Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah dua tahun lamanya setelah Dewi Danau mengatakan bahwa Arthur seharusnya bulan ke Camelot dalam dua tahun itu. Arthur sudah banyak berubah, ia sudah pandai menggunakan pedangnya bermain dengan sihir meskipun ia tak menyukainya. Pola pikirnya pun berubah seolah bukan akhir dua tahun, lalu kemudian Dewi Danau melepaskannya mengatakan bahwa ia adalah seorang penerus kerajaan Camelot ia harus penerima itu dan ia harus siap ketika ayahnya memintanya untuk meneruskan tahta kerajaan.
Dalam perjalanan pulangnya Arthur memutar haluan ia melewati desa pulau Acamus karena jika melewati jalan yang biasa maka ia akan bertemu dengan penyihir Naniduan yang sebenarnya saat ini dalam keadaan lemah tak berdaya, tapi ia bisa saja melukai Arthur dengan sihirnya.
Tak berapa lama Arthur sampai di kerajaan Xolion di kerajaan itu Ia diterima baik karena sang ratu mengenal bahwa Arthur adalah anak dari penerus kerajaan Camelot yang tak lain adalah tempat di mana Marlin yang dulu membantu kerajaan tinggal saat ini.
Sang ratu memberikan banyak sekali bekal untuknya selama perjalanan pulang ke Camelot, ketika ditanya siapa perempuan yang memintanya kembali, ia sendiri Tak Kenal siapa itu Marlin karena Dewi Danau memang merahasiakan apapun darinya termasuk siapa sebenarnya dirinya dulu namun dua tahun lalu sang dewi mengatakan bahwa ia penerus dari kerajaan Camelot.
Tak ada yang salah karena memang begitulah adanya bahkan Ratu Xolion sendiri pun tahu kenapa Dewi Danu merahasiakan itu karena Ia tak ingin bahwa Arthur sedih karena ia tak bisa tinggal di Camelot. Namun nyatanya Ketika Arthur diberitahu itu ia sempat menolak bahwa lebih baik kita tinggal di sana bersama Dewi danau dan burung burung gereja yang sudah menjadi temannya bahkan penduduk pulau pun sudah sangat akrab dengan dirinya.
Arthur melanjutkan perjalanannya dari satu kerajaan ke kerajaan lain seorang diri bahkan seharusnya anak usia sepuluh tahun tak bisa melakukan hal itu, tapi Arthur berbeda ia adalah anak luar biasa dari perpaduan keturunan Gerwint dan Camelot Bahkan dalam tubuhnya mengalir pedang pusaka Tuhan dan sihir luar biasa dari Dewi danau.
Kadang dalam perjalanannya ia bertemu dengan orang-orang jahat yang berusaha mengambil barang bawaan miliknya atau berusaha mencelakai dirinya, tapi itu semua bisa Arthur lawan dengan mudahnya. Mereka hanyalah bandit-bandit kecil yang mencari sesuap nasi dari cara merampok dan merampas orang-orang yang melalui jalan di setiap kerajaan.
Dari para bandit-bandit itu banyak yang merasa heran bahwa anak sekecil Arthur bisa menguasai ilmu beladiri yang hebat bahkan berpedang yang hebat, ia sesekali juga menggunakan ilmu sihirnya meskipun Arthur sendiri tak begitu suka dengan ilmu sihir yang telah Ia pelajari karena menurutnya merapalkan mantra sangatlah sulit jauh lebih mudah Mengayunkan pedang karena sudah pasti terkena musuhnya.
Ia memang tidak begitu suka menggunakan sihir, maka dari itu ia lebih memilih untuk berjalan kaki, meskipun Ia bisa saja terbang selayaknya burung dan sampai ke Camelot tanpa berhari-hari, namun karena sudah sepuluh tahun ia berada di Pulau Acamus, ia ingin menikmati perjalanannya sampai ke Camelot tepat waktu. Arthur tak peduli meskipun itu harus memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan hingga berbulan-bulan. Lagipula pasti kedua orangtuanya tahu bahwa ia kembali, apalagi menurut Dewi danau Ia sudah mengatakan pada seorang perempuan yang selalu disebut orang-orang sebagai Marlin bahwa ia kembali. Ia tidak tahu betapa hebatnya Marlin sampai Dewi Danau juga Ratu Sang Penguasa Xolion mengatakan bahwa perempuan itu begitu hebat bisa membangun kerajaan dengan begitu indah dan luar biasanya meskipun itu terjadi lebih dari beberapa puluh tahun lalu sebelum ia terlahir ke dunia.
Jika benar apa yang dikatakan orang-orang itu, maka Marlin memanglah seorang yang sangat hebat ketika ia sudah sampai nanti di kerajaan ia akan meminta Marlin untuk mengajarinya banyak hal termasuk memimpin kerajaan, meskipun kata Dewi Danau, Marlin adalah seorang yang ahli dalam strategi perang, sihir dan juga ramalan. Arthur ingin belajar tentang strategi perang karena ketika nanti menjadi seorang raja ia harus pandai menggunakan taktik agar bisa memenangkan banyak perang juga melawan kerajaan lain tanpa harus mengorbankan darah.
Seandainya perang bisa berhenti tanpa adanya pertumpahan darah mungkin semua orang akan sangat bahagia, namun bagaimana bisa ketika pertarungan antara dua orang saja sudah menimbulkan luka yang kalah terluka begitu juga yang menang. Saat ia melawan bandit-bandit kecil pun mereka terluka karena serangannya bahkan tanpa ia menggunakan pedang pusaka Tuhan.
Suatu waktu Mungkin ia berharap menjadi seorang raja yang arif dan bijaksana memimpin kerajaannya jika itu benar Ia adalah seorang penerus dari sebuah kerajaan terbesar di Britania Raya.
***
Sementara itu Marlin yang berada di Camelot mendengar dari Dewi Danau bahwa Arthur dalam perjalanan pulang, ia juga mengatakan pada Uther seperti yang dikatakan oleh Dewi danau. Mendengar hal itu Uther yang tak lain adalah Ayah dari Arthur sangat bahagia sebab sudah sepuluh tahun lamanya ia tak bertemu dengan anak lelakinya itu sang istri yakni Reinese pun meninggal akibat terus memikirkan sang anak.
Di lain sisi ia merasa sedih bahwa Reinese meninggal dalam keadaan sakit yang cukup parah tapi di sisi lain jika istrinya tidak meninggal mungkin ramuan itu tidak akan hilang dari dirinya dan kerajaannya akan terus dalam kekacauan.
Kemudian ketika ia tersadar dari efek ramuan itu akhirnya ia tahu bahwa ayah mertuanya, raja kerajaan Gerwint setelah berhasil menguasai setengah kerajaan Ludinburgh, bahkan Raja Sprant sudah mematok tanah Camelot sebagai tanah miliknya. Kematian sang istri juga membuat raja Sprant Kehilangan apa yang selama bertahun-tahun menjadi miliknya sang raja tidak bisa mengelak sebab Iya memang salah.
Saat Uther mengatakan bahwa raja Sprant harus mengembalikan semuanya, sang raja tidak bisa menolak dan hanya menyetujuinya. Kekuasaan Gerwint perlahan luntur dan kembali menjadi kerajaan biasa pada umumnya yang tak memiliki apapun selain daerah kekuasaannya.
Di lain sisi Uther yang menunggu Arthur kembali, berharap cemas karena membiarkan seorang anak berusia sepuluh tahun berjalan seorang diri dari pulau Acamus menuju Camelot. Perjalanan itu cukup jauh bahkan mungkin bisa menempuh jarak ratusan mil atau bisa lebih.
Tapi Marlin mengatakan bahwa Arthur bukanlah anak kecil pada umumnya. Diusianya yang masih sepuluh tahun Ia bahkan sudah tumbuh menjadi seorang ksatria yang hebat yang suatu saat akan menggantikan ayahnya dan jauh lebih hebat dari ayah sendiri. Uther meyakini bahwa apa yang dikatakan oleh Marlin itu benar adanya karena selama sepuluh tahun ini Marlin lah yang terus mengawasinya dari jauh.
Berhari-hari kemudian apa yang diucapkan oleh Dewi danau itu benar, Arthur sampai di Camelot dengan keadaan sehat tanpa luka sedikitpun. Uther kaget melihat bahwa anak laki-lakinya tumbuh begitu hebat dan tampan mirip seperti dirinya bahkan dari matanya sendiri ia yakin bahwa Arthur memang akan menjadi seorang raja yang dikenang dalam sejarah Sang Penguasa Camelot dari tanah yang disebut sebagai surga, yakni Britania Raya.
Kembalinya Arthur menjadi kehebohan bukan hanya rakyat Camelot tapi juga parah bangsa Romunas. Sebab kembalinya Arthur itulah banyak hal-hal yang mulai terjadi intrik politik dalam kerajaan hingga luar negeri. Drama drama penculikan pun mulai terjadi Namun semua itu bisa selesai dengan mudahnya.