“Apa yang harus kita lakukan Neville? Baroth sedang berada dalam bahaya!” Gavin merasa khawatir. Walaupun Baroth adalah pengawalnya, ia merasa mempunyai tanggung jawab untuk menjaganya.
“Ini sedikit berada di luar rencana Tuan. Tenang saja, aku pasti bisa mencarikan solusinya” Neville mencoba menenangkan Gavin. Sebagai pelayan dan penasihat setianya, sudah menjadi tugasnya untuk membuat rajanya tenang. Gavin mencoba menengok ke jendela, mengintip apakah Aalina sudah benar-benar pergi meninggalkan mereka.
Karena mereka berada di gubuk lantai satu. Para penjaga yang sebelumnya mengawasi mereka pergi ke lantai atas untuk beristirahat, mereka beralasan bahwa ingin pergi beristirahat terlebih dahulu dan mencoba mencari makan di luar. Sementara di lantai dua, hanya ada setumpuk jerami dan barang-barang sembako lainnya. Neville merasa tempat yang mereka tinggali saat ini adalah semacam gudang. Terbukti dengan minimnya perabotan yang ada di sekitar mereka.
“Apakah mereka sudah mengetahui kalau kita menyamar?” Tanya Gavin yang khawatir. Neville hanya diam, dia juga tidak tahu kondisinya sekarang. Satu-satunya jalan paling aman saat ini adalah mengikuti Aalina kemanapun dia hendak mengantar mereka. Neville juga akan selalu siapa siaga bila itu semua memang adalah jebakan
“Anda masih ingat tentang latihan yang kemarin kita lakukan bukan” Tanya Neville sambil memegang pundak Gavin dengan penuh harap. “Ya, aku rasa. Apakah kita akan segera menggunakannya?” Gavin sebenarnya tidak ingin melakukan sihir, itu membuatnya merasa menjadi orang yang payah karena memang dia lebih sering menggunakan sihir dengan kekuatan lemah. Kecuali saat latihan kemarin, ia menganggapnya itu hanyalah sebuah kebetulan.
“Aku sendiri tidak tahu, namun kita harus tetap siap siaga, ikuti perintahku dan jangan pernah melakukan tindakan di luar pengawasanku, Anda paham Tuan?” Gavin hanya menjawabnya dengan anggukan pelan, merasa tak yakin. Neville sepertinya cukup mudah untuk dilakukan, namun entah Gavin akan bisa melakukannya dengan lancar atau tidak. Mengingat ia memang sering kali ingkar dan bertindak seenaknya sendiri. “Baiklah, sekarang kita akan mengambil tas yang kita bawa dari kastil.”
“Apakah kau tahu dimana tas kita berada” Tanya Gavin, Neville langsung saja menampar mukanya sendiri, ia benar-benar lupa soal itu. Saat dia diantar kemari, barang-barang yang ada di kereta sudah terbakar habis, hanya menyisakan tas ransel yang dibawa Gavin. Saat ditemukan warga Izia, tas ransel itu dibawa oleh salah satu prajurit, namun entah prajurit yang mana. Akan sangat berbahaya jika Neville bertanya terang-terangan kepada Aalina atau salah satu orang di desa untuk mengambil tas ranselnya. Banyak benda-benda pribadi milik Gavin yang bisa membuat identitas mereka sebagai orang dari kerajaan Yagonia terbongkar
“Maaf Tuan, aku lupa mengatakan soal itu. Aku akan mencoba bertanya kepada Aalina di mana letak tas Anda berada.” Tidak ada pilihan lain, Neville akan mencoba berdalih dan tidak mengatakan hal yang sesungguhnya untuk mencari keberadaan tas itu. Neville sebenarnya bukan orang yang puntar mengelabui seseorang, namun kemampuannya untuk membuat lawan bicaranya kagum kepadanya mempunyai nilai tambah tersendiri
Gavin pun setuju dengan tindakan yang hendak dilakukan Neville. Mereka pun akhirnya bergegas keluar dari gubuk tua itu, menemui Aalina yang menunggu mereka di luar
Tak disangka-sangka, penjaga yang sebelumnya menjaga Gavin dan Neville dari dalam sekarang menunggu mereka di samping pintu gubuk. Entah itu semacam trik atau strategi mereka, namun Neville takut bila pembicaraan dua orang penting Yagonia itu diketahui oleh para prajurit Izia. Neville yang sedang keluar dari pintu gubuk itu menundukkan kepalanya memberikan salam hormat kepada mereka. Mereka hanya membalasnya dengan senyum. Entah senyum palsu, senyum hinaan, atau senyum kebahagiaan karena mereka mengetahui rahasia mereka
Gavin yang melihat Neville menundukkan kepalanya ikut-ikutan. Gavin tidak tahu apa maksud senyum kedua prajurit tadi. Ia pun membalasnya dengan senyum manis kebingungan
Di depan, terlihat Aalina berdiri menunggu mereka. Berada di bawah sinar matahari membuat Gavin dan Neville terperangah dengan kecantikan Aalina. Entah itu memang ciri khas suku Izia atau apa, tetapi walau sering sekali berada di bawah terik matahari. Tubuh mereka tidak berubah menjadi coklat atau bahkan kehitaman. Kulit mereka yang sedari lahir putih membuat mereka memiliki ciri khas tersendiri.
“Apa anakmu sekarang benar-benar sehat? Kau tidak perlu memaksanya ikut dengan kita jika itu membuatnya terganggu. Biar para penjaga menemani mereka di dalam gubuk sedangkan kau dan aku bisa cepat sampai ke tempat tujuan” kata Aalina khawatir berjalan mendekati Neville dan Gavin sementara merek berdua juga berjalan menghampirinya. “Aku rasa dia sudah merasa sehat. Sepertinya ramuan yang diberikan Tetua Drehalna cukup manjur, benar kan Nak?” Neville menatap Gavin mengisyaratkan menyuruhnya mengangguk. Gavin yang terdiam bingung karena Neville tidak mengatakan apa-apa terus saja memandang Neville tak mengerti apa yang harus ia lakukan
“Baiklah kalau begitu. Ayo kita bergegas, aku merasa bertanggung-jawab atas apa yang terjadi kepada pengawalmu. Sebagian dari ini adalah salahku karena menyuruh para penjaga mengantarnya ke utara” Aalina memalingkan badannya bersiap-siap berjalan menuju tempat yang mereka tuju
“Ehmm... Tapi Nona, sepertinya ada suatu masalah” mendengar itu, Aalina memalingkan wajahnya kembali menatap wajah Neville. “Saat aku kemari, kalau tidak salah ada barang kami yang tersisa, anakku membutuhkannya karena disana ada barang yang ia perlukan. Bisakah kami mengambilmya terlebih dahulu” Neville berusaha menyimpan informasi sesedikit mungkin. Jika ia ketahuan berkata hal yang tidak perlu, ada sekian persen kemungkinan Aalina akan mengetahui penyamarannya. karena Neville juga tahu, Aalina buka orang yang patut untuk diremehkan.
Walaupun tidak mengorek semua isinya, Neville mengetahui beberapa barang yang ada di dalam ransel Gavin, salah satunya adalah emblem berlambang singa emas yang menjadi bukti bahwa seseorang itu adalah perwakilan dari kerajaan. Setiap bangsawan memiliki emblem itu, namun tentu saja dengan beberapa detil yang berbeda. Emblem emas berwarna merah menjadi simbol bahwa orang itu adalah seorang pengantar pesan yang disetujui oleh seorang bangsawan. Emblem emas berwarna perak berarti orang itu adalah prajurit berpangkat tinggi yang sudah sah diutus kerajaan dalam melakukan sesuatu. Emblem emas berwarna biru berarti emblem itu adalah emblem eksklusif yang dimiliki para bangsawan kerajaan.
Sementara Emblem dengan pangkat tertinggi adalah Emblem emas berwarna hijau, sama dengan aksen kerajaan Yagonia. Emblem itu berarti orang yang memegangnya adalah orang yang memiliki kekuasaan di atas Yagonia. Seorang penguasa takhta wajib membawa itu kemana-mana sebagai penanda bilamana mereka hilang atau terbunuh di tengah pertarungan. Emblem itu memiliki kandungan sihir khusus didalamnya yang membuatnya tidak bisa dicuri oleh sembarang orang. Dalam beberapa waktu, emblem itu akan kembali ke tempat seharusnya bersama pemiliknya. Setiap orang di seluruh Odessa tahu akan fungsi dan emblem itu, tak terkecuali kaum Izia
Awalnya Neville berpikir bahwa membawa emblem itu akan menjadi resiko terbesar mereka. Namun Gavin bersikeras untuk menyuruhnya membawanya karena ia mengira penyamaran yang mereka lakukan tidak akan berlangsung terlalu lama. Hanya beberapa saat untuk bisa mengelabui suku Izia memasuki hutan dengan mudah. Gavin tidak tahu kalau Neville mempunyai rencana yang ia ingin lakukan tanpa memberitahu siapapun.
Aalina menengadah mencoba mengingat-ingat. Aalina tahu tentang ransel itu, namun dia tidak ingst siapa yang membawanya. “Apakah Rory yang membawanya” gumam Aalina
“Heh... Baiklah” Aalina tak yakin dengan tebakannya sendiri “Apa kalian benar-benar yakin, pengawal kalian mungkin sedang berada dalam ambang hidup dan mati saat ini. Apabila kita mengulur-ulur waktu, kita tidak akan tahu bagaimana nasibnya nanti” Salina mencoba memberitahu Neville tentang resiko yang akan mereka lakukan. Namun Neville tak ragu sama sekali, ia sangat yakin Baroth dapat menjaga dirinya sendiri dan tidak akan mati dengan mudah “Kami yakin”
Aalina pun berjalan, sementara Neville dan Gavin mengikutinya dari belakang.
Saat sudah berjalan cukup jauh, Gavin sadar bahwa gubuk itu terletak di sudut desa paling jauh, tak heran sedikit sekali kaum Izia yang mereka lihat dari sana. Mereka pun akhirnya sampai di daerah yang terlihat seperti tengah-tengah Desa Izia. Bangunannya terlihat sangat berbeda dari yang ia lihat dari balik jendela gubuk itu. Apabila tadi ia merasa Kaum Izia adalah kaum dengan peradaban yang kurang maju, pandangan itu berbeda dengan apa yang ia lihat sekarang
Kiri dan kanan ia melihat wanita-wanita berdandan menggunakan pakaian yang sangat cocok dengan fisik mereka. Sementara kebanyakan dari laki-lakinya memiliki tubuh proporsional dengan berotot dan memperlihatkan sebagian perut kotak-kotak mereka. Dari sana saja sudah terlihat kaum Izia memiliki bentuk fisik mendekati sempurna daripada yang Gavin lihat dari kaum-kaum lain seumur hidupnya
Bangunan-bangunannya yang terbuat dari campuran kayu dan besi menjulang megah dan tinggi membuat siapapun yang melihatnya akan terintimidasi. Namun meskipun tinggi, tidak terlihat ada oagar atau kaca yang melindungi mereka, semua balkon yang ada di atas tampak terbuka gampang sekali untuk dimasuki. Gavin merasa memang itu adalah sebagian dari budaya kaum Izia yang terbuka dengan sesamanya
Walaupun berada di tepat tengah-tengah seperti alun-alun. Gavin beberapa kali mendengar suara dentingan palu berbunyi sangat nyaring. Saat menengok ke arah suara dentingan itu. Gavin melihat ada puluhan seorang bapak-bapak pandai besi sedang melakukan kegiatannya. Sementara di sampingnya terlihat wanita entah istri atau anak mereka berdagang menawarkan hasil logam itu. Walau dengan sekilas, Gavin melihat proses pembuatan gemstone yang memang Suku Izia terkenal akan kemampuannya dalam memanipulasinya. Keingintahuan Gavin tidak sengaja membuatnya refleks ingin menghampiri bapak-bapak pandai besi itu, Namun Neville yang menyadari itu menghalangi Gavin berjalan lebih jauh.
Sementara di tengah-tengah kota. Terlihat seorang wanita membawa artefak berbentuk lingkaran. Patung itu sangat tinggi kira-kira seukuran 2 pria dewasa bila mereka saling berpangku. Gavin heran, dia tak pernah melihat patung seperti itu. Secara refleks, ia mencoba menanyakannya kepada Aalina “Ehh... nona, patung apa yang terlihat megah dan besar di tengah-tengah itu, entah kenapa aku merasa familiar namun juga aneh saat melihatnya”
Ucapan Gavin membuat Neville memandang dengan tajam ke arahnya. Gavin merasa ia salah mengucapkan kata-kata. Namun Aalina berbarik mengbadap Gavin, Neville yang takut bila ia menyinggung Aalina malah tersenyum manis sambil mengarahkan mukanya ke arah Gavin
“Tentu, kau mungkin bingung patung apa itu sebenarnya. Sejarah tentang patung ini sebenarnya sangat panjang, namun aku bisa merangkumnya. Patung ini adalah simbol dewi yang kami anut, Dewi Matahari” Gavin bingung, ia pun kembali menanyakan patung itu “Tunggu dulu, bukankah dewa matahari tidak memiliki wujud? Jika dewa yang kau anut memiliki wujud seperti wanita lalu apa bedan—“ Neville menutup mulut Gavin menyelanya, Neville merasa Gavin sudah terlalu banyak ngomong “Maafkan anakku, dia tidak mengerti situasi disini”
Aalina menggeleng-gelengkan kepala dan mengangkat tangannya sambil tersenyum “Tidak apa-apa pertanyaan seperti itu tentu saja perlu dijawab karena akan membuatnya bingung di kemudian hari. Namun maaf Gavin, sepertinya kita tidak ada waktu. Kita bisa membahasnya di lain hari. Oke” Aalina sepertinya adalah tipe orang yang menyukai anak kecil, ia pun menunjukkan jempolnya ke arah Gavin. Gavin sebenarnya belum puas namun ia tidak memiliki pilihan lain. Tiga orang itu kembali melanjutkan perjalanan mereka
“Akhirnya kita sampai” Aalina, Gavin, dan Neville berada di depan bangunan dengan dua lantai terlihat dari luar, banyak orang yang mengantri di pintu masuk. Gavin dan Neville tidak tahu apa yang terjadi, tapi yang pasti muak mereka dalam keadaan cemas dan risau. Ada yang salah dengan Izia