“Hahahahaha, lihatlah wajah kalian yang begitu bodoh. Aku sudah tidak tahan menahannya” Bocah itu tertawa terpingkal-pingkal sambil menahan perut. Gavin dan Marioth saling bertatapan dan bingung apa yang sebenarnya terjadi. Gilbart yang telah memasukkan semua kertas ke dalam ranselnya berdiri keheranan melihat tingkah bocah itu
“Maaf aku belum memperkenalkan namaku. Aku adalah Noy Gerbert” Ucap bocah itu yang duduk bersila di lantai
“Teks yang kau baca itu adalah teks amatir milik salah satu biksu di sini. Itu bukan teks yang resmi dikerjakan oleh para biksu untuk benar-benar berencana membunuh sang raja. Namun itu hanyalah teks bualan dan khayalan oleh biksu dengan gangguan jiwa. Maaf jika aku sudah mempermainkan kalian”
Gilbart sontak langsung berdiri mengungkap seluruh tubuhnya kepada bocah plontos itu. Dia mengangkat dagunya dan mengernyitkan dahinya. Dia menunjuk dan berkata “Ucapanmu tidak berarti bagiku wahai biksu muda. Teks ini sudah jelas-jelas merupakan konspirasi yang dilakukan kuil matahari untuk membelot takhta kerajaan. Mendengarmu membuatku semakin yakin bahwa ada sesuatu yang salah disini dan kau mencoba menutup-nutupinya, benar kan Gavin ?” Gavin sedikit tidak percaya diri dengan ucapannya sendiri mencoba mendapatkan afirmasi dari Sang Raja
Gavin yang semakin bingung dengan situasi saat ini tidak tahu harus percaya pada siapa. Ucapan Noy memang masuk akal karena teks itu sama sekali bukan seperti teks sakral khas biksu kuil matahari, namun di satu sisi Gavin juga merasa ada kejanggalan dengan kuil matahari saat ini. Walaupun dia tidak tahu apa itu
“Baiklah jika kalian masih tidak percaya. Ayo kemari, ikuti aku” Noy berbalik arah kembali menuju perpustakaan. Gavin, Marioth, dan Gilbart hanya diam saja. Bukannya mengikuti Noy, mereka malah mencari jalan keluar dan kabur dari biksu cilik itu
Mendengar tak ada langkah kaki yang mengikuti di belakangnya, Noy menghentikan kakinya dan berucap, “Walaupun para biksu sedang beribadah bukan berarti mereka tidak bisa menangkap kalian. Aku bisa saja berteriak saat ini juga dan mendentingkan lonceng yang aku bawa di sakuku” Noy mengeluarkan sesuatu di jubahnya yang tak diduga memiliki sebuah kantong untuk dimasukkan sebuah lonceng besi emas berukuran satu kepalan tangan
“Disaat mereka mendengar ini, para penjaga akan datang kepadaku dan kalian akan tertangkap. Lebih baik kalian mengikutiku, aku janji tidak akan membahayakan kalian” Gavin memandang wajah Gilbart. Sepertinya mereka berdua percaya dengan perkataan Noy membuat mereka bergerak selangkah dari tempat mereka berasal. Sementara itu Marioth masih terdiam dan tak tahu harus berbuat apa. Gilbart menatap Marioth dengan tajam dan menarik tangannya yang direkatkan di d**a sejak tadi. “Kita akan menyelinap pergi saat dia kehilangan perhatiannya kepada kita. Jangan Khawatir, ini masih berjalan sesuai rencanaku” bisik Gilbart kepada Marioth yang masih terdiam
Noy melanjutkan langkah kakinya menuju salah satu ruang di pojok perpustakaan yang diikuti oleh Gavin, Gilbart, dan Marioth. Dia berhenti disitu dan menunjuk salah satu rak yang nampak sangat berantakan.
“Kau pasti mengambilnya dari situ kan?” Kata Noy menunjuk rak itu. Teks-teks yang kebanyakan sobek dan kertas yang terkoyak memenuhi bawah rak terlihat bahkan seorang biksu yang terkenal sebagai orang yang sabar dan bijaksana enggan dan malas membersihkan rak itu dan menyembunyikannya di bawah rak. Kebanyakan tulisan yang tertulis disitu tidak bisa dibaca dan penuh dengan coret-coretan angka yang tidak jelas. Saking risihnya, Gavin mencoba menunduk dan mengambil koyakan kertas itu dan mengumpulkannya agar dibuang secepatnya. Ia tidak tahan melihat hal yang kotor dan tidak rapi seperti itu
“Iya, apakah ada yang salah. Bukankah seluruh isi perpustakaan ini adalah sumber-sumber teks yang kredibel? Jika pernyataanmu tadi soal teks ku benar, kenapa perpustakaan bisa membiarkannya?” Ucap Gilbart merapatkan bibirnya.
“Pertanyaannya bukanlah kenapa, tapi apa” ucapan Noy membuat tiga anak itu semakin bingung. Mereka tidak mengerti apa yang dia maksud
Noy berjalan mengambil tangga di sudut tembok. Gavin yang menyadari itu bergegas membantunya karena tangga itu nampak sangat berat untuk tubuh mungilnya. “Tidak usah aku sudah sering” Noy menolak bantuan Gavin. Meskipun begitu, ia tampak kesusahan menyeret tangga itu menuju rak yang dia ingin tuju. Gavin tidak mengerti apa arti kesusahan yang Noy maksud
Noy memanjat tangga itu dan mengambil salah satu teks dengan sampul berwarna hijau mencolok. Teks itu nampak rapi bila dibandingkan teks lainnya, kondisinya masih bagus dan tidak terlihat debu menempel di berbagai sisi. Noy melemparkan buku itu ke bawah dan ditangkap Marioth
“Cara membunuh raja” ucap Marioth yang membaca tulisan sampul buku itu. Gavin dan Gilbart yang juga melihatnya di sampingnya kesulitan mengetahui arti tulisan itu
“Bagaimana kamu bisa membacanya Marioth? Ini bukan tulisan bahasa Achro” ucap Gavin
“Ya, ini memang bahasa Drachma. Aku sering mempelajari bahasa bahasa kuno” jelas Marioth
“Hey botak! apa maksudnya ini. Ini sudah jelas-jelas adalah perbuatan makar. Apakah kau akan mengelak lagi kali ini” Gilbart mengangkat dagunya sambil menunjuk ke arah Noy yang masih bertengger di tangga.
“Sebelum kau menuduhku lebih baik kau suruh gadis itu membacanya terlebih dahulu”
Marioth membuka sampul depan dan membaca isi buku itu. Di halaman pertama hanya berisi coret-coretan dan gambar tak berarti. Halaman ini sama sekali tidak menggambarkan atau menyiratkan apapun. Di halaman kedua barulah ada tulisan yang ditulis dengan rapi
“Ayam kalkun dewasa menempatkan telurnya ke atas awan. Sedangkan anaknya yang baru terlahir akan dicuri oleh penyu laut untuk dijadikan makanan beruang gurun. Cakar beruang gurun ini bisa dipakai untuk menyobek pohon barren yang sukar ditemukan. Keberadaannya yang langka membuat para pengembara akan memuja dan mengambil sebagian tangkainya untuk dijadikan jimat penebus...” Marioth meneruskan membaca teks itu. Namun semakin lama teks itu semakin melantur dan tidak memiliki kejelasan yang berarti. Tidak ada satu kata atau perintah pun tentang “Cara membunuh raja” seperti di sampulnya.
“Marioth, apakah yang kau baca itu benar-benar akurat? Maksudku pasti ada arti lain dari kata-kata itu yang penting. Kita bisa membuat buku ini untuk dijadikan bukti melawan biksu” Ucap Gilbart
“Apakah kau meremehkan kemampuanku berbicara Drachma? Aku sudah fasih berbicara sejak umur 2 tahun bahkan saat kau masih bisa belajar bagaimana mengucapkan ‘ayah’!. Semua perkataanku sesuai dengan yang ditulis di buku ini.” Marioth sedikit tersinggung dengan ucapan Gilbart yang meremehkannya
“Kau tidak perlu menyalahkan gadis itu. Semua ucapannya adalah benar” Noy turun dari tangganya dan kembali berpijak ke lantai.
“Mungkin teks itu bukannya membuat semakin jelas malah membuat kalian semakin bingung. Tapi setidaknya itu memberikan kalian sedikit gambaran kan” Tiga bocah itu kompak bergeleng-geleng secara bersamaan “Tidak yakin? Baiklah aku akan menunjukkannya ke kalian sekali lagi”
Noy kembali berjalan menuju lorong. Dia masuk sebuah ruangan yang terkunci rapat dengan gembok yang berada di luar. Noy membuka gembok itu dan masuk ke ruangan diikuti Gavin dan kawan-kawannya.
Di ruangan itu meskipun terlihat tertutup dari luar namun saat memasukinya akan ada cahaya matahari yang masuk besar melalui jendela balkon ruangan tanpa kaca. Cahaya itu menyinari hampir seluruh ruangan kecuali di bagian belakang kusen yang terhalang.
“Ruangan apa ini?” Tanya Gavin penasaran karena ruangan itu berbeda dengan ruangan lain yang identik dengan corak emas dan kuning. Di pojok terdapat kasur tidur yang nampak berantakan dan tidak rapi. Selimut yang menempel masih berserakan melambai-lambai terkena udara hendak terjatuh. Di samping kasur ada sebuah meja dengan lampu glowstone masih menerangi kertas yang terbuka oleh angin dengan cahaya yang redup. Noy berjalan menuju meja itu dan merapikan sebagian agar lebih mudah untuk dilihat
“Maafkan aku, aku tidak sempat merapikannya. Saat aku terbangun dari tidur dan melihat kalian masuk dari jendela ini aku sadar bahwa ada yang tidak beres. Namun setelah aku mengetahui apa situasinya. Aku sedikit menyesal merasa terlalu antusias” kata Noy.
Gavin dan kawan-kawan sungguh tidak mengerti apa yang terjadi. Masih banyak pertanyaan yang ada di benak mereka yang ingin dikatakan. Mereka sedari tadi hanya mendengarkan ucapan Noy dengan seksama tanpa membalas satu katapun.
“Ah, sekali lagi maafkan aku. Aku lupa kalau aku kedatangan sosok baginda raja disini. Silahkan duduk wahai Yang Mulia. Apa perlu aku buatkan teh sembari anda duduk disini?” ucap Noy dengan nada yang sedikit menyindir. Sepertinya Noy mulai sadar kalau Gavin adalah sosok yang sangat kesal mendengar kata-kata itu. Ia terus saja mencoba menggodanya hanya untuk melihat reaksi sang raja
“Diamlah. Aku tidak menginginkan teh. Aku ingin mendengar semua penjelasan tentang semua ini dari mulutmu” Ucap Gavin dengan bernada tegas. Mendengar itu membuat Noy yang sedang mengaduk teh sedikit tersentak. “Wohohoho... Maaf Yang Mulia bila ucapanku sedikit menyinggung anda. Saya tidak bermaksud apa-apa
Sementara itu Marioth semenjak ia masuk ke ruangan ini, ia terus saja berkeliling sambil melihat-lihat ornamen-ornamen yang menempel di dinding. Selain unik, ornamen-ornamen ini tentu saja aneh dan tidak biasa ditemukan. Salah satu yang menarik perhatiannya tentu saja adalah hiasan dinding yang terbuat dari campuran berlian dan batu pualam tersambung oleh sebuah kalung yang melintasi iru semua. Tidak hanya itu, disana juga ada patung berkepala mirip wanita dengan tudung dan lambang matahari di dahinya. Ini sangatlah aneh mengingat Kuil Matahari melarang penggunaan patung di dalam kuilnya. Bahkan kuil pernah dengan sangat keras mengusir seorang pematung terkemuka yang ingin hendak masuk ke kuil matahari walaupun mereka tidak tahu apa motif dari seniman itu.
“Hei... patung ini aneh namun aku familiar. Apa maksudnya” tanya Marioth dengan polosnya sambil menunjuk patung granit yang tepat berada di atasnya
“Inilah alasan aku mengajak kalian kemari. Aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian. Walaupun aku terlihat masih kecil namun pengetahuanku bisa diadu dengan cendekiawan-cendekiawan yang kalian kenal. Hidup berada di dalam kuil dan dekat dengan perpustakaan membuatku memiliki wawasan yang luas” Ucap Noy dengan tenang sambil menyajikan 3 teh yang sudah ia buat kepada anak-anak itu
“Agar kalian sedikit mendapat gambaran tentang siapa diriku ini. Aku sebenarnya bukanlah biksu maupun penduduk Yagonia. Aku merupakan pengungsi”