39. Esentris Anak Setengah Dewa (II)

1250 Kata
Kisah masa lalu itu terus terekam jelas di pikiran Esentris sesaat kemudian, seminggu setelahnya terjadi kebakaran hebat diibukota yang menghanguskan hampir seluruh bangun termasuk istana, bahkan entah bagaimana sang ayah bisa mati di dalam sana dengan keadaan terbakar. Ia sedih dan juga bingung. Bahkan kemudian dalam keadaan yang genting para penjajah negerinya datang ingin menjarah semua yang ada. Para penjajah mengambil alih semuanya kemudian, hingga membuat dirinya harus meninggalkan Walington karena tak mungkin ia bertahan di sana, itu bukan tempatnya lagi, sementara itu di lain sisi para anggota senat yang sempat membenci ketika Ladramus, ayah dari Esentris memimpin malah membelot dan menjadi bagian dari penjajah, mereka gila harta dan haus akan jabatan. Esentris yang tak bisa melakukan, kemudian terus menyeret tubuhnya membawa pergi kakinya tanpa peduli tempat dan tujuan mana yang harus ia sampai. Waktu berlalu begitu cepat, sudah puluhan kota dan kerajaan yang ia lewati tapi ia tetap saja tak menemukan apapun, tempat yang ia berteduh hanya bangunan kosong, gubuk, hingga gua-gua untuk melindungi dirinya dari hujan, panas dan serangan hewan buas. Bayangan kematian ayahnya dan kehancuran negerinya masih terus bergelayut di pikirannya hingga membuat dirinya tak bisa menahannya, kadang ia menyesal, mengapa sebagai seorang putra mahkota ia tak sekuat yang lain. Ia tak pandai pertarung ataupun bermain pedang, ia hanya bisa merenung, membaca buku dan bermain dengan mantra saja. Raja Walington yang tak lain ayahnya pernah memintanya untuk belajar kuda dan berpedang, sebagai awal persiapan jika terjadi hal yang tak diinginkan, ia hanya menganggu dan selalu mengatakan-iya, tapi tak pernah ia lakukan. Kini ia sadar bahwa telah salah tak mengikuti perintah ayahnya, padahal jika ia bisa bertindah ia bisa mengerahkan seluruh prajurit yang tersisa dan kembali mengambil alih kerajaan, bertindak layaknya seorang ksatria dan pemimpin yang membawa kesejahteraan pada rakyatnya sendiri. Tapi sayangnya ia terlalu takut dan tak bisa melakukan apapun. Entah sudah sejauh mana ia melangkah kini, yang pasti saat ini tubuhnya begitu lemas dan lemah karena beberapa hari tak ada makanan yang masuk dalam perut kosongnya. Perih dan pedih uluh lambungnya. Apalagi ia kini berada di hutan belantara yang cukup lemat dengan pohon-pohon tinggi puluhan meter dengan diameter yang cukup besar, muat pelukan beberapa orang dewasa. Pedih, matanya seolah sudah tak untuk melihat lagi, apalagi kepalanya juga ikut pusing kini, Esentris hanya memaksakan dirinya untuk terus melangkah, hingga kemudian tak ada alasan ia sadarkan diri dan ambruk begitu saja di tanah dengan tumpukan daun yang mengering. Sejenak sebelum tak sadarkan diri Esentris berpikir bahwa ia sudah pasti mati, tapi kini matanya perlahan terbuka dan ia merasa masih berada di hutan belantara meskipun tak seperti tempat sebelumnya ia berada, hutan itu berbeda. Matanya menangkah bahwa warna daun-daun di sana lebih mengkilat dan dipenuhi cahaya dari celah-celah pohon, bukan sinar matahari. “Dia bangun.” “Manusia itu bangun.” “Iya, dia membuka mata.” “Lapor, Ratu!” Suara-suara kecil seperti teriakan bocah itu saling berulang dan berbeda, mereka berbicara karena melihat Esentris sudah membuka matanya. Mendengar hal itu Esentris bingung dan berusaha menggerakkan tubuhnya, ia tak lemas lagi ia bisa bergerak dan mulai memutar kesisi kanan-kiri. “Kau sudah sadarkan diri?” tanya seseorang, Esentris menatap sumber suara itu. Sesosok makhluk dengan sayap mirip kupu-kupu dan capung, ia berbentuk manusia tapi dengan ukuran tubuh kecil. Lama memperhatikan hal itu kemudian Esentris pun bangun. Setelah ia membuka lebar matanya, ia melihat bahwa di belakang perempuan bersayap itu ada banyak sekali makhluk yang sama dengannya, bedanya mereka lebih kecil dengan sayap capung. “Di mana aku?” tanya balik Esentris, seolah ia tak kaget karena ia lebih penasaran tempatnya saat ini berada. Ia berpikir baik mungkin mereka yang mengambilnya setelah pingsan di hutan tadi dan sudah juga yang sudah memberinya makan. “Kau sedang berada di hutan suci Ras Loksi, aku Ratu Loksi yang menguasai tempat ini,” ujar ratu Loksi. “Apa kalian yang membawaku kesini?” tanya Esentris lagi. Kemudian peri-peri kecil itu menceritan apa yang terjadi pada Esentris dan bagaimana mereka membawanya masuk kedalam hutan suci ras Loksi yang berbeda dimesnsi. Mereka adalah penghuni hutan suci yang sudah berada di sana ribuan tahun bahkan dari mereka bisa hidup ratusan tahuh tergantung golong. Esentris tak begitu mengerti karena seolah ia sedang di dongengi sang ibu sebelum tertidur, tapi itu bukan mimpi itu nyata ia sedang berada di tempat nyata, sebab ia bisa merasakan rumput yang ia injak, juga tumpukan dedaunan empuk yang menjadi tempat tidurnya. *** Sebuah kisah lama tentang hutang suci para Loksi serta air keabadian yang di cari Marlin dan Ghowter itu adalah sebuah kenyataan, bukan sekedar dongeng pengatar tidur anak-anak semata dari sang ibu. Ada sebuah Ras bersama Loksi, mereka adalah para peri kecil yang berbentuk anak-anak, memiliki sayap dan mampu terbang dilangit dengan sayap itu. Mereka sudah ribuan tahun menjaga hutan suci dari siapapun yang berniat mengambil air keabadian dari tenaga yang ada di sana. Hutan tempat mereka tinggal juga selalu dilindungi sihir dari penguasa, hingga jika dari luar hutan itu hanya seperti hutan biasa. Meskipun banyak yang menganggap hanya dongeng, namun cerita air yang bisa membuat membuat peminumnya hidup abadi sudah tersebar dimana pun, dari mulut kemulut hingga diceritakan di sebuah buku. Semua ingin mendapatkan air itu bukan hanya manusia tapi juga para iblis serta dewa. Tak ada yang tahu pasti bagaimana awalnya air keabadian itu ada di sana, tapi konon katanya ketika liontin salah satu pusaka Tuhan yang pernah retak dan puingnya jatuh itu yang membentuk sebuah mata air dan perlahan menjadi telaga yang cukup luas di sana, sayangnya kebenaran itu tak ada yang bisa membuktikan. Sementara itu kini Esentris sudah beberapa waktu berada di sana, ratu Loksi memintanya untuk menetap di hutan suci karena sang ratu tahu bahwa Esentris tak lagi memiliki tempat tinggal, Esentris kini tinggal dan hidup bersama para peri, meskipun ia tak memiliki bentuk tubuh seperti mereka.  Para peri itu juga mengajarinya ilmu berperang hingga belajar menggunakan sihir. Beberapa waktu berselang Esentris sudah bisa menggunakan ilmu sihirnya dan bersiap menjadi bagian penjaga hutan suci, kemudian ratu Loksi memberikannya seteguk minuman dari mata air keabadian. Dari air itu Esentris akan hidup abadi, ia tak bisa terbunuh dan terluka, nyawanya akan ditolak para dewa kematian. Suatu ketika saat dirinya tengah berjalan-jalan disekitar telaga air keabadian, tiba-tiba sesosok makhluk terjatuh tepat di depannya. Makhluk itu seperti manusia tapi bersayap putih juga pakainnya. Esentris berniat membawanya pergi tapi makhluk itu menolak. “Tak ada waktu lagi, aku akan segera mati, tapi sebelum itu aku meminta padamu untuk menjaga berkahku,” ujar makhluk itu yang kemudian Esentris tahu bahwa ia salah satu dari dewa matahari. “Apa yang kau bicarakan, kau akan segera para loksi obati,” kata Esentris mencoba membawanya. “Tidak. Sudah sangat terlambat.” Setelah mengatakan itu dewa matahari menyentuhkan jarinya kearah dahi Esentris dan kemudian sebuah cahaya sangat terang hingga menyilaukan mata muncul, tubuh Esentris bergetar hebat seraya perlahan dewa matahari itu hilang bagaikan debu yang tertiup angin. Mulai hari itu Esenteris memiliki berkah yang diberikan para dewa, yakni menjaga matahari. Dengan kekuatakan itu ia bisa menggunakan matahari sebagai sihir terkuatnya, ia kemudian dijuluki anak setengah dewa. Namun sampai saat ini tak ada yang tahu pasti alasan kenapa dewa matahari itu sampai jatuh dari tanah. Setelah mendapatkan kekuatan hebat itu Esentris kemudian kembali ke Walington dan merebut kekuasan ayahnya kembali. Lalu ia mendapatkannya dan menjadi raja di sana, tapi tak lama ia pun kembali kehutan suci Loksi dan meminta pemerintahan di ambil alih oleh salah satu kesatria terkuat kerajaan yang sangat ia percaya yang dulu juga pengawalnya sendiri, karena ia kini menjadi bagian dari para Loksi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN