Chapter 34 : Pasien Pertama

1728 Kata
Gavin dan Neville mendekati tempat itu. Ia melihat dari dekat, para kaum Izia yang antri berbondong-bondong itu membawa semacam ransel dengan Gemstone di dalamnya. Entah apa maksudnya, namun muka mereka yang risau memelas seperti mengatakan kalau mereka tidak baik-baik saja.  Gavin melihat di antara antrean itu, ada seorang anak laki-laki sepantaran dengan dirinya. Ia juga menunggu bersama orang-orang lain. Bahkan, saking berdesak-desakannya. Anak itu sering kali berpindah posisi karena pasti ada saja orang yang mencoba menyerobot mendahuluinya Gavin mendekati anak itu, dia bertanya “Ada apa ini?”. Bocah berambut warna hijau dan berpakaian kucel itu diam melihat sekujur penampilan. Dia sadar kalau Gavin bukan orang Izia “Tentu saja aku menunggu ayahku, apalagi yang coba kulakukan” Gavin tidak tahu apa yang terjadi. Ia kembali mencoba bertanya “Lalu mengapa kau membawa gemstone sekarung penuh seperti itu?” bocah itu terdiam menunduk. Ia memeluk kantong yang dia angkat dengan kedua lengannya itu dengan erat-erat. “Tetua Drehalna berkata kalau Gemstone bisa menyembuhkannya. Tetapi karena pekerja yang berada di gua semakin sedikit aku mencoba mengambilnya sendiri” “Hey bocah, apa kau mencoba menyelinap memasuki goa mengambil gemstone itu sendiri?” Sahut seseorang perempuan yang berada di belakangnya sepertinya mendengar pembicaraan antara Gavin dan bocah itu tadi. “Apa urusanmu? Aku tidak peduli jika itu dianggap menyelinap atau tidak. Aku hanya ingin menyelamatkan ayahku!” Bocah itu berbalik marah ke arah wanita itu. Gavin tidak tahu separah apa kondisi ayah yang bocah itu maksud. Namun, sepertinya sangat parah mengingat bocah sepertinya saja nekat menyelinap di dalam gua sendirian “Bukankah menambang gemstone di dalam gua sendirian itu berbahaya? Kau bisa terbunuh bila batuan yang kau ambil merusak dinding-dinding atap gua” Ucap Gavin Khawatir, namun tidak ada cara lain Bocah itu harus tetap menyelamatkan ayahnya bagaimanapun caranya. “Jika itu Ayahku, aku rela melakukan apapun demi menyelamatkannya. Apa kau tidak berpikir demikian?” Gavin kaget, baru kali ini dia mendengar isu soal ayah. Membuatnya teringat kembali, ia merasa sebagai pangeran dan anak satu-satunya dari Raja Galliard sebagai anak yang gagal. Tidak bisa mendampingi ayahnya dalam saat-saat terakhir. Ia berkata pada dirinya sendiri.  Anak macam apa aku? “Oh iya, namaku Fabri, salam kenal” bocah itu mengulurkan tangannya mengajak Gavin berjabat tangan. Gavin ikut membalasnya dan mengulurkan tangannya juga “Aku Gavin, salam kenal juga” Sementara itu, Neville dan Aalina tampak berada di depan pintu, Gavin yang tertinggal karena mengobrol dengan Fabri langsung saja berlari ke arah Neville. Dia menolehkan wajahnya sambil melambaikan tangannya ke Fabri sebagai tanda sampai berjumpa lagi. “Ada apa ini, kenapa sangat ramai?” Gumam Aalina yang berada di dekat Neville sekelebat mendengarnya. Walaupun diam, Neville terus saja mengawasi yang terjadi, namun tidak ada kesimpulan pasti yang bisa dia ambil “Claudia dimana suamimu?” Aalina langsung memasuki bangunan itu menyelip antrian orang-orang yang berada di luar pintu masuk. Neville dan Gavin yang mengikuti Aalina melihat kondisi ruangan yang rampak riuh dan ramai. Banyak orang berlalu lalang membawa benda semacam daun atau ramuan diatas talenan yang mereka bawa berkeliling. Di pinggiran sana juga terlihat orang yang duduk membawa gemstone di tangan mereka. “Keadaannya sangat buruk. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi” seorang wanita keluar dari salah satu bilik dengan mengusap matanya yang berderai air. Sungguh tampak kesedihan yang sangat kentara dari raut mukanya. Wanita itu mencoba terus saja berkata namun dihalangi oleh cekikan tangisannya yang tak bisa ditahan. Aalina yang melihat itu langsung memeluk Claudia dengan erat. Memberikannya bantalan penuh dengan perhatian. Mungkin itu yang diperlukannya saat ini, tempat sandaran. “Maafkan aku Claudia, namun apa yang terjadi dengan Rory? Bukannya dia masih baik-baik saja pagi tadi” Neville dan Gavin kaget, mereka mengira Aalina tahu apa yang sedang terjadi, namun rupanya tidak ada diantara dari mereka tahu apa yang terjadi disini. “Ini terjadi siang tadi” ucap Claudia dengan menarik hidungnya yang tersumbat terlalu banyak menangis. “lebih baik kau melihatnya sendiri” masih dengan raut yang kebingungan. Seketika Aalina menoleh melihat ke sekitar. Ia sadar, tidak biasanya tempat ini menjadi seramai ini. Mereka semua memiliki sedang kesusahan. Suara hiruk pikuk yang ia dengar sejak memasuki tempat ini bukanlah suara biasa. Ini semua suara kepanikan dan ketakutan yang bercampur menjadi satu “Apakah tempat ini selalu seramai ini?” Gavin bertanya kepada Aalina yang ada di depan memunggunginya berjalan. “Tidak tempat ini biasanya hanya digunakan oleh orang tua yang sudah memiliki gejala penyakit penuaan. Mereka biasanya dirawat oleh salah satu tabib yang khusus merawat orang-orang tua dengan penyakit tersebut. Aku membawa kalian kemari karena Claudia, orang yang baru saja kalian temui adalah salah satu tabib yang ada disini, sementara Rory suaminya juga merupakan orang yang membawa ransel kalian selalu mengunjungi Rory saat bekerja. Aku sendiri tidak menyangka akan seramai ini” Izia memang terkenal akan kemampuan medisnya yang hebat. Tak heran jika rata-rata harapan hidup orang Izia sangat tinggi dibandingkan kaum yang lain. Kemampuan mereka dengan mudah mencampur ramuan tanaman yang ada di hutan dengan energi sihir unik mereka mampu membuat teknologi pengobatan mereka menjadi lebih jauh, bahkan mungkin yang paling maju di seluruh Yagonia. Karena kemampuan pengobatannya yang maju, Orang Izia mempunyai aturan kalau seseorang tidak boleh berumur lebih dari 100 tahun, apabila ia hidup melebihi angka itu. Maka orang Izia tidak akan membantu pengobatan mereka. Mereka akan dibiarkan mati bersama dengan alam. Aturan itu sangat penting untuk mencegah populasi kaum Izia semakin menjadi padat  Aalina akhirnya memasuki bilik tempat Rory berbaring. Saat pertama kali melihat Rory, Gavij menutup mulutnya, ia terkejut melihat fisik laki-laki itu yang sangat mengenaskan. Tak terkecuali Neville maupun Aalina. Sementara Claudia, terus saja bersedih dan menangis tersedu-sedu “Apa yang terjadi?” Aalina melihat, tubuh Rory yang gosong, kulitnya yang mulus berubah menjadi sangat keras dan menghitam disekujur dadanya. Seperti kulit reptil yang memiliki tekstur kasar. Beberapa titik di kulitnya terlihat bintik-bintik kemerahan. Hampir seperti monster “Awalnya hanya sebuah bulatan hitam yang ada di dadanya, namun lama-kelamaan, bintik hitam itu menyebar hingga ke seluruh dadanya. Dan aku merasa itu akan terus menyebar hingga ke seluruh badannya” Claudia mencoba menjelaskan dengan perasaan yang sangat berat untuk dikatakan. Melihat suaminya yang terbaring tak berdaya membuat siapapun melihatnya lastk bersimpati “Bagaimana ini bisa terjadi?” Tanya Aalina keheranan “Aku juga tidak tahu. Namun saat dia kemari mengunjungiku seperti biasa, dia mengeluh memiliki semacam benjolan di dadanya, namun aku tidak menghiraukannya dan menganggap itu akan hilang dengan sendiri  namun lama-kelamaan dia mulai terasa sakit. Dia memegang dadanya terus menerus mencoba menahan. Dan saat aku sudah menyadarinya, guratan hitam itu telah menyebar ke seluruh dadanya” Neville tidak tega memandang Rory yang terluka seperti itu. Ia memalingkan pandangannya. Dan mencoba berpikir, dia tidak pernah melihat penyakit seperti itu sebelumnya. Kasus unik ini sungguh menarik perhatiannya. Sedangkan Gavin, masih berusaha memahami apa yang sedang terjadi “Situasi ini terdengar sangat gawat, aku harus secepatnya mengatakan ini kepada Tetua Drehalna” Aalina mencoba keluar dari bilik. Namun saat ia membuka tirai yang menutupi itu, ia melihat sekumpulan orang yang tiba-tiba masuk berbondong-bondong dengan membawa orang yang memiliki gejala yang sama dengan Rory. Membuatnya terhalang dan tak bisa keluar. “Sejak kapan mereka ada disini?” Tanya Aalina panik tak tahu harus berbuat apa. “Entahlah, aku selalu berada di bilik ini semenjak Rory terluka. Tetapi tiba-tiba banyak orang yang memiliki gejala yang sama datang dengan membawa orang terdekat mereka terluka memiliki gejala sama seperti Rory. Tempat ini tidak bisa menampung orang sebanyak itu, Alhasil, para penunggu menunggu mereka di luar sementara orang yang terluka berada di dalam.” Jawab Claudia dengan panik karena gedung terlihat semakin sempit. “Aalina, mereka bisa disembuhkan kan?” Aalina bingung, ia tidak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi, ia harus memberikan harapan kepada Claudia karena itu adalah tugasnya, sementara dalam batinnya sendiri, ia tidak tahu harus melakukan apa. Seharusnya pertanyaan bisa menyembuhkan adakah pertanyaan yang bisa dijawab tabib seperti Claudia, namun bila tabib sepertinya saja sudah kebingungan, bagaimana dia akan menjawab? Lalu seketika Aalina melihat gemstone yang ada di samping meja tempat rsnjang Rory berada  dia mengamhampiri gemstone dan mengambilnya. Ia melihat sebagian tenaganya sudah hilang. “Apa yang kau lakukan dengan Gemstone ini?” tanya Aalina kebingungan.  “Tetua Drehalna sempat mendatangi kembali, dia berkata bahwa orang-orang yang terkena penyakit akan bisa hilang jika mereka bisa mengoleskan celupan gemstone di sekujur tubuh mereka. Sihir di dalam gemstone cukup kuat dan mampu melawan balik penyakit yang menggerogoti Rory. Tidak ada pilihan lain, aku juga tidak mengetahui penyakit apa ini sebenarnya, aku baru pertama kali ini melihatnya. Namun mendengar perkataan terus Drehalna semua orang berbondong-bondong ikut melakukannya. Sampai saat ini, aku tidak tahu efek dari gemstone itu, aku terus saja melumuri Rory dengan gemstone tetapi penyebarannya tidak kunjung melabat” ujar Claudia yang membuat Aalina semakin menaruh curiga kepada terus Drehalna “Tidak ada oilihanain, aku harus segera menemui Tetua Drehalna. Claudia, saat Rory kemari dia membawa tas ransel bukan, sekarang dimana tas ransel itu?” Dengan tegas dan tergesa-gesa, Aalina bertanya kepada Claudia. “Ehh... Itu, aku menaruhnya di sana” tunjuk Claudia dibawah Laci “Cepat kalian ambil ransel itu, dan ikuti aku ke Tetua Drehalna” Neville dan Gavin bingung kenapa mereka berdua menjadi ikut-ikutan akan masalah ini. Tiada pilihan lain Gavin pun segera mengambil ransel yang ditunjuk Claudia tadi. “Bolehkah aku mengeceknya sebentar?” Aalina mengangguk. Gavin ingin melihat apakah batu sihir yang diberikan Noy masih ada di ransel itu. Benda itu lebih berharga daripada Emblem Rajanya bagi Gavin. Gavin pun menunduk mengorek-ngorek tas itu. Ia mencari dan akhirnya ketemum batu sihir berwarna zamrud yang berkilauan. Karena merasa Batu itu tidak aman di ranelnya, ia pun menaruh batu itu di kantongnya agar lebih aman.  “Sudah selesai” Kata Gavin berdiri sambil berjalan menuju keluar bilik mengikuti Aalina. Neville yang berjalan dibelakang Gavin mencoba menjaganya bila terjadi sesuatu. Saat berjalan di tengah-tengah aula gedung itu. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari ransel yang dibawa Gavin. Klontang. Benda itu berbunyi dengan sangat keras membuat semua orang yang ada disana menoleh. Termasuk para orang yang sakit. Gavin yang menoleh mendengar suara itu kaget. Benda itu mulai mengeluarkan cahaya berwarna hijau menerangi seluruh ruangan.  Aalina menoleh ia melihat benda itu. “Benda itu?! Bukannya itu emblem emas berwarna hijau milik Yagonia” Secara refleks, Aalina langsung saja menarik busur panah dari balik punggungnya membidik Gavin dan Neville. “PENJAGAA!!!. ADA PENYUSUP DISINI” Teriak Aalina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN