus tertawa atau takut terhadapnya “Seperti yang aku duga. Oke selanjutnya adalah Lord Romano, dia adalah ahli intelegensi kerajaan ini. Tanpa banTuannya mungkin banyak serangan yang tidak mampu kita hadapi dari dalam maupun luar” Neville menunjuk pria penuh otot itu dengan muka tersenyum lebar menampilkan gigi-giginya yang rapi dan teratur “Salam kenal Yang Mulia, apakah wajahku mengingatkan Anda tentang seseorang?” Gavin mencoba mengingat-ingat. Ia tidak pernah bertemu pria itu sebelumnya. Melihatnya pun baru kali ini. Ia kebingungan, jika ia berkata tidak pernah ia mungkin akan dijuluki Raja yang sombong. Akhirnya Gavin hanya tersenyum tak mengatakan hal apapun kepadanya “Aku rasa memang dia lebih mirip ibunya daripada aku. Aku adalah ayah dari Gilbart anak yang pernah sekelas dengan Anda yang mulia” Gavin menyadari sesuatu, Ia mengingat dengan jelas asal kulit gelap itu darimana. Tak disangka ayah bangsawan yang dimaksud Gilbart adalah seorang Lord. Ia senang dan berkata kalau ia mengenalnya. Gavin pun tertawa dan merasa malu karena tidak cukup cermat mengenalinya. Karena dilihat secara sekilas, penampilan mereka cukup berbeda. Lord Romano yang memiliki tubuh sangat besar dan berotot terlihat sangat berbeda dengan Gilbart yang ia kenal. Namun sebelum-sebelumnya Gilbart selalu mengeluh capek saat belajar di kelas, dia menolak memberitahu alasannya. Gavin merasa Lord Romano tidak sekejam itu menyiksa anaknya sendiri “Oke, aku rasa cukup untuk reuniannya. Sekarang aku perkenalkan pada Anda salah satu wanita yang duduk di kursi ini yang menjadi ahli tenaga kerja, Lady Clay Ovillo” wanita muda itu nampak cantik dengan balutan gaun perak menyelimuti tubuhnya. Dia memegang gelas anggur setengah bersih bersiap meminumnya lagi menunggu Neville untuk memperkenalkan dirinya sendiri “Apakah kau menganggapku spesial karena aku wanita di sini?” belum apa-apa, wanita itu malah menjawabnya dengan judes. Tatapannya tajam melirik Neville seraya akhirnya meneguk anggurnya hingga habis “Tidak bukan begitu, lupakan, Selanjutnya adalah wanita selanjutnya yang juga sebagai ahli tanah di Yagonia, Lady Bienne Imita” Neville menunjuk wanita paruh baya dengan rambut yang sedikit menguban dan tubuh bongsornya. Wanita itu tersenyum menatap manis ke arah Gavin sambil menundukkan badannya.  “Ahli tanah? Apa itu” Tanya Gavin kebingungan. Ia baru pertama kali mendengar istilah itu Saat Neville mencoba menjawab pertanyaan Rajanya, Bienne menyela mengangkat tangannya mencoba menjelaskannya sendiri kepada Gavin. “Begini Yang Mulia. Di keRajaan kita meskipun memiliki tanah yang luas dibandingkan keRajaan lain. Perlu ada seseorang yang mengurus semua tanah itu agar tepat guna. Namun bukan berarti aku berhak mengatur dan memiliki semua Tanah yang ada di Yagonia. Peranku hanyalah menjadi penasehat dan pemberi izin bagi setiap individu yang ingin menggunakan tanah mereka sebaik mungkin. Itu penjelasan paling singkat yang bisa aku jelaskan Yang Mulia, sebenarnya tidak sesederhana itu, jika anda menginginkan aku untuk menjelaskannya lagi, saya bersedia Yang—“ Sebelum Lady Bienne menyelesaikan omongannya. Gavin menyelanya menyuruhnya berhenti. Informasi yang terlalu banyak tidak bisa ia terima begitu saja secara langsung “Oke, selanjutnya adalah Lord Vaporio Andori selaku ahli pengetahuan disini” lelaki itu terlihat pendiam dibandingkan yang lain. Botol anggurnya terlihat masih penuh tak diminum sama sekali. Dia juga orang yang sempat menumpahkan anggurnya ke atas meja. Sesekali ia mencoba merapikan rambutnya yang sebenarnya terlihat rapi-rapi saja. Tapi dia sepertinya tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri saat ini “Jika anda memiliki hal yang ingin anda tanyakan kepada saya. Saya bersedia menjawabnya yang mulia. Apa pun itu bila saya mampu” pria yang terlihat paling muda dan paling tampan dibanding yang lain di ruangan ini berkata dengan muka menunduk memberi hormat Rajanya. Gabin memiliki kesan yang baik dengan pria itu, mereka memiliki kesamaan yang membuatnya menyukainya. Mereka sama-sama terlihat ceroboh “Dan yang terakhir adalah Lord Augusta Camry. Anda bisa melihat sendiri ahli apa dia” Pria itu memiliki penampilan paling lusuh dan heboh diantara yang lain. Dia memakai jas tapi juga memakai celemek yang membawa beberapa peralatan menempa dan ramuan-ramuan beraroma aneh. Mukanya yang tertutup oleh Jenggot dan memakai kacamata hitam tidak jelas apakah dia sedang tertidur atau sadar kali ini mengingat dia tidak bereaksi apa-apa semenjak tadi. Gavin menebak bahwa dia pasti ahli alkimia
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN